Renungan HUT ke-52 Koran SIB (9 Mei 2022)

Harga Koran Rp 3.500, Tapi Harus Ada Uang Rp 25.000 Membelinya

* Oleh Ads Franse Sihombing, Jurnalis SIB

712 view
Harga Koran Rp 3.500, Tapi Harus Ada Uang Rp 25.000 Membelinya
Foto : Ist/harianSIB.com
Ads Franse Sihombing.

Ini bukan hoax atau mengada-ngada. Bahwa suatu ketika, Lasma Victorya Manurung (56 tahun) di bulan September 2021 lalu ternyata harus punya uang minimal Rp 25.000 untuk membeli koran “Sinar Indonesia Baru” (SIB) yang harganya hanya Rp 3.500 per eksemplar.


APA PASALNYA? KENAPA BEGITU?

“Pasca operasi, suami saya hampir tiga bulan opname di tiga rumah sakit (beruntun, konon sesuai peraturan BPJS). Tapi selama di RS dia tetap butuh koran SIB dan harus dibeli setiap hari di kios terdekat. Saya dan seorang anak angkat bergantian membeli koran itu. Harganya memang Rp 3.500, tapi kami harus siapkan rata-rata Rp 25.000 per hari untuk bisa dapatkan koran itu,” katanya kepada penulis belum lama ini.


Mantan staf tata usaha di RSU Santa Elisabeth Medan (1983-1984) itu mengisahkan, uang minimal Rp 25.000 yang harus tersedia itu meliputi biaya ongkos beca dari dan ke rumah sakit untuk membeli koran di kios terdekat. Dari RSU Adam Malik, kios jual koran yang terdekat adalah di Simpang Pemda Jalan Flamboyan arah Simpang Melati.


Ketika suaminya opname di RSU Mitra Sejati di Jalan AH Nasution, dia membeli koran SIB di dua tempat kios terdekat, yaitu di Jalan Brigjen Katamso di Simpang Jalan Alfalah, atau terus ke Simpang Pelangi bila stok di Simpang Alfalah sudah keburu habis walau masih jam 9 pagi. Lalu ketika suaminya opname di RSU Vina Estetika di Jalan Iskandar Muda, dia setiap hari membeli koran, masih tetap numpang beca (pp) di kios kecil depan toko buku Gramedia Jalan Gajah Mada.


Dari 30 hari dalam sebulan, ujar dia, tak kurang dari 20 kali (20 hari) harus pesan beca membeli koran dengan persediaan minimal Rp 25.000, yang meliputi ongkos beca (pp) rata-rata Rp 10.000 sekali jalan, plus beli koran Rp 3.500. Ongkos beca dari dan ke RSU Adam Malik yang secara jarak lebih jauh, biayanya lebih mahal (minimal Rp15.000 sekali jalan), akhirnya bisa dinegosiasi hanya Rp 25.000 per hari karena sudah jadi ‘langganan’ dibeli-antar langsung (Lasma sebagai penumpang tak perlu lagi ikut di beca) karena kebetulan pemilik becanya tinggal di kawasan Jalan Perjuangan Tanjungsari.


“Beca yang sehari-hari mangkal di depan RSU Vina Estetika juga sudah jadi langganan. Hanya 2-3 kali saya ikut di beca kalau kebetulan sambil beli sarapan di luar menu rumah sakit. Selebihnya si pembeca yang langsung beli dan antar koran ke RS, lalu petugas sekuriti mengantar ke kamar opname. Hanya sesekali koran kami beli dengan uang Rp 3.500 saja kalau pas anak angkat saya datang dari rumah mengantar pakaian ganti,” ujar Boru Manurung itu.


Bahkan, anak angkatnya, Amri Husni Nasution, mengaku pernah cemas (takut) untuk datang ke RS karena belum mendapat koran pada kios-kios yang dilintasinya dari arah Perumahan Bumi Tuntungan di Kecamatan Kutalimbaru. Soalnya, koran SIB di kios Warkop Sebayang Pasar Simpang Melati dan kios koran Tekongan Bambu di Jalan Asoka hingga kios Simpang Seiserayu dekat SPBU Tanjungsari, sudah keburu habis di pagi itu.


Dia mengisahkan sosok ayah angkatnya itu yang memang seorang ‘kutu buku’ dan fanatik bacaan. Sehingga, selama masa opname, menjadi perhatian suster dan dokter Ida Nensi Pakpahan SPd karena tiap hari baca koran, dan tiap malam mengetik di laptop di atas tempat tidur pasien. Membuat artikel dan tulisan di koran tersebut.


“Ayah angkat saya itu bahkan sengaja membuat lampu tambahan, digantung pada tiang (penyangga) infus. Setiap pagi kalimat pertamanya adalah nyuruh kami beli koran (SIB) atau nanya apa si Om Beca udah pergi ambil koran. Padahal sebelah tangannya sedang dimasukkan jarum infus. Dia bilang bisa pening kalau tidak membaca atau menulis sehari saja,” katanya sembari menyebutkan nama dan profesi ayah angkatnya itu.


Kepala Biro Redaksi SIB Medan-Wilayah 1, Martohap Simarsoit SH mengaku sempat kaget sekaligus takjub ketika mendengar kisah ini, plus terlebih suatu ketika melihat langsung seorang sekuriti RS menerima koran dari seorang pengemudi beca, atas pesanan seorang pasien fanatik SIB di RS yang kebetulan dikunjunginya pada Juli tahun lalu (2021).


“Ini fakta, betapa berharganya koran SIB di mata dan hati konsumen. Tak ada istilah rugi bagi pembaca setia, fanatik pula.


Harga tertinggi di media ini memang terletak pada nilai fungsi dan referensinya, bukan hanya pada angka transaksinya,” katanya optimis di hadapan rekan bezuknya, disaksikan penulis.


FANATISME KONSUMEN

Apa yang dialami Lasma Manurung atas perilaku suaminya yang fanatik bacaan dan harus baca koran setiap hari, ternyata bukan hal baru di dunia konsumen media massa. Ada banyak juga kisah membeli dengan stok uang di atas harga barang yang terjadi sejak koran SIB ini didirikan Bapak DR GM Panggabean 52 tahun lalu, pada 9 Mei 1970.


“Pada 1979 silam, dalam perjalanan pulang kampung ke Tigabinanga (Kabupaten Karo) dari Medan, kami kehabisan koran di kios agen S Pelawi di Kota Kabanjahe ketika kami mau beli koran untuk baca berita jatuhnya pesawat di Bukit Pertekteken Gunung Sibayak. Koran yang ketika itu harganya Rp 150 terpaksa kami bayar Rp 500 ke loper koran Nadap Barus yang kami temui di tengah jalan,” ujar Drs Masty Pencawan MPA, seorang praktisi yayasan pendidikan di Medan, selaku salah satu pelanggan setia koran SIB hingga saat ini.


Tak hanya itu, Masty juga mengaku sering ‘rogoh kocek’ sendiri untuk mengongkosi stafnya di kantor untuk mencari dan beli koran SIB di kios-kios terdekat untuk dibagikan kepada muridnya, minimal 2-3 eksemplar koran di setiap ruang kelas di sekolahnya Yayasan Pendidikan Nasional Masty Pencawan (YPN-MP) Medan. Khususnya, bila di koran itu ada termuat berita atau publikasi tentang kegiatan sekolah tersebut.


Bila ternyata stok koran keburu habis di kios-kios, Masty mengaku harus mem-foto copy kolom berita ekspos soal sekolah itu untuk dibagikan kepada para muridnya dalam bentuk kliping, plus dipajang di papan pengumuman kompleks sekolah.


Fanatisme konsumen pembaca koran SIB ini juga dicetuskan Pasoroan Herman Harianja, Presiden Indonesia Nation Maritime Pilot Association (INAMPA), bahwa dia sering mengeluarkan biaya ekstra hanya untuk menambah koran langganannya yang hanya 1 eksemplar per hari di kantornya Jalan Sei Bahasa Medan.


“Ketika harga koran ini masih Rp 3.000, saya harus keluarkan Rp 50.000 kepada staf saya untuk cari koran SIB edisi tertentu. Kalau tak ada lagi di kios-kios saya langsung pesan ke pihak kantor atau wartawannya. Secara materi, eksposnya memang bisa didapat dari media on line-nya juga atau difoto-copy, tapi secara produk, materi cetakan yang asli di koran masih lebih berharga dan bergengsi untuk dipajang sebagai pigura atau album di kantor. Ini tradisi enterpreneurship,” ujar mantan salah satu direktur di PT Pelindo-I Belawan itu.


Tentang fanatisme konsumen terhadap koran SIB, masih banyak ragam kisah ‘siapkan uang lebih’ untuk biaya beli koran dengan angka bandrol itu. Memang, itu sering terjadi di masa transaksi pra era media on-line dan masa ‘jamurisme’ medsos yang terkombinasi era krisis akibat dampak pandemi Covid-19 di akhir 2019 lalu.


Dengan versi babak berbeda tapi dengan kisah serupa, fanatisme konsumen dengan konsekuensi sering harus beli koran dengan stok uang melebihi harga koran itu, secara terpisah, diungkap Erikson L Tobing, seorang peminat bacaan aneka literatur plus pengagum Barack Obama, Ir Sanusi Surbakti (konsultan senior di INKINDO), Captain Tagor Aruan (Ketua Umum KIB), DR RE Nainggolan MM (mantan Sekda dan Ka Bappeda Sumut), dan masih banyak lagi.


Oleh zaman dan atas nama kompetisi, produk dan harga memang pasti akan berubah. Tak hanya sesuai pangsa (pasar) atau berdasarkan matra (item media), tetapi juga selera. Namun, berapapun oplah dan harganya saat ini, itulah fakta terkini betapa masih berharganya koran SIB di mata dan hati konsumen. (f)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: KORAN SIB
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com