Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 08 Desember 2025

Rusia Gempur Gedung Teater di Ukraina, 2.000 Lebih Warga Tewas

* Seorang Wali Kota Ditangkap dari Tempat Kerjanya
Redaksi - Sabtu, 19 Maret 2022 08:53 WIB
328 view
Rusia Gempur Gedung Teater di Ukraina, 2.000 Lebih Warga Tewas
Foto: REUTERS/Roman Baluk
ASAP HITAM: Asap hitam membumbung tinggi di atas gedung-gedung di dekat Bandara Lviv, saat invasi Rusia ke Ukraina berlanjut, di Lviv, Ukraina, Jumat (18/3). 
Kiev (SIB)
Petugas penyelamat Ukraina terus mencari korban selamat di antara reruntuhan gedung teater di kota Mariupol yang digempur pasukan Rusia. Dilaporkan 1.000 orang berlindung di ruang bawah tanah yang ada di gedung teater itu saat Rusia melancarkan serangannya pada Kamis (17/3) waktu setempat.

Seperti dilansir AFP, Jumat (18/3), sekitar 24 jam berlalu sejak gempuran Rusia menghancurkan gedung teater di kota Mariupol, namun jumlah korban tewas, korban luka maupun jumlah orang yang terjebak di reruntuhan masih belum jelas.

Ombudswoman Ukraina, Lyudmyla Denisova, menuturkan bahwa tempat perlindungan bom yang ada di dalam gedung teater itu berhasil bertahan dari gempuran Rusia. Denisova bahkan menyebut beberapa 'warga dewasa dan anak-anak' berhasil muncul dalam keadaan hidup.

"Upaya terus dilakukan untuk membuka ruang bawah tanah," ucap Denisova, di tengah kekhawatiran bahwa hingga 1.000 orang bersembunyi di ruang bawah tanah saat serangan terjadi.

Secara terpisah, anggota parlemen Ukraina Sergiy Taruta juga mengklaim sejumlah orang muncul dari reruntuhan gedung teater itu. Namun dia juga memberikan peringatan yang berbunyi: "Semua orang yang selamat dari pengeboman akan mati di bawah reruntuhan gedung teater atau sudah mati."

Serangan terhadap gedung sipil yang telah ditandai tulisan 'DETI' yang berarti 'anak-anak' dalam bahasa Rusia itu, memicu kecaman internasional dan meningkatkan tekanan bagi sekutu-sekutu Rusia, terutama China, untuk mengecam Rusia yang dengan sengaja menargetkan warga sipil.

Usai serangan ke gedung teater di Mariupol itu, Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengatakan 'sulit untuk menyimpulkan' bahwa rezim Presiden Vladimir Putin tidak terlibat dalam kejahatan perang dengan menargetkan warga sipil.

Rusia secara rutin menyangkal tuduhan menargetkan warga sipil, dan Kementerian Pertahanan Rusia mengklaim pasukannya tidak menyerang target darat apapun di Mariupol pada saat gedung teater diserang.

Pengepungan Rusia atas kota Mariupol, yang memutuskan pasokan listrik dan saluran komunikasi, juga pasokan makanan, telah menutup akses dan menjadikan verifikasi independen untuk setiap informasi atau serangan mustahil untuk dilakukan.

Otoritas setempat menyebut lebih dari 2.000 orang tewas akibat gempuran Rusia di kota Mariupol. Disebutkan juga bahwa 80 persen rumah di kota itu juga hancur.

"Di jalanan, ada banyak mayat warga sipil yang tewas. Ini bukan lagi Mariupol. Ini neraka," sebut Tamara Kavunenko (58) kepada AFP usai mengungsi dari Mariupol.

Tembakkan Rudal
Pasukan militer Rusia juga dilaporkan menembakkan enam rudal ke kota Lviv, Ukraina bagian barat. Dua rudal di antaranya berhasil dicegat dan dihancurkan oleh sistem pertahanan udara Ukraina.

