Medan (SIB)
Para praktisi budaya, permuseuman dan akademisi yang ada di Sumut dan Aceh mengapresiasi film dokumenter drama berjudul Sisingamangaraja XII yang diproduksi ADFA (Adventure Documentary Festival Academy) yang diperkenalkan di Balai Arkeologi Sumatera Utara, Jalan Tanjung Selamat Medan, Jumat (11/12).
Selain itu, ADFA itu juga memerkenalkan aplikasi literasi digital, Secret Files of Batak. Baik film maupun literasi digital itu dihasilkan ADFA atas kerjasama dengan Ditjen Kebudayaan Kemendikbud dalam program Merajut Harmoni Kebhinnekaan.
Namun, aplikasi The Secret Files of Batak itu awalnya mendapat banyak kritikan dan masukan dari para peserta diskusi antara lain Prof Robert Sibarani, Dr Manullang, Dr Dahlena Sari Marbun, Manguji Nababan dari Batakologi Universitas HKBP Nommensen. Mereka mengingatkan perlu penelitian mendalam dulu melibatkan para ahli serta komunitas Batak untuk mengisi materi atau konten di aplikasi literasi digital itu, agar tidak melenceng dari nilai-nilai asli dan kearifan lokal Batak.
Sementara, proses pembuatan film dokumenter drama Sisingamangaraja XII dan aplikasi literasi digital itu dijelaskan sendiri oleh Pembina ADFA, Prof Nicolaus Lumanau, Astrid Diana Safitri dan Parlin Pasaribu mewakili produser. Diskusi membedah program itu dipandu Drs Nelson Lumbantoruan MSi yang juga dikenal sebagai salah satu pakar Batakologi, juga mitra Prof Uli Kozok (dosen dan bermukim di Amerika Serikat).
Astrid Diana Safitri menjelaskan sekilas tentang proses pembuatan film dokumenter drama Sisingamangaraja XII itu dimulai sejak awal tahun 2019 yang mengambil lokasi di sekitar lembah Bakkara dan perbukitan di sekitarnya. Naskah dan skenario film itu katanya sebagian besar berdasarkan kisah keluarga Sisingamangaraja. Bahkan tokoh-tokoh utama di film itu diperankan para cicit Sisingamangaraja.
Menurutnya, ke depan ADFA akan membuat film Sisingamangaraja XII versi layar lebar. Makanya dalam kesempatan itu ADFA meminta masukan bahkan keterlibatan para ahli sejarah dan budaya Batak baik kalangan pakar perguruan tinggi, budayawan maupun praktisi budaya agar film tersebut nantinya bisa menggambarkan sejarah yang sebenarnya.
Sementara aplikasi digital Secret Files of Batak itu langsung dijelaskan oleh pembuatnya, Jaha Nababan melalui live streaming dari Jakarta. Aplikasi itu katanya berisi konten semacam game agar lebih membuat daya tarik bagi kaum milienial untuk memelajari sejarah dan budaya Batak.
Diskusi itu dihadiri antara lain Dr Dahlena Sari Marbun (UISU), Dwi Fajari (BPNB Aceh), Biliater Situngkir (Museum Negeri Sumatera Utara), Manguji Nababan (Batakologi UHN), Mangido Nainggolan (Unimed), Sohibul Anshor Siregar (UMSU), Irwansyah Harahap (USU), Deny (UPT Museum), Maryanto (Balai Bahasa Sumut), Prof Robert Sibarani, Thompson HS (budayawan) dan Ketut Wiradyana Kepala Balai Arkeologi Sumut.
Pada diskusi itu wartawan SIB Relieve Pasaribu yang diminta untuk memberi respon mengapresiasi aplikasi Secret Life of Batak yang banyak dikritik para peserta yang hadir. Alasannya, meskipun belum sempurna namun keberadaan aplikasi itu sangat penting untuk membuka mata semua kalangan Batak untuk belajar dan menggali sejarah dan budaya Batak.
Pasalnya, sejarah Batak kata Relive Pasaribu banyak yang “missing linkâ€. Artinya, sejarah yang diketahui orang Batak dewasa ini hanya berdasarkan mitos dan cerita dari orangtua ke anaknya. Kebanyakan sejarah Batak tidak didukung adanya bukti otentik berupa artefak dan benda purbakala lainnya.
Pendapat itu pun didukung Kepala Balai Arkeologi Sumut, Ketut Wiradyana. Dia mengaku pernah melakukan penelitian arkeologi di beberapa jejak-jejak yang pernah tertulis di buku-buku sejarah Batak. Namun sejauh itu tidak banyak benda purbakala pendukung yang didapat.
Hari Ini Pemutaran Perdana
Pada kesempatan itu, Astrid mengatakan, film dokumenter drama Sisingamangaraja XII akan diputar perdana di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumatera Utara hari ini, Sabtu (12/12). Dia mengajak para pemerhati, budayawan dan tokoh-tokoh Batak untuk hadir menyaksikan film tersebut (M15/d)
Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak