Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 12 November 2025
Sinyal Buruk Perekonomian Nasional

Pinjol Bengkak Hingga Rp 90,99 T

Redaksi - Rabu, 12 November 2025 13:56 WIB
139 view
Pinjol Bengkak Hingga Rp 90,99 T
Ist/SNN
Direktur Eksekutif CELIOS Bhima Yudhistira.

Karena sifat utang pinjol yang dominan digunakan untuk keperluan konsumtif inilah, Bhima melihat kenaikan outstanding utang yang kini mencapai Rp 90,99 triliun sebagai sebuah kekhawatiran.

Pada akhirnya, daya beli masyarakat yang sudah rendah hingga memaksa mereka untuk berutang akan semakin turun imbas kehabisan dana karena bayar utang, yang secara jangka panjang dapat menahan laju pertumbuhan ekonomi nasional.

"Daya beli makin turun, pertumbuhan ekonomi bisa sulit capai di atas 5,5% tahun ini," tegas Bhima.

Senada, Ekonom senior INDEF Tauhid Ahmad turut memperingatkan bagaimana peningkatan utang pinjol dapat menggerus daya beli masyarakat karena penghasilan mereka habis hanya untuk bayar cicilan dan bunga. "Mereka akan cenderung konsumtif, bukan produktif. Tentu saja daya belinya turun. Sehingga bisa jadi ketika utang mereka berlebih atau over leverage, itu akhirnya menyebabkan gagal bayar massal. Nah itu yang dikhawatirkan bagi rumah tangga tersebut," jelasnya.

Lebih lanjut, Tauhid mengatakan, secara makro tingginya utang masyarakat di pinjol ini dapat menyebabkan distorsi keuangan. Di mana karena kemudahan saat meminjam dana serta persyaratan yang lebih ringan, banyak orang malah akan lari ke pinjaman konsumtif berbunga tinggi.

Sebab untuk mengajukan pinjaman dengan bunga yang lebih terjangkau seperti di bank mereka sudah tak memenuhi syarat imbas kepemilikan utang pinjol tadi. Masalahnya, jika kondisi ini terus berlanjut, baik dari sisi peminjam maupun pemberi pinjaman akan menghadapi risiko gagal bayar utang yang semakin tinggi. "Nah itu akan membuat stabilitas sistem keuangan juga berisiko tinggi. Apalagi kalau nilai pinjamannya di atas Rp 90 triliun ya ini yang tercatat dan tidak ada agunan, tidak ada jaminan dan sebagainya otomatis itu meningkatkan risiko gagal bayar jauh lebih besar," terangnya.

"Nah sehingga bukan ke investasi yang produktif. Kan kalau orang pinjamnya ke produktif itu akan baik buat perekonomian. Tapi kalau kelamaan buat konsumtif ya bisa buat ekonomi nggak berkembang," jelas Tauhid lagi.(**)

Editor
: Redaksi
SHARE:
Tags
beritaTerkait
Buruh Bangunan di Tebingtinggi Keluhkan Hidup Sulit, Proyek Infrastruktur Belum Juga Jalan
Masyarakat Bergaji Rendah Lebih Banyak Gunakan Gajinya untuk Judol
Antisipasi Judol Dan Pinjol, HP Personil Mendadak Diperiksa
Ribuan Pengaduan Pinjol dan Investasi Ilegal Masuk ke OJK
Cegah Pinjol Ilegal, Bank Mestika Edukasi Mahasiswa Kisaran
PPATK Ungkap 3,8 Juta Penjudi Online 2024 Terlibat Utang
komentar
beritaTerbaru