Seperti dilansir CNN, Jumat (18/3), militer Ukraina dalam pernyataannya via Facebook menyebut, enam rudal ditembakkan pasukan Rusia ke kota Lviv pada Jumat (18/3) pagi waktu setempat.

Rudal-rudal yang ditembakkan Rusia itu kemungkinan besar merupakan rudal jelajah yang ditembakkan dari sejumlah pesawat tempur Rusia yang mengudara di atas Laut Hitam.

Disebutkan militer Ukraina bahwa dua rudal -- dari total enam rudal Rusia -- itu berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara Ukraina.

Dalam pernyataan terpisah, Wali Kota Lviv Andriy Sadovyi melaporkan bahwa sejumlah rudal mengenai sebuah pabrik perbaikan pesawat, yang terletak di dekat Bandara Internasional Danylo Halytskyi yang ada di Lviv.

Laporan reporter AFP menyebut, kepulan asap pekat berwarna abu-abu membubung di atas bandara Lviv pada Jumat (18/3) pagi.

"Sejumlah rudal menghantam sebuah pabrik perbaikan pesawat," tutur Sadovyi seperti dilansir AFP.

Sadovyi menyebut, pabrik itu hancur usai dihantam rudal. Namun operasional di pabrik itu telah dihentikan sebelum rudal Rusia menghantam. Sadovyi menyatakan tidak ada laporan korban jiwa akibat serangan rudal Rusia sejauh ini.

"Tidak ada korban jiwa," imbuhnya.

Usai serangan rudal terjadi, pos pemeriksaan bersenjata di sekitar lokasi mengimbau para pengendara di ruas jalanan menuju bandara untuk berbalik arah.

Ditangkap
Sementara itu, Wali Kota Velykoburlutska di wilayah timur laut Kharkiv, Ukraina, Viktor Nikolaevich Tereshchenko, ditangkap oleh pasukan Rusia. Hal itu dilaporkan oleh Kepala Administrasi Negara Daerah Kharkiv, Oleh Syniehubov, dalam sebuah video.

"Kami mendapat berita hari ini bahwa (Rusia) menangkap Kepala Komunitas Velykoburlutska, Viktor Nikolaevich Tereshchenko. Orang-orang seperti itu perlu memiliki keamanan," kata Syniehubov seperti dilansir CNN, Jumat (18/3).

Syniehubov mengatakan, Tereshchenko diculik tentara Rusia di tempat kerjanya. Tereshchenko disebut dibawa ke kantor polisi setempat.

"Victor Nikolaevich diculik hanya dari tempat kerjanya dan dibawa ke kantor polisi setempat. Mereka menahannya dan tidak akan membebaskannya," kata Syniehubov.

Syniehubov menyebut penduduk setempat mengutuk tindakan itu. Dia mengatakan, akan berusaha untuk membebaskan Tereshchenko secepatnya.

"Segera wilayah pendudukan kami akan menjadi milik kami lagi," katanya.

Syniehubov mengatakan pasukan Rusia belum merebut Kharkiv. Dia menyebut pasukan Rusia melakukan teror kepada warga sipil.

"(Mereka) melanjutkan teror mereka terhadap penduduk sipil, khususnya terhadap kepala komunitas teritorial wilayah Kharkiv hari ini," kata Syniehubov.

Dibebaskan
Penangkapan ini terjadi sehari setelah Wali Kota Melitopol, Ivan Fedorov, yang ditangkap oleh pasukan Rusia dibebaskan.

Dia dibebaskan sebagai bagian dari pertukaran tahanan.

Federov pun menjelaskan kejadian saat penahanan itu.

Dilansir BBC, Jumat (18/3), Ivan Federov memimpin kota Melitopol sebelum jatuh pasukan Rusia. Sekarang kota itu ada di bawah kendali Rusia

Dia dibebaskan pada Rabu waktu setempat setelah Ukraina mengatakan telah setuju untuk menukar sembilan tentara Rusia yang ditangkap untuk mendapatkan Ivan Federov kembali.

