Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 03 November 2025

Bahaya Narkoba Mengancam Kita

Redaksi - Sabtu, 16 Januari 2021 11:08 WIB
567 view
Bahaya Narkoba Mengancam Kita
Internet
Ilustrasi
Narkoba betul-betul sangat mengerikan. Kalau sudah kecanduan dan terlibat penyalahgunaannya, apa pun bisa terjadi. Karena narkoba sudah merusak otak si pengguna, sehingga sikap dan perbuatannya tak bisa terkontrol lagi. Jangankan harta, moral pun habis terkikis bila sudah kecanduan.

Lihat saja contoh seorang ibu di Medan yang tega menjual putri kandungnya kepada pria hidung belang, gegara dia sudah kecanduan narkoba.

Pelaku yang merupakan mucikari menjual anak kandungnya seharga Rp 350 ribu.

Kini pelaku telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus perdagangan manusia.

Aksi itu berhasil digagalkan petugas Sat Reskrim Polrestabes Medan, baru-baru ini.

Di mana, petugas mengungkap perdagangan wanita di Hotel Reddorz, Jalan Dahlia, Kelurahan Indra Kasih, Kecamatan Medan Tembung, Sabtu (9/1/2021) dinihari lalu.

Gambaran kasus ini menunjukkan betapa manusia sudah rusak akal pikirannya disebabkan kecanduan narkoba. Manusia tak lagi memiliki hati nurani, apalagi akal sehat. Sedangkan hewan saja yang tak memiliki akal tidak mau menyakiti anaknya.

Selain merusak otak dan mental, narkoba juga merusak kesehatan manusia. Bila sudah kecanduan, hidup pun tidak sehat dan mudah terkena penyakit. Akibatnya menimbulkan dampak sosial yang sangat besar di masyarakat. Pengguna akan melakukan tindakan apa saja demi mendapatkan uang untuk bisa mengonsumsi narkoba. Kejahatan pun merajalela seperti pencurian, perampokan, begal hingga pembunuhan.

Lalu bagaimana mengatasinya? Semua elemen masyarakat harus sungguh-sungguh dan bekerja keras agar narkoba dihempang dan tidak sampai merusak keluarga. Untuk itu harus ditanamkan pengetahuan agama, norma budaya, etika dan ilmu pengetahuan yang baik kepada setiap individu dalam keluarga. Peran orangtua sangat besar di sini. Jadilah contoh yang bagus untuk anak-anaknya.

Orangtua juga harus bisa bergaul di masyarakat dengan memilih lingkungan yang baik seperti mengikuti pengajian, peribadatan atau komunitas yang positif. Sebaliknya peran ulama, tokoh agama, tokoh masyarakat, guru dan tenaga pendidik lainnya juga sangat menentukan. Berikan masukan yang benar dan tepat sehingga setiap individu bisa kuat mentalnya agar tidak terpengaruh menggunakan narkoba.

Seperti diketahui, Deputi Pemberantasan BNN RI Irjen Pol Arman Depari pernah menyatakan, saat ini Sumut menjadi daerah tertinggi dalam hal pecandu narkoba, melampaui DKI Jakarta yang sebelumnya menjadi daerah tertinggi. Dari 14 juta lebih jumlah penduduk Sumut, 1 juta di antaranya merupakan pengguna narkoba. Ini berarti 7 persen penduduk Sumut merupakan pengguna narkoba.

Dari hasil survei yang dilakukan BNN, sangat miris melihat kondisi tersebut. Ini tentu menjadi evaluasi dan catatan bagi seluruh stakeholder di Sumut terutama masyarakat untuk sadar akan bahaya narkoba. Ini bukan menjadi suatu kebanggaan masyarakat Sumut, melainkan sebagai hal memalukan. Sehingga semua agar mengevaluasi diri, supaya bisa memutus mata rantai peredaran narkoba yang semakin parah.

Diinformadikan juga, Sumut termasuk daerah yang dijadikan pintu masuk penyelundupan narkoba di Indonesia karena berdekatan langsung dengan sejumlah provinsi yang dekat dengan zona laut. Di samping itu, Sumut juga merupakan pasar terbesar di kawasan Sumatera untuk pengguna narkoba.

Keaadaan rawan narkoba ini harus disikapi dengan bijak dan sungguh-sungguh oleh aparat maupun pemimpin daerah untuk mengatasi masalah ini. Karena narkoba sudah merusak kehidupan masyarakat, dan akhirnya akan menghancurkan masa depan bangsa. Jalankan hukum dengan benar. Meski pemberlakuan hukuman penyalahgunaan narkoba sudah berat, namun bila tidak diterapkan dengan benar tentu akan percuma.

Terkadang hukuman sangat berat bisa dijadikan "alat" oleh oknum aparat untuk mencari "rezeki". Bahkan sudah masif terdengar di masyarakat bahwa narkoba sengaja "dipelihara", supaya menjadi "mata pencaharian" para oknum untuk menumpuk kekayaan. Semoga pendapat negatif ini sama sekali tidak benar.

Untuk itu aparat terkait maupun pemerintah harus membuktikan bahwa pendapat itu memang tidak benar. Antara lain dengan melakukan pemberantasan yang sungguh-sungguh dengan menghukum para pelaku dengan adil. Jangan menghukum berat pemakai narkoba yang hanya dikonsumsi sedikit, sementara pengedar atau bandar besar hanya dihukum ringan.

Sebelum kerusakan mental masyarakat semakin parah, hendaknya kasus perdagangan manusia ini dijadikan momentum untuk mengevaluasi cara kerja pemerintah memberantas narkoba. Kita tidak boleh terlena dengan rutinitas, karena bahaya sudah mengancam di depan mata. (***)
Sumber
: Hariansib edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru