Jokowi Tak Gentar RI Digugat di WTO: Siapkan Lawyer Kelas Internasional

* RI Bakal Punya Kawasan Industri Hijau Pertama di Dunia

573 view
Jokowi Tak Gentar RI Digugat di WTO: Siapkan Lawyer Kelas Internasional
Internet
Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan dalam acara Groundbreaking Pembangunan Smelter PT Freeport Indonesia di KEK JIIPE, Kecamatan Manyar, Gresik, Selasa (12/10/2021)

Jakarta (SIB)

Indonesia digugat Uni Eropa ke World Trade Organization (WTO) akibat larangan ekspor bijih nikel. Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun mengaku tak gentar meski kebijakan itu digugat.


"Harus berani kita mengatakan tidak, seperti pada saat ini kalau kita bilang tidak meskipun kita digugat di WTO, nggakpapa," kata Jokowi saat memberi pengarahan pada Peserta PPSA XXIII dan PPRA LXII Tahun 2021 LKNRI, melalui kanal YouTube Setpres, Rabu (13/10).


Jokowi mengatakan, adalah hak Indonesia untuk mengolah sumbar daya alamnya sendiri, terutama minerba. Karena itu, dia tak akan mundur meski larangan ekspor bijih nikelnya digugat. Bahkan, dia menegaskan larangan ekspor terhadap barang mentah minerba.


"Barang-barang kita mau kita jadikan pabrik di sini, mau dijadikan barang di sini, hak kita dong. Ya kita hadapi kalau ada yang menggugat, kita hadapi. Jangan digugat kita mundur lagi, nggak akan datang kesempatan itu lagi, peluang itu lagi," ujarnya.


"Ini kesempatan kita bisa mengintegrasikan industri besar yang ada di dalam negeri. Sawit juga sama, suatu titik nanti stop yang namanya ekspor CPO, harus jadi kosmetik, harus jadi mentega, harus jadi biodiesel dan turunan-turunan lainnya," sambung Jokowi.


Jokowi pun mewanti-wanti untuk tak grogi menghadapi gugatan yang dilayangkan tersebut. Dia memastikan menyiapkan lawyer kelas internasional untuk menghadapi gugatan itu di WTO.


"Harus punya keberanian. Jangan sampai kita grogi gara-gara kita digugat di WTO. Ya disiapkan lawyer yang kelas-kelas internasional yang enggak kalah kita," kata Jokowi.


Seperti diketahui, Uni Eropa (UE) melanjutkan gugatan terhadap Indonesia ke Organisasi Perdagangan Internasional (World Trade Organization/WTO). Benua biru melayangkan gugatan atas larangan ekspor bijih nikel yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam Undang-undang (UU) Mineral dan Batubara (Minerba).


Sebelumnya, Indonesia dan Uni Eropa telah melalui proses konsultasi terkait gugatan tersebut sebelum melanjutkannya ke persidangan WTO. Ternyata, setelah melalui beberapa konsultasi, UE memutuskan untuk tetap melanjutkan gugatannya ke WTO dengan meminta pembentukan panel atas gugatan tersebut yang terdaftar dengan nomor dispute settlement (DS) 592.

Pertama di Dunia


Di acara itu Jokowi juga mengatakan, pemerintah akan mulai membangun kawasan industri hijau (green industrial park) pertama di dunia pada November 2021 dengan luas 20 ribu hektare.


"Produk keluarannya (dari Green Industrial Park) adalah produk hijau, energinya adalah energi hijau, semuanya energi baru terbarukan," kata Presiden Jokowi.


Presiden Jokowi mengatakan, kawasan ini akan dibangun di Kalimantan Utara, dengan salah satu sumber energi berasal dari Sungai Kayan.


Pembangunan kawasan industri berbasis energi hijau yang ramah lingkungan harus disiapkan Indonesia. Hal itu karena pada 10 tahun lagi, negara-negara maju dunia seperti Amerika Serikat ataupun kelompok Uni Eropa akan enggan membeli produk yang dihasilkan dari industri dengan sumber batu bara.


"Sehingga kita harus mendahului. Ini nanti adalah yang pertama di dunia, kita memiliki 20 ribu hektare green industrial park," kata Presiden Jokowi.


Investor saat ini sudah banyak yang mengutarakan minatnya untuk berproduksi di di Green Industrial Park Kalimantan Utara.


"Yang memesan kawasan ini sudah antre. Karena mereka tahu yang digunakan di sini adalah energi hijau," kata Presiden Jokowi.


Lebih lanjut Presiden menjelaskan Sumber Daya Alam (SDA) Indonesia harus dimanfaatkan secara bijaksana. Artinya, pemanfaatan sumber daya alam harus terukur dan terkalkulasi. Kegiatan ekonomi berbasis SDA juga harus memperhatikan keberlanjutan ekosistem lingkungan hidup.


Akan Hilang

Jokowi ingin mahasiswa memahami banyak ilmu dan keterampilan. Sebab, ke depan akan banyak pekerjaan yang hilang dan digantikan dengan pekerjaan-pekerjaan baru.


"Ke depan akan banyak pekerjaan-pekerjaan yang hilang, tapi akan muncul pekerjaan jenis-jenis baru," kata Jokowi di kesempatan itu.


Pekerjaan yang diprediksi Jokowi bakal hilang tidak hanya berasal dari satu sektor saja. Kasir misalnya, dulu sangat penting, tetapi kini para pemilik uang mengelola keuangan secara mandiri melalui e-payment.


Kemudian credit assessor, kini jumlahnya sangat banyak, tetapi ke depan akan digantikan oleh fintech (financial technology). Demikian pula dengan penerjemah, ke depan akan digantikan oleh aplikasi translation.


"Insinyur-insinyur bisa diganti nantinya dengan, hati-hati juga dengan advance robotic," ujar Jokowi.


Oleh karenanya, Jokowi meminta pendidikan tinggi memfasilitasi mahasiswanya untuk mengembangkan talenta.


Ia tidak mau mahasiswa dipagari oleh program-program studi di fakultas yang justru membelenggu. Ia ingin mahasiswa Indonesia memahami seluruh ilmu, mulai dari matematika, statistik, bahasa, hingga ilmu komputer.


Bahasa yang menurut Jokowi kini wajib dipahami pun bukan hanya bahasa Inggris saja, tetapi yang lebih penting adalah bahasa coding atau pemrograman.


"Karena semuanya nanti akan hybrid, semuanya akan hybrid. Hybrid knowledge, hybrid skill, semuanya akan ke sana," kata dia.


Saat ini, lanjut Jokowi, hybrid skill sudah terjadi di dunia kedokteran. Dokter tidak hanya dituntut memahami urusan obat-obatan, tetapi juga robotik. Sebab, proses operasi kini bisa dilakukan dengan advance robotic, bahkan secara jarak jauh.


Khusus terkait hal itu, Jokowi ingin fakultas kedokteran secepatnya mengajarkan mata kuliah tentang robotik. "Sehingga skill untuk hal-hal baru, harus selalu di-update teknologinya," kata Presiden. (detikcom/Merdeka/Kps/f)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Koran SIB
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com