Berbicara kepada wartawan BBC Audrey Brown, Federov mengatakan pasukan Rusia membawanya dari kantornya tanpa sepatah kata pun. Dia mengaku tidak berhubungan dengan dunia luar selama dalam tahanan Rusia.

Federov mengatakan dia ditahan di sebuah ruangan kecil dengan tentara bersenjata. Akan tetapi dia tidak pernah dilukai secara fisik. Enam hari kemudian, Federov bebas karena ditukar dengan tahanan Rusia.

Saat ini, pendudukan di Melitopol telah menggantikan Federov dengan wali kota mereka sendiri. Tetapi Federov menegaskan penggantinya bukanlah kepala pemerintah daerah yang sah. Sebab ia dipilih oleh lebih dari 60% orang.

Kekurangan Makanan
Sementara itu, Inggris mengklaim bahwa pasukan Rusia mulai kekurangan makanan dan bahan bakar di tengah serangan ke Ukraina. Invasi Rusia pun disebut mulai goyah.

Kementerian Pertahanan Inggris menyatakan, perlawanan keras Ukraina membuat pasukan Rusia kewalahan, bahkan sampai kesulitan memasok kebutuhan dasar seperti makanan dan bahan bakar.

Selain itu, Kemhan Inggris juga menganggap pasukan Rusia kesulitan bergerak karena hingga kini, mereka belum menguasai wilayah udara Ukraina. Akibatnya, pasukan Rusia tak kunjung dapat menguasai Kyiv.

"Kesulitan bermanuver menembus perbatasan, tak ada kendali atas udara, dan kemampuan yang terbatas membuat Rusia kesulitan memasok tentara mereka dengan kebutuhan esensial, seperti makanan dan bahan bakar," demikian pernyataan Kemhan Inggris yang dikutip CNN.

Invasi Rusia ke Ukraina sendiri saat ini sudah memasuki pekan ketiga. Mereka masih terus menggempur Ukraina, memicu kekhawatiran perluasan konflik.

Kehilangan
Militer Ukraina mengklaim Rusia kehilangan lebih dari 14.000 tentara dalam invasi militer yang dilancarkan sejak 24 Februari lalu. Ukraina juga menyebut ratusan tank dan puluhan pesawat tempur Rusia hancur dalam pertempuran di wilayahnya.

Seperti dilansir kantor berita Ukraina, Ukrinform, Jumat (18/3), klaim soal kerugian besar-besaran dari Rusia itu disampaikan oleh Staf Jenderal Angkatan Bersenjata Ukraina dalam pernyataan via Facebook.

"Antara 24 Februari 2022 hingga 18 Maret 2022, total kerugian musuh dalam pertempuran adalah sebagai berikut: 14.200 tentara, 450 tank, 1.448 kendaraan tempur lapis baja, 205 sistem artileri, 72 sistem peluncuran roket ganda," demikian seperti dilaporkan militer Ukraina dalam pernyataannya.

Disebutkan juga dalam pernyataan tersebut bahwa militer Ukraina telah menghancurkan 43 sistem antipesawat Rusia, kemudian 93 pesawat tempur Rusia, 112 helikopter militer, 879 kendaraan motor, tiga kapal, lalu 60 unit tank bahan bakar, 12 kendaraan udara tanpa awak dan 11 unit perlengkapan khusus Rusia.

Klaim militer Ukraina itu belum dikomentari oleh pihak Rusia.

Otoritas Rusia sebelumnya mengakui bahwa tentara-tentara tewas dalam apa yang disebutnya sebagai 'operasi militer khusus' di Ukraina. Namun data terbaru soal jumlah tentara yang tewas, serta soal kerugian militer di Ukraina, belum dirilis oleh Rusia. (detikcom/CNNI/d)
Sumber
: KORAN SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru