Tuding Pemilu Berlangsung Curang

Militer Myanmar Ambil Alih Kekuasaan

* Presiden Myanmar dan Pemimpin De Facto Aung San Suu Kyi Ditangkap dan Ditahan

397 view
Militer Myanmar Ambil Alih Kekuasaan
Foto: Agence France-Presse-Getty Images
BLOKIR: Tentara memblokir