Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 07 Desember 2025

Komunitas FODA, Senang Curahkan Ekspresi Melalui Corat-coret

- Senin, 28 November 2016 20:14 WIB
365 view
Jakarta (SIB) -Siapa sangka kebiasaan corat-coret yang sering dilakukan di bagian paling belakang sebuah buku itu punya makna mendalam. Bagi sejumlah orang doodle bukan sekedar coretan atau gambar-gambar monster lucu, namun obat pemicu imajinasi dan kreativitas, serta tempat untuknya mencurahkan ekspresi. Ya, makna penting dan mendalam baginya inilah yang kemudian mendorong Yessi Nur Muliana mendirikan sebuah komunitas bernama Full of Doodle Art (FODA) atau komunitas seni doodle/ corat-coret.

Perempuan yang sedang menempuh pendidikan desain komunikasi visual di Universitas Telkom Bandung, Jawa Barat itu mendirikan komunitas itu berawal dari percakapan santai dengan teman-teman SMA-nya di kamar tidur, pada 2012 silam.

"Aku kan ikutan komunitas doodle asal negara Filipina sebelumnya, dan pas ngobrol-ngobrol itu aku tiba-tiba kepikiran, bagaimana kalau bikin komunitas semacam itu di Indonesia. Dan kemudian aku nekat langsung bentuk sosial medianya," jelas Yessi.

Akan tetapi sosial media yang ia buat pertama kali itu tak berjalan sesuai dengan ekspektasinya. Sosial media ini nyatanya tak banyak direspon orang, padahal Yessi dan temannya cukup aktif nge-twit membagikan informasi dan referensi doodle lewat akun tersebut.  Hingga pada suatu ketika, Foda mendapat tawaran untuk ikut kegiatan kampanye bersama komunitas lingkungan bernama Kemangteer. Dalam kegiatan itu, Foda memiliki kesempatan untuk unjuk gigi memperkenalkan komunitas dan karya-karyanya. Tak disangka, setelah acara selesai, sebuah perubahan yang menggembirakan terjadi.

"Kegiatan itu membawa dampak besar untuk Foda, pengikut di media sosialnya bertambah hingga ratusan pengikut. Dan setelah itu aku dan teman-teman pengurus memutuskan untuk pindah ke Instagram."

Dan empat tahun berjalan, kini FODA telah menyebar ke beberapa daerah di Indonesia, yang diawali pertama kali di kota Surabaya, melalui acara offline, yakni perhelatan Indieclothing Expo. Kemudian komunitas ini mulai tumbuh di kota lain, seperti Yogyakarta, Solo, Semarang, Malang, Bandung, Jakarta, dan Palembang. Masing-masing wilayah ini memiliki koordinatornya masing-masing yang rutin berkumpul, menggambar bersama, menyelenggarakan skill sharing, workshop, pameran kecil dan talkshow dengan beberapa orang yang berkompeten di bidangnya.

Dikatakan Yessi, jumlah anggotanya yang berjumlah ratusan orang ini terdiri dari latar belakang profesi dan usia yang berbeda. Dan untuk mengkoordinir cabang komunitas yang ada di luar daerah, dia rutin berkomunikasi dengan para koordinator di masing-masing daerah lewat sosial media,  agar tercipta hubungan baik dan kegiatan yang terkontrol.

Berjalan tegap hingga kini bersama komunitasnya dan bergaul dengan anggota yang datang dari beragam tingkatan usia, diakui Yessi banyak memberikan pelajaran soal karakter seseorang dan juga kedewasaan dalam hal menentukan dan memutuskan keputusan.

"Ada kan anggota yang udah dewasa, Yessi sering ngobrol sama mereka dan dari situ aku belajar dari mereka dan tak jarang mendapat wejangan dari mereka. Dulu juga Yessi adalah orang yang gampang disetir, tapi sekarang sudah enggak lagi," ungkap Yessi dengan suara khas kekanakannya.

Kedepannya, perempuan yang karya-karyanya berkiblat pada karya seorang penggambar doodle asal Filipina bernama Lei Melendres ini berharap bersama teman-teman komunitasnya, ia dapat menelurkan banyak karya-karya doodle di Indonesia. Bahkan sekarang katanya ia dan teman-temannya sedang menanti-nantikan studio FODA yang sedang dalam proses renovasi. Studio yang berlokasi di Bandung ini nantinya akan digunakan Yessi dan kawan-kawan untuk berkegiatan menghasilkan karya seni doodle dan pameran. (komunita.id/d)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru