Jokowi Pantau Terus Perkembangan Bencana di Tanah Air

Pemerintah Tetapkan Status Tanggap Darurat Gempa Sulbar

593 view
Jokowi Pantau Terus Perkembangan Bencana di Tanah Air
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
BANTUAN KORBAN GEMPA: Prajurit TNI bersiap memasuki Pesawat Hercules A 1321 TNI AU yang membawa bantuan logistik untuk korban gempa bumi Majene di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (15/1).

Jakarta (SIB)

Presiden Joko Widodo menyatakan, akan terus memantau perkembangan bencana alam yang terjadi di Tanah Air, baik yang ada di Sumedang, Jawa Barat; Majene, Sulawesi Barat; kemudian banjir di Kalimantan Selatan.

"Saya akan terus memantau perkembangan bencana di Tanah Air, baik yang ada di Sumedang, yang ada di Majene Sulawesi Barat, kemudian yang ada di banjir yang ada di Kalimantan Selatan," ujar Jokowi dalam keterangan persnya yang ditayangkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Jumat (15/1).

"Dan kita ingin, baik pemerintah daerah, pemerintah pusat, selalu hadir di tengah masyarakat dalam keadaan bencana ini," tegasnya.

Sebagaimana diketahui, rangkaian kejadian bencana alam terjadi dalam beberapa hari terakhir.

Pada Sabtu (9/1) terjadi longsor di Dusun Bojong Kondang, RT 003/010, Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, mengakibatkan banyak korban jiwa. Korban tidak hanya berasal dari warga setempat, tim SAR gabungan tengah melakukan evakuasi dilaporkan turut menjadi korban.

Kemudian, pada Jumat (15/1), terjadi gempa berkekuatan magnitudo 6,2 di Kabupaten Majene pukul 10.28. Berdasarkan informasi yang diterima, hampir ratusan orang luka-luka. Selain itu, sejumlah daerah di Kalimantan Selatan terendam banjir pada beberapa hari terakhir.

Sehingga, Jokowi pun mengingatkan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dari bencana banjir dan tanah longsor. Menurut dia, dalam beberapa bulan ini akan terjadi peningkatan curah hujan yang cukup ekstrem.

"Sekali lagi saya mengajak kepada masyarakat untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dari bencana banjir dan tanah longsor," tutu Jokowi. "Karena bulan-bulan ini terjadi peningkatan curah hujan yang cukup ekstrem. Perhatikan selalu peringatan dini dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)," tambahnya.

Tanggap Darurat

Gempa bumi dengan magnitudo (M) 6,2 di Sulawesi Barat membuat puluhan orang meninggal dunia dan ratusan orang terluka. Pemerintah juga sudah menetapkan status tanggap darurat atas gempa Sulbar.

"Saat ini pagi telah ditetapkan status tanggap darurat di tingkat provinsi," kata Kapusdatinkom BNPB Raditya Jati dalam konferensi pers di BNPB, Sabtu (16/1).

Hingga saat ini, tercatat ada 46 orang meninggal dunia akibat gempa Sulbar. Rinciannya, 9 orang meninggal di Kabupaten Majene dan 37 orang meninggal di Kabupaten Mamuju.

"Selain itu, ada 826 orang luka-luka," ujar Raditya.

Kepala BNPB Doni Monardo sudah menyerahkan bantuan senilai Rp 4 miliar. Rinciannya, Rp 2 miliar untuk provinsi dan masing-masing Rp 1 miliar untuk Kabupaten Majene dan Mamuju.

"Kepala BNPB menyerahkan bantuan Rp 4 miliar, yaitu Rp 2 miliar untuk provinsi dan masing-masing Rp 1 miliar untuk Kabupaten Majene dan Mamuju," kata Raditya.

Gempa dengan magnitudo (M) 6,2 mengguncang Majene dan berdampak pada ibu kota Sulbar di Mamuju. Gempa terjadi pada Jumat (15/1) pukul 01.28 WIB atau 02.28 waktu setempat.

Berdasarkan data per 16 Januari 2021 pukul 02.00 WIB, Pusat Pengendali Operasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana melaporkan 189 orang di Kabupaten Mamuju mengalami luka berat dan dirawat pascagempa M 6,2 yang terjadi pada Jumat (15/1) pukul 01.28 WIB atau 02.28 waktu setempat di Provinsi Sulawesi Barat.

Saat ini pasien yang dirawat di rumah sakit terdampak juga telah dievakuasi sementara ke RS lapangan.

