Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 07 Desember 2025

PPGM Syukuri Empat Putra Terbaiknya jadi Pimpinan Gereja

- Senin, 31 Oktober 2016 16:34 WIB
1.287 view
PPGM Syukuri Empat Putra Terbaiknya jadi Pimpinan Gereja
SIB/Wilfrid B Sinaga
SAMBUTAN: Ketua Hutabarat Kota Medan Drs Sarlandi Hutabarat didampingi Ketua Panggabean Kota Medan St Drs Murtama Panggabean MPd, Ketua Hutagalung Kota Medan Drs Naek Hutagalung, Ketua Hutapea Kota Medan Drs TM Hutapea Apt, Ketua Lumbantobing Kota Medan W
Medan (SIB) -Punguan Pomparan Guru Magaloksa (PPGM) Kota Medan melakukan ibadah syukur kepada Tuhan, Jumat (28/10) di  Medan. Perkumpulan marga Panggabean, Hutabarat, Hutagalung, Hutatoruan, Lumban Tobing dan Hutapea itu menggelar doa syukur karena empat putra terbaiknya terpilih menjadi pucuk pimpinan gereja-gereja.

Mereka adalah Pdt Dr Darwin Lumbantobing menjadi Ephorus HKBP, Ephorus HKI Pdt Manjalo Pahala Hutabarat MTh, Sekjen GKPI Pdt Ro Sininta Hutabarat MTh dan Kadep Koinonia HKBP Pdt Dr Martongo Sitinjak (boru). Keempatnya diupa-upa dengan ulos oleh para pengurus PPGM Kota Medan seperti Ketua PPGM Medan Hendrik Hutabarat, Sekretaris Drs Faber Simorangkir MPd, Bendahara Edwin Hutagalung dan Ketua Pomparan Panggabean Kota Medan Drs Murtama Panggabean MPd.

Turut mendampingi Ketua Pomparan Hutabarat  (Siraja Nabarat) Kota Medan Ir Sarlandi Hutabarat, Ketua Pomparan Hutagalung Kota Medan Drs Naek Hutagalung, Ketua Pomparan Hutapea Drs TM Hutapea  Apt, dan Ketua Pomparan Lumbantobing Wilmar Lumbantobing, mantan Ketua pomparan Hutagalung St Bukti Hutagalung, Drs Tuani Lumbantobing, Hakim Agung Dr HP Panggabean, Anton Panggabean SE, MSi, Juliski Simorangkir, Marnix Hutabarat, Herbin Hutabarat, Pulung Hutabarat, Drg Natalina Hutabarat, Risma Hutabarat, Panogari Panggabean dan Ellen Hutagalung.

Murtama Panggabean mengatakan, PPGM didirikan  kelima marga keturunan PPGM pada tahun 2012 di Restoran Kenanga. Khotbah dalam ibadah partangiangan dibawakan Ephorus HKBP Emeritus Pdt Dr JR Hutauruk (Boru). Dikatakannya, berkat yang diterima PPGM sudah terlihat pada awal perkembangan agama Kristen di Tanah Batak. Mayoritas pomparan ini menjadi pendeta sejak awal adanya kependetaan.

"Di Seminarium Pancurnapitu ada Guru Johannes Sitompul masuk Sekolah Pendeta, tapi dia meninggal dunia ketika masih pendidikan. Di gelombang kedua dari 6 orang sekolah Pendeta ada tiga yakni Pdt Johannes Tobing, Pdt Kleopart Tobing dan Pdt Willy Hutagalung. Begitu juga di gelombang ketiga dari 6 ada tiga pomparan PGM jadi pendeta, gelombang ke 4 ada  5 yang jadi pendeta di antaranya Pdt Fredrik Panggabean, Pdt Marnus Tobing sampai di gelombang 10 masih didominasi PPGM. Kemudian sampai ke era Pdt Andar Lumbantobing dan Pdt SM Hutagalung. Jadi pomparan Raja Mangaloksa sudah dari zaman dulu menjadi pekabar Injil di Tanah Batak, sehingga lewat Kekristenan orang Batak mampu keluar dari budaya Batak yang ada mengandung unsur sipelebegu (animisme) tapi tetap memertahankan budaya dan Bahasa Batak," ucapnya.

Menurutnya di kemudian hari seiring perkembangan zaman, perpolitikan Batak menonjol yakni di marga dan asal  kampung halaman, seperti asal Silindung, Humbang dan Toba, sehingga belakangan melahirkan GKPI dan GKLI.  Tapi kata Pdt JR Hutauruk, tanah Batak sudah berkembang kemana-mana. Karena perantau selalu menjunjung gerejanya yang berbahasa Batak dimana mereka merantau. "Sehingga ada kesatuan antara kebatakan dan kekristenan. Maka untunglah ada gereja Batak, kalau tidak bahasa sudah hampir punah. Kekristenan bagi orang Batak tidak bisa dipisahkan dari budaya, marga dan asal daerah, sehingga identitas kebatakan dan kekristenan tetap melekat," terangnya.(A10/c)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru