Jakarta (SIB)
Jaksa Agung RI Sanitiar Burhanuddin menegaskan, pembentukan Satuan tugas (Satgas) 53, bukanlah sebagai koreksi, melainkan untuk memperkuat dan mempercepat kinerja Intelijen dan Pengawasan dalam hal penyajian informasi, akurasi, dan kecepatan bertindak dalam menyelesaikan setiap dugaan pelanggaran disiplin.
"Pembentukan Satgas 53 ini, senafas dengan arahan Presiden Republik Indonesia, pada pembukaan Rapat Kerja Kejaksaan Republik Indonesia Tahun 2020 pada tanggal 14 Desember 2020. Dalam arahannya, Presiden telah menyampaikan Kejaksaan adalah wajah penegakan hukum Indonesia di mata masyarakat dan internasional. Setiap tingkah laku dan sepak terjang setiap personil di Kejaksaan, dalam penegakan hukum akan menjadi tolak ukur wajah negara dalam mewujudkan supremasi hukum di mata dunia. Karena itu, penguatan terhadap pengawasan dan penegakan disiplin internal dalam tubuh Kejaksaan, adalah hal yang tidak dapat ditawar lagi," kata Jaksa Agung Sanitiar Burhanuddin saat melantik 31 orang anggota Satgas 53 di Gedung Menara Kartika Adhyaksa Kompleks Perkantoran Kejaksaan Agung, Jakarta Selatan, Senin (28/12).
Jaksa Agung menjelaskan, pemberian nama Satgas 53 ini, terilhami dari Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri atau PP 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam PP 53, terkandung berbagai macam muatan kewajiban, larangan, dan jenis-jenis hukuman disiplin yang dapat dijatuhkan.
"Setiap penjatuhan hukuman disiplin, haruslah dipandang sebagai bentuk pembinaan, sehingga yang bersangkutan dapat memperbaiki diri dan berperilaku menjadi lebih baik lagi. Perilaku dan sikap baik yang diterapkan setiap pegawai, tentunya akan membawa pula dampak positif bagi institusi. Suatu institusi akan dipandang baik oleh masyarakat, jika aparaturnya memiliki landasan integritas yang tak tercela. Karena itu, maksud dan tujuan dibentuknya Satgas 53 adalah untuk mewujudkan Kejaksaan yang bersih dan meningkatkan kepercayaan publik terhadap instansi Kejaksaan," tegasnya.
Satgas 53 ini terdiri dari gabungan antara bidang Jaksa Agung Muda Intelijen, Jaksa Agung Muda Pengawasan, dan Pusat Penerangan Hukum yang memiliki karakteristik fungsi yang berbeda namun saling melengkapi.
"Saya menunjuk Jaksa Agung Muda Intelijen sebagai Ketua I Satgas 53, dengan harapan penanganan pelanggaran disiplin dapat ditinjau dari ranah pencegahan, bukan lagi sekadar dalam rangka penindakan. Melalui fungsi intelijen, dugaan pelanggaran disiplin, dapat diketahui sejak awal melalui deteksi dini. Dengan upaya dan metode pendeteksian dini ini akan lebih mencegah dan menghindarkan setiap personil Kejaksaan dari perbuatan tercela dan yang dapat merugikan institusi," beber Jaksa Agung
Mantan Jampdatun diera Jaksa Agung Basrief Arief ini juga mengatakan bahwa, Satgas 53 adalah akselerator dan terobosan penegakan disiplin. Karena itu, kepada Ketua Satgas I (Jaksa Agung Muda Intelijen) dan Ketua Satgas II (Jaksa Agung Muda Pengawasan) agar memastikan, keberadaan tim ini tidak overlapping dengan bidang-bidang lain yang sudah ada. Di dalam struktur Satgas 53 ini dibentuk 3 tim yang saling berkesinambungan yaitu Tim I sebagai Penerima Laporan dan Aduan Masyarakat, dilanjutkan oleh Tim II dalam Deteksi Dini, dan ditindaklanjuti oleh Tim III dengan melakukan tindakan dini.
Jaksa Agung berharap, Pusat Penerangan Hukum yang memiliki fungsi hubungan masyarakat, dalam menerima setiap laporan dan aduan masyarakat, sehingga diharapkan dapat menjadi gerbang informasi terkait perilaku dan kinerja pegawai Kejaksaan di seluruh penjuru Indonesia. Kemudian dalam Bidang Intelijen yang memiliki kemampuan analisis melalui perangkat intelijen akan bergerak menggali lebih dalam informasi dan data yang diterima. Dan dalam Bidang Pengawasan akan menjadi tempat pendisiplinan bagi setiap oknum Jaksa atau pegawai Kejaksaan yang melakukan pelanggaran disiplin. (J02/d)