Teater Rumah Mata Gelar “Tendi Karo Volkano” di Alam Terbuka Berlatar 6 Gunung Berapi

Berastagi (SIB)

Teater Rumah Mata akan menggelar dinematografi teater berjudul “Tendi Karo Volkano’ yang lahir dari ekosistem gunung api di Tanah Karo. Kegiatan yang mendapat dukungan Program Dana Indonesiana Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia itu diagendakan dipergelarakan Agustus 2024.

Lokasinya di alam terbuka dengan latar 6 gunung berapi. Titik sentralnya di Desa Semangat Gunung, Kecamatan Merdeka dan Desa Daulu, Kecamatan Berastagi.

Demikian diutarakan pekerja seni Benson Adi Saputra Kaban, Senin (15/4). Pekerja seni dan prodser film “Perik Sidua-dua” itu berharap kegiatan berdampak pada industri wisata daerah di Lembah gunung Sibayak.

“Di dua lokasi tetrsebut banyak sekali kegiatan seni budaya leluhur. Ritual Erpangir Ku Lau di Lau Debuk-debuk,” sebutnya.

“Daerah tersebut harus tetap asri dan dipelihara sebab sumber kekuatan ekonomi warga dan tempatbergantungnya hajat hidup jutaaan warga. Di wilayah itu menyimpan kandungan Gas Geothermal yang dimanfaatkan pemerintah sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Geothermal, sumber mata air bersih dan konsumsi publik,” ujarnya sambil memastikan sedikitnya ada sekitar 60 titik lokasi wisata pemandian air panas.

Ia mengatakan ada 6 gunung berapi di wilayah tersebut. Gunung Pintau (Pinto), Sipiso-piso berbentuk kubah sebagai kode berakhirnya letusan supervolcano Toba. Gunung Barus berada di sayap Sibayak ditutupi hutan dan misterinya. Gunung Sinabung meletus berkepanjangan setelah 400 tahun diam. Post vulkanik Sibayak memiliki sumber mata air panas, energi geothermal dan akifer.

Untuk pergelaran “Tendi Karo Volkano” dimulai dari studi bersamaan perjalanan Tour The Karo Volcano Park yang digagas Gegeh Persada Film yang digarap Ketua Teater Rumah Mata Agus Susilo yang juga sutradara “Perik Sidua-dua”.

Penampilan tak sekadar olah keahlian artis tapi ikut menyuguhkan suara enam gunung yang melompat-lompat bergemuruh di dalam mantra yang terus bergerak dari laut ke pegunungan.

Seluruh pemain untuk pementasan berasal dari 2 desa tersebut dilatih oleh Teater Rumah Mata dengan mendirikan ruang kreatif berbentuk sanggar film. (**)