Jakarta (SIB)
Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial RI Arif Nahari meminta Batak Center bisa menjadi mitra dalam hal pengajuan seorang tokoh nasional dari Sumatera Utara (Sumut) untuk diberikan anugerah sebagai pahlawan nasional.
“Lebih baik dari satu pintu daripada dari banyak pintu. Pun kadang seorang tokoh diajukan sebagai pahlawan nasional oleh seseorang atau kelompok karena satu darah atau marga atau kesukuan. Saya percaya Batak Center dapat melakukan penelitian, diskusi dan sosialisasi terlebih dahulu terhadap seorang tokoh yang akan diajukan sebagai pahlawan nasional,” kata Arif Nahari dalam diskusi yang digelar oleh Batak Center dalam rangka memperingati “Hari Pahlawan” di Sekretariat Batak Center, Jakarta, Selasa (29/11).
Diskusi bertajuk “Legacy dan Keteladanan Para Pahlawan Dalam Konteks Masa Kini” ini juga dihadiri Bambang Sulistomo (Putra Pahlawan Nasional Bung Tomo), dan Jhon Rivel Purba (Peneliti Muda BRIN) serta dimoderatori Sekretaris Umum Batak Center Jerry R Sirait.
Arif membeberkan, pernah ada seorang pahlawan nasional dari Sumut atau suku Batak yang justru diajukan dari Yogyakarta karena pemerintah daerahnya tidak mengajukan tokoh tersebut.
Ke depan, menurut dia, gelar pahlawan nasional bukan lagi diberikan kepada mereka yang melawan penjajah dan tokoh yang berkontribusi di masa awal kemerdekaan RI tetapi juga akan diberikan kepada tokoh yang berjuang bagi keadilan dan persatuan bangsa.
“Seperti saat ini kita perlu menganugerahi gelar pahlawan kepada pejuang anti korupsi, anti narkoba, pejuang lingkungan dan lainnya. Kepahlawanan adalah tokoh yang memiliki nilai-nilai keteladanan, berani dan mau berkorban. Nilai-nilai inilah yang kita tanamkan ke generasi muda sehingga memiliki jiwa kebangsaan. Kita harus menanamkan nilai-nilai pahlawan ke generasi muda karena mulai terdegradasi,” imbuhnya.
Sementara Putra Pahlawan Nasional Bung Tomo, Bambang Sulistomo mengatakan semua orang bisa menjadi disebut pejuang. Saat ini dan akan datang, akan ada pahlawan baru yaitu mereka yang mau berjuang untuk keadilan dan persatuan bangsa dengan mau berkorban dan ikhlas.
“Saya berharap Batak Center memperjuangkan keadilan dan persatuan bangsa. Saya juga berharap akan lahir tokoh-tokoh bangsa dari Batak Center,” pungkasnya.[br]
Sedangkan Peneliti Muda BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) menyatakan, Bung Tomo sebagai tokoh sentral “Hari Pahlawan”. Orasi bung Tomo “Lebih Baik Hancur Lebur Daripada Tidak Merdeka, Merdeka atau Mati” dinilai dapat menggelorakan semangat para pejuang di Surabaya saat itu untuk melawan penjajah hanya bermodalkan bambu runcing.
“Seperti yang dikatakan Bung Karno, ‘Bangsa yang besar adalah yang Menghargai Pahlawannya’. Para pahlawan kita meninggalkan keteladanan yakni pemberani rela berkorban dan berdampak bagi orang banyak,” kata Jhon.
Ketua Umum Batak Center, Ir Sintong M Tampubolon mengatakan Batak Center tengah membuat sebuah buku berisi tokoh pejuang dan tokoh teladan Batak.
“Kita sudah kumpulkan seratusan tokoh Batak yang sudah menjadi pahlawan maupun yang belum tetapi layak diajukan serta tokoh Batak yang patut diteladani. Namun, ada juga tokoh pejuang Batak yang kita muat profilnya tetapi karena di ujung hidupnya tidak layak diajukan sebagai pahlawan nasional karena melakukan perlawanan atau memberontak terhadap NKRI,” ujarnya.
Apabila buku tersebut sudah terbit, tambah Sintong, Batak Center akan memberikan kepada Kemensos dalam hal ini melalui Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial, Nahari Arif selaku pihak yang memiliki hak paten penganugerahan pahlawan Nasional. (SS24/f)