Judi Masih Marak di Karo, Moderamen GBKP akan Pecat Pendeta Bila Jadi Agen


1.153 view
Judi Masih Marak di Karo, Moderamen GBKP akan Pecat Pendeta Bila Jadi Agen
Foto Dok
Pdt Krismas Imanta Barus

Medan (SIB)

Praktek dan aksi bisnis judi berbagai bentuk seperti tembak ikan (gelper), dadu kopyok dan togel online yang masih tampak marak di sejumlah lokasi daerah Karo, selama ini dinilai akibat kurang dan lemahnya peranan dan terobosan kalangan tokoh gereja, termasuk Gereja Batak Karo Protestan (GBKP) sebagai organisasi gereja terbesar di daerah itu.


Namun, Ketua Umum Moderamen GBKP (setara Ephorus di HKBP), Pdt Krismas Imanta Barus, membantah tudingan itu, walaupun selama ini bentuknya bukan seruan sesaat, tapi menjadi program rutin untuk pembinaan mindset secara berkesinambungan sembari menciptakan ruang kreatifitas positif bagi masyarakat, termasuk kalangan jemaat dan pelayan gereja.


"GBKP tidak pernah berhenti membina jemaat melalui bahan khotbah, Penelaahan Alkitab (PA) dan forum kebaktian antar keluarga atau Perpulungan Jabu-jabu (PJJ). Kami para pendeta sebagai pelayan masyarakat harus menjadi teladan, tidak ada yang menjadi agen (judi). Kalau ada, pasti dipecat," katanya tegas kepada SIB melalui seluler dan rilis WA ketika dikonfirmasi langsung, Selasa (29/11).


Ketegasan itu ditunjukkan Krismas dengan menulis kata dipecat dengan huruf kapital. Dia juga menegaskan pihaknya melalui TimHumas IT GBKP telah bertemu dan bicara langsung dengan pihak Muspika Karo, para aparat (polisi dan TNI), serta para tokoh jemaat GBKP. Namun, tidak dijelaskan, antara lain kapan dan di mana.


Pemimpin tertinggi GBKP menegaskan hal itu seputar adanya penilaian atau dugaan sejumlah tokoh jemaat GBKP di Medan serta tokoh muda GBKP di Karo, yang mempertanyakan kenapa pihak Moderamen tak pernah menggelar gerakan atau aksi tolak judi-narkoba, terhadap maraknya aksi judi berbagai bentuk di daerah ini. Bahkan, pihak Moderamen dituding kurang atau bahkan tidak menyatakan dukungan atas sejumlah aksi tolak dan protes bahkan gerebek (razia) judi yang dilakukan pihak aktifis gereja selama ini.


Tokoh GBKP di Medan, Dr Ir Budi D Sinulingga, mengakui pihaknya hanya 'sebatas' mendengar adanya pernyataan tolak judi-narkoba oleh pihak Moderamen selama ini. Melalui WA singkat, dia menyebutkan 'sepertinya ada' (pernyataan atau gerakan itu).


Hal senada juga dicetuskan Ketua Umum Pemuda Barisan Karo (PBK) Jesayas Tarigan, bahwa Moderamen GBKP sebagai pimpinan tertinggi gereja di Karo, perlu menggalang dan menginstruksikan para jemaat, pendeta, pertua diaken, permata (pemuda GBKP) serta para katagorialnya, turun dengan gelombang atau massa yang besar. Selain mencetuskan dan membeberkan praktek judi yang ada di wilayah atau desa masing-masing, juga untuk meyakinkan para aparat terkait agar segera bertindak tegas.


"Setahu saya GBKP ada membuat gerakan dan pernyataan menolak judi dan narkoba di Karo, hanya saja perlu terobosan yang lebih tepat strategi agar menjadi perhatian masyarakat luas hingga ke perhatian Kapolri, Panglima TNI, Kejagung, DPR/MPR RI bahkan ke Presiden Jokowi. Aksi warga jemaat GBKP di Karo yang cukup besar dan banyak itu akan menjadi sosial kontrol massa dengan publikasi luas para jurnalis lokal dan nasional dari media cetak dan online, serta media-media sosmed yang pasti viral. Sehingga, para mafia judi dan narkoba tak akan mampu buang badan lagi atau tutup mulut rapat-rapat di hadapan publik dan aparat berkompeten," paparnya, ketika akan menghadiri rapat pemekaran Deliserdang di Delitua.


Bahkan, dugaan seorang tokoh muda Karo (via WA) bahwa pihak gereja ini terkesan 'masuk angin' dan 'indikasi politik balas budi' sehingga kurang aksi tolak-protes judi selama ini, Krismas Ketua Moderaman ketika dikonfirmasi khusus, hanya mengutarakan GBKP tidak pernah berhenti membina dan mendidik jemaat melalui semua materi pembinaan dan pelayanan yang sifatnya bukan sekali tayang, tetapi menjadi materi dan program rutin.


"GBKP punya Biro HIV-AIDS (pimpinan Pdt Masada Sinukaban MSi) yang juga bertugas rutin cegah-tolak judi-narkoba oleh tenaga khusus para pendeta penuh waktu (full timer). Hal yang perlu dikembangkan adalah diskusi untuk menemukan metode efektif sebagai kultur masyarakat dan aparat. Pernahkan Anda wawancarai para aparat untuk hal ini, siapa tahu mereka punya ide, dan apakah ide mereka itu bisa menjadi budaya penanganan temporal," katanya. (A5/a)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Koran SIB
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com