Kamis, 12 September 2024

Pantun Larik Surabaya - Tebingtinggi Radzaman Sipayung

Redaksi - Kamis, 19 Oktober 2023 19:31 WIB
893 view
Pantun Larik Surabaya - Tebingtinggi Radzaman Sipayung
Foto: Dok
PANTUN LARIK SURABAYA - TEBINGTINGGI: Radzaman Sipayung (tengah) bersama Capt Tagor Aruan, narasumber dalam Bimbingan Teknis Evaluasi Olah Gerak Kapal di Adimulia Hotel Medan, Rabu (20/10) dan para pejabat di Kesyahbandaran Utama Belawan.&nbs
Medan (SIB)
Radzaman Sipayung mengusir kantuk dengan pantun. Pria yang menghabiskan masa kecil hingga pendidikan dasar-menengah di Surabaya itu menyampaikan pantun 4 larik. “Ini jam-jam rawan. Saya mau berpantun, ah,” ujarnya sebelum melaporkan kegiatan yang diketuapanitiainya.

Pantun yang disampaikan dengan 4 larik. Seperti sajak AB/AB. Dua baris pertama diutarakannya, disambut audiens dengan ‘cakep’ oleh beberapa orang. “Sabar. Bentar lagi kita break. Ada kopi ...” ujarnya dan disambut gerrr. “Yang keras dong,” tanjutnya.

Sebagaimana diketahui, Kesyahbandaran Utama Belawan mengadakan Bimbingan Teknis Evaluasi Olah Gerak Kapal di Adimulia Hotel Medan. Kegiatan tiga hari, Rabu - Jumat (20/10) diikuti 40-an peserta dari instansi terkait. Dibuka Kepala Syahbandar Utama Belawan Revalindo diwakili Kabag Tata Usaha dan Kepegawaian Mulyadi, kegiatan menghadirkan sejumlah nara sumber. Di antaranya Capt Tagor Aruan.

Radzaman berharap kegiatan diikuti penuh oleh peserta sebab banyak ilmu yang mungkin tidak diperoleh di bangku kuliah. “Apalagi di sini hadir dari kalangan praktisi industri maritim serta para intelektual muda dari kampus kemaritiman,” tambah pria yang menjabat Kepala Seksi Keselamatan Kapal Barang dan Peti Kemas tersebut.

Menutup laporannya, pria asal Tebingtinggi itu menutup dengan pantun. Lariknya sama seperti saat awal tapi terkait geografis. Mulai dari Surabaya tempatnya mulai mengenai kemaritiman hingga Tebingtinggi tempatnya mengakar.

Disebabkan berisi humor, audiens terkekeh dan kantuk pun pergi.

Nara sumber Capt Tagor Aruan memberi kontrapantun. “Itu ranahnya Pak Radzaman. Biar saya bicara soal klaim asuransi dan keselamatan sajalah,” ujar pria yang menghabiskan sebagian usianya dalam industri kebaharian duia tersebut.

Pimpinan organisasi pecinta budaya etnik itu menyampaikan materi berdasar kasus-kasus yang terjadi dalam industri kemaritiman dengan berpijak pada klaim atas insiden yang dialami pelaku industri kebaharian. “Saya gak pakai pantun. Sudah ‘dikapling’ Pak Radzaman,” ujar Ketua Umum Komite Independen Batak (KIB) tersebut dan disambut riuh tawa. (**)


SHARE:
komentar
beritaTerbaru