Selain itu, korban meninggal akibat gempa tersebut mencapai 42 orang, dengan rincian 34 orang meninggal dunia di Kabupaten Mamuju dan 8 orang di Kabupaten Majene.

BPBD Kabupaten Majene, Kabupaten Mamuju, dan Kabupaten Polewali Mandar masih melakukan pendataan dan mendirikan tempat pengungsian serta berkoordinasi dengan TNI-Polri, Basarnas, relawan, dan instansi terkait dalam upaya pencarian para korban terdampak gempa tersebut.

Hingga saat ini, Kabupaten Majene masih dilakukan proses perbaikan arus listrik sehingga seluruh wilayah masih dalam keadaan padam. Sedangkan sebagian wilayah di Kabupaten Mamuju sudah dapat dialiri listrik dan sebagian lainnya masih mengalami gangguan.

Guna mencegah potensi penularan Covid-19 pada lokasi terdampak bencana, Kementerian Kesehatan juga telah mengaktifkan klaster kesehatan yang terletak di Kabupaten Mamuju dengan menyediakan 25 ambulans, tenda, peralatan ortopedi, obat-obatan ortopedi, dan logistik berupa masker bedah 50 ribu lembar dan masker kain 20 ribu lembar.

Kirim Bantuan

Kementerian Sosial juga menyalurkan bantuan Rp 1,7 miliar bagi korban gempa di Sulawesi Barat. Bantuan dikirim dengan pesawat Hercules milik TNI AU melalui Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Jumat (15/1).

Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam M Safii Nasution mengawal langsung bantuan dengan ikut naik pesawat Hercules, setelah Mensos Tri Rismaharini bersama Kepala BNPB juga bertolak ke Sulawesi Barat.

Safii menjelaskan bantuan tersebut terdiri atas bantuan logistik tanggap darurat pusat senilai Rp 979.819.710, bantuan logistik gudang regional timur senilai Rp 621.911.700, dan santunan ahli waris bagi delapan korban yang telah teridentifikasi sebesar Rp 120 juta untuk masing-masing ahli waris senilai Rp 15 juta. Selanjutnya seluruh ahli waris korban bencana meninggal dunia akan diberi santunan dengan nilai yang sama.

"Bantuan ini diwujudkan makanan siap saji, makanan anak, tenda gulung, matras, peralatan keluarga, tenda serbaguna, dan keperluan lainnya," jelas Safii Nasution di Sulbar dalam rilis yang diterima, Sabtu (16/1).

Bantuan yang diserahkan Kemensos antara lain makanan siap saji 2.500 paket, makanan anak 1.200 paket, tenda gulung 500 lembar, matras 1.000 lembar, selimut 700 lembar, peralatan dapur 200 paket, tenda serbaguna 10 unit, kids wear 500 paket, velbed 40 unit, kasur 370 buah, sandang 30 paket, perlengkapan Tagana 20 paket.

Kemensos juga mengerahkan personel Taruna Siaga Bencana (Tagana) dari Sulawesi Selatan sebanyak 50 personel dan Sulawesi Tengah sebanyak 19 personel untuk membantu Tagana setempat untuk membuka dapur umum dan memberikan layanan dukungan psikososial (LDP).

"Sejak bencana terjadi, kami melalui Tagana telah berkoordinasi dengan Dinas Sosial di wilayah terdampak gempa tentang aktivitas penanganan dan mengamati situasi terkini," ucap Syafii.

Gempa Susulan

BNPB mengatakan BMKG memperkirakan gempa susulan masih akan terjadi. Karena itu, warga diimbau tetap tenang dan waspada.

"BMKG memprakirakan gempa susulan masih akan terjadi. Untuk itu, BNPB mengimbau masyarakat tetap tenang dan selalu waspada terkait adanya potensi gempa susulan yang berkekuatan signifikan," kata Raditya Jati.

Bagi warga yang tinggal di kawasan perbukitan, BNPB meminta warga untuk tetap waspada terhadap longsor. Sementara itu, masyarakat yang berada di pesisir pantai diminta menjauh ketika merasakan gempa susulan. "BNPB juga mengimbau masyarakat yang tinggal di kawasan perbukitan dengan tebing curam untuk waspada terhadap longsoran dan reruntuhan batu. Selain itu, yang tinggal di kawasan pantai atau pesisir diharapkan selalu waspada dan segera menjauhi pantai apabila merasakan adanya gempa susulan," ungkap Raditya. (Kompas.com/detikcom/d)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Hariansib edisi cetak
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com