Jakarta (SIB)
Mekanisme review fasilitas perdagangan Generalized System of Preferences (GSP) telah selesai dan berhasil diperpanjang. Ini adalah sistem pengurangan atau bahkan pemangkasan tarif masuk barang ke Amerika Serikat (AS) yang diberikan kepada negara-negara yang telah diseleksi oleh Pemerintah AS.
Dengan begini, peluang produk-produk Indonesia untuk menembus pasar AS akan semakin besar. Seperti pada 2018, Indonesia bisa menikmati keuntungan US$ 2,2 miliar melalui mekanisme GSP ini.
Penyelesaian GSP kali ini berjalan cukup alot. Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan alotnya perundingan karena ada beberapa isu krusial yang menjadi perhatian bersama soal perlindungan data transaksi, dan aturan impor produk pertanian.
"Pada prinsipnya kita semua menempatkan kepentingan nasional dan kepentingan rakyat sebagai inti dari perundingan mengenai GSP. Hanya ada sedikit kesamaan paradigma yang harus dibentuk. Artinya hanya pendekatannya saja yang berbeda, tetapi semangatnya sama. Syukur, kita bisa mencapai kesepakatan," kata Jerry dalam keterangan resmi yang dikutip, Minggu (15/11).
Menurutnya, negosiasi GSP ini sebagai seni berdialog. Sebab selama setahun terakhir, Jerry menyebut tim perunding Indonesia beberapa kali bertemu dengan pihak USTR dan Kementerian Pertanian AS.
"Dalam perundingan perdagangan wajar kalau setiap negara mengangkat kepentingan nasionalnya masing-masing. Bagaimana akhirnya kepentingan-kepentingan nasional itu bertemu itulah seninya. Ada mekanisme perundingan pada umumnya. Nah, perunding-perunding kita harus diapresiasi karena berhasil menyelesaikan perundingan dengan menjaga kepentingan nasional itu," ucapnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) disebut sangat memberikan perhatian kepada isu GSP ini. Besarnya perhatian Jokowi terhadap penyelesaian GSP menurutnya karena dia mengetahui manfaat GSP dan bagaimana seharusnya perundingan itu diselesaikan.
"Jadi Presiden sangat mengikuti kerja perundingan kita soal GSP. Bahkan saya kagum karena beliau paham detail-detailnya. Ketika saya menghadap beliau, beliau tanyakan isu-isu perundingan satu per satu dan biasanya beliau langsung tahu dan memberikan arahan bagaimana isu-isu diselesaikan," imbuhnya.
Terkait kemenangan Joe Biden yang akan menjadi presiden AS, Jerry melihat tidak ada perubahan posisi Indonesia kepada AS. Kebijakan AS kemungkinan akan berubah karena perbedaan aliran ekonomi politik dari Partai Republik ke Partai Demokrat, tetapi dia yakin hal itu tidak akan mengganggu hubungan Indonesia dan AS.
"Siapapun presidennya, Indonesia dan AS adalah dua sahabat yang akan terus bermitra. Kita punya kesamaan kepentingan untuk mewujudkan perdamaian dunia, kesejahteraan masyarakat dan kemajuan bersama," tandasnya. (detikFinance/d)