Ketum PGI Sumut di Syukuran Awal Tahun

Gereja Harus Berempati

* Tidak Hanya Melakukan Pendekatan Hukum Jika Ada Menghambat

550 view
Gereja Harus Berempati
Foto: SIB/ Horas Pasaribu
PERAYAAN NATAL: Ketua Umum PGI Wilayah Sumut Pdt Dr Victor Tinambunan bersama Majelis Pekerja Lengkap foto bersama personil tarian GMI Pos pelayanan Tamil, pada perayaan Natal Oikumene dan syukuran Tahun Baru PGI Wilayah Sumut, Jumat (20/1) di GMI Manna Jalan Beringin Helvetia. 

Medan (SIB)

Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Wilayah Sumut Pdt Dr Victor Tinambunan berpesan kepada gereja-gereja, kekompakan di dalam Tuhan membuat gereja-gereja di Sumut bisa jadi alat mujizat di tangan Tuhan untuk jadi berkat di tengah-tengah jemaat. Harapan tersebut disampaikannya pada perayaan Natal Oikoumene dan Syukuran Awal Tahun PGI Wilayah Sumut, Jumat (20/1) di Gereja GMI Manna Helvetia, Jalan Beringin Raya Kecamatan Medan Helvetia.

Dia mengatakan, PGI Wilayah Sumut baru saja melaksanakan Sidang Majelis Pekerja Lengkap (MPL) di Batubara beberapa hari lalu. Lembaga gereja bersyukur karena sudah melewati tahun 2022. Kemudian menggumulkan apa yang menjadi tantangan gereja-gereja yakni krisis narkoba, krisis ekologi dan lainnya.

“Sidang MPL sepakat untuk berkomitmen supaya gereja-gereja se Sumut hadir sebagai bagian solusi, bukan memperparah masalah, apalagi jadi sumber masalah. Kita boleh hadir sebagai gereja, sebagai anak-anak Tuhan untuk menjadi bagian dari jalan keluar atau solusi terhadap persoalan-persoalan yang kita hadapi,” ucap Pdt Victor Tinambunan.

Pada kata sambutan tersebut, dia menceritakan suatu peristiwa di suatu perumahan yang sangat ramai penduduk terdiri dari berbagai latar belakang agama, ada sekitar 250 kepala keluarga di perumahan tersebut. Tapi dia tidak menyebutkan di mana perumahan tersebut dan kapan kejadiannya. Suatu saat di malam hari, pemuda-pemuda Kristen yang oikumenis, ada yang dari Indonesia Timur, Tengah dan Barat pada jam 10 malam berkumpul dan bernyanyi.

Pada awalnya kelompok tersebut bernyanyi dengan sangat mantap, diiringi petikan gitar dengan lagu-lagu berbagai daerah, sehingga banyak orang menikmati. Tapi sayangnya sampai jam 2 dinihari pemuda-pemuda Kristen itu belum berhenti bernyanyi.

Bukan gitar saja yang dipetik, bahkan ember dan botol dipukuli sehingga suara menjadi hingar-bingar.

“Kemudian ada seorang pria yang tidak tahan lagi dengan kebisingan berteriak marah kepada pemuda-pemuda Kristen tersebut karena tidurnya terganggu. Seharusnya pemuda Kristen pembawa damai dan minta maaf, tapi malah menjawab menyalahkan teguran pria tersebut,” ucap Pdt Victor.

Menurut Pdt Victor, setelah gereja bersatu padu, satu di dalam Tuhan juga harus berempati, supaya kehadiran gereja menjadi berkat di tengah-tengah masyarakat. Kalau di beberapa tempat ada gereja-gereja yang dihambat, gereja tidak hanya berangkat dari pendekatan hukum walaupun itu penting.

Satu tugas dan tanggung jawab gereja dan orang Kristen, kata dia, bukan hadir sebagai gangguan bagi orang lain. Tetapi hadir sebagai gembala pembawa kesejukan, pembawa-pembawa berkat. Sehingga pada waktu-waktu yang tepat bisa saja karena orang lain merasakan kehadiran orang Kristen pembawa kesejukan, kebaikan dan pembawa berkat orang lain mempersilahkan membangun gereja.

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Koran SIB
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com