Ratusan warga yang tergabung dalam Kelompok Tani Tanah Perjuangan Simpang Gambus terdiri dari laki-laki dan perempuan berusia lanjut itu, tidak dapat membendung air matanya saat melihat kedatangan Penrad Siagian.
Beberapa dari mereka bahkan sempat memeluk dan menangis sambil menceritakan penderitaan yang mereka alami, sejak tanah mereka dikuasai PT Soc yang dulunya milik petani serta tempat pemukiman mereka.
Baca Juga:
Bahkan, Ketua Kelompok Tani Simpang Gambus, Ruslan mengajak Penrad melihat langsung patok atau batas peninggalan sejarah yang dulunya pemukiman penduduk yang dihuni 461 Kepala Keluarga (KK) dengan luas tanah 483 hektar lahan pertanian yang dimiliki masyarakat sebelum dikuasai PT Soc.
"Kami terus melakukan perlawanan, karena terus dihimpit penderitaan dan air mata, dengan tujuan PT Soc mengembalikan tanah kami," ujar Ruslan.
Baca Juga:
Ditambahkannya, perjuangan masyarakat kelompok tani ini sebenarnya telah mendapatkan berbagai surat pernyataan dari pemerintahan pusat maupun daerah, agar PT Soc segera mengembalikan tanah masyarakat Simpang Gambus.
Bahkan pengukuran ulang juga telah dilakukan BPN (Badan Pertanahan Nasional) Kabupaten Batubara, dan BPN menyimpulkan PT Soc telah melampaui luas areal Hak Guna Usaha (HGU)-nya di atas tanah masyarakat Simpang Gambus.
Tapi hingga saat ini, tambah Ruslan, tanah mereka masih dikuasai perusahaan tersebut, sehingga kelompok tani sangat berharap kepada anggota DPD RI terpilih membantunya untuk mendapatkan kembali hak petani demi masa depan kehidupan mereka beserta anak cucunya.
Bantu Masyarakat
Menanggapi keluhan petani, Penrad Siagian berjanji akan membantu menyelesaikan masalah tanah mereka, sebab dirinya lahir dari rahim rakyat, dibesarkan oleh masyarakat dan tentunya berjuang bersama rakyat untuk mendapatkan kembali hak-hak masyarakat.
Penrad juga sempat mengelilingi lahan petani dibonceng oleh Ketua Kelompok Tani Simpang Gambus, guna mengetahui batas-batas tanah rakyat, agar lebih jelas nantinya untuk disampaikan ke Kementerian ATR/BPN di Jakarta.
"Sering terjadi dalam konflik agraria di seluruh Indonesia, khususnya di Sumut, selalu saja masyarakat menjadi korban, sehingga rakyat perlu bersatu untuk melawan perusahaan yang memiliki jaringan kekuasaan maupun uang. Kekuatan rakyat dan para petani, hanya saat kita bersatu," katanya.
Di akhir pertemuan, petani Desa Simpang Gambus menyerahkan berbagai dokumen kepemilikan kepada Penrad, untuk dibawa ke Jakarta untuk disampaikan ke Kementerian ATR/BPN. Para petani telah menyuratinya sekaligus bermohon beraudiensi, tapi hingga saat ini belum ada balasannya.(**)
Washington (harianSIB.com)Kebakaran hutan kembali terjadi di wilayah Los Angeles pada Rabu (22/1/2025), melahap lebih dari 500 hektar lahan
Jakarta (harianSIB.com)Jumlah negara bagian di Amerika Serikat yang bergabung dalam gugatan untuk membatalkan perintah eksekutif Presiden Do
Jakarta (harianSIB.com)Beberapa desa wisata di Indonesia berhasil meraih penghargaan dalam berbagai kategori di ajang ASEAN Tourism Awards (
Jakarta (harianSIB.com)Mulai Februari 2025, pemerintah akan memberikan kado berupa pemeriksaan kesehatan gratis bagi setiap warga yang ber