Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 03 November 2025

Bersahabat dengan Alam

Redaksi - Senin, 18 Januari 2021 11:06 WIB
1.585 view
Bersahabat dengan Alam
Internet
Ilustrasi
Baru setengah bulan tahun 2021 berjalan, namun sejumlah kejadian yang menyedihkan sudah menghampiri negeri ini. Padahal masyarakat sudah bersemangat menanti tahun 2021 dan berharap akan lebih baik dari tahun 2020.

Hal ini karena banyak yang menganggap 2020 sebagai tahun kelabu, karena saat itulah munculnya pandemi Covid-19 yang melanda dunia, dan menghancurkan hampir semua sendi kehidupan manusia.

Ternyata tahun 2021 yang diharapkan menjadi lebih baik, malah menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik pula.

Diawali dengan bencana tanah longsor dua kali di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Sabtu (9/1), dan hingga Kamis (14/1) terdapat 24 korban yang ditemukan, 16 orang lainnya masih dalam pencarian. Kemudian di hari yang sama pesawat Sriwijaya Air SJ 182 jatuh di laut sekitar Kepulauan Seribu, yang membawa 62 orang.

Berikutnya banjir di Kalimantan, sehingga jalur Jalan Nasional Trans Kalimantan di Mataraman, Kabupaten Banjar, putus Kamis (14/1). Ribuan rumah terendam bahkan ada yang mencapai atap.

Menyusul gempa bumi yang sejak Senin (11/1) terjadi di Lombok Utara, Sulawesi Tengah dan yang terbaru di Majene, Sulawesi Barat.

Gempa bumi Majene terjadi pada 15 Januari 2020 dan bermagnitudo 6.2. Tercatat 35 meninggal dunia dan 15.000 warga mengungsi.

Banyak bangunan yang rusak dan proses evakuasi masih terus berjalan. Gempa tersebut masih berpotensi terulang lagi dan memicu tsunami.

Terakhir, kasus Covid-19 terus pecah rekor dan belum menunjukkan tanda-tanda segera menghilang dari tanah air. Malah sebaliknya, kasus harian yang terdeteksi semakin naik.

Pada 15 Januari 2021, tercatat terdapat 12.818 kasus baru. Angka tersebut merupakan rekor tertinggi selama pandemi.

Manusia cuma bisa berusaha dan berharap, namun semua duka juga tak bisa ditolak. Kita jadikan ini sebagai ujian dan introspeksi agar bisa lebih baik lagi di masa mendatang. Kita harus fokus dulu membantu saudara-saudara yang terkena maupun terdampak musibah. Bekerja keras agar mereka bisa segera bangkit secara mental dan ekonomi, termasuk membantu membangun infrastruktur yang sudah rusak.

Pemerintah dan aparat juga harus sungguh-sungguh turun membantu masyarakat yang terkena bencana. Kehadiran pemerintah sangat dinantikan, karena mereka memang benar-benar terpuruk mendapat bencana ganda, tertimpa bencana alam di saat dalam musibah bencana pandemi Covid-19.

Sehingga seharusnya tidak ada lagi yang bisa "main-main" dengan dana Bansos, seperti yang terjadi baru-baru ini di Kementerian Sosial. Bila masih ada yang berani melakukannya, tidak ada lagi hukuman lain baginya selain hukuman mati.

Supaya hal serupa tidak terjadi lagi, selain menggaungkan ancaman hukuman mati bagi koruptor dana Bansos, sebaiknya pemerintah jeli menempatkan orang-orang yang pas untuk mengurusi Bansos bencana ini. Kita berharap Mensos Risma bisa mewujudkan keinginan masyarakat.

Introspeksi juga paling penting, karena bencana sering terjadi akibat ulah manusia yang sudah banyak merusak lingkungan. Demi keuntungan besar hutan digunduli, buka perkebunan tanpa peduli hutan lindung, sungai dangkal karena buang sampah sembarangan dan sebagainya. Sifat rakus manusia yang ingin memiliki segalanya harus dihentikan. Harus disadari bahwa harta yang sangat berharga adalah lingkungan yang bisa melindungi dan membuat kita nyaman.

Sifat rakus manusia merupakan dosa besar yang harus bisa kita hentikan. Dalam ajaran agama apapun, akan berdosa besar bila manusia mencelakai dirinya dan orang lain karena sudah merusak alam. Semoga kita bisa mencintai alam dan jangan sampai alam tak mau lagi bersahabat dengan kita. (***)

Sumber
: Hariansib edisi cetak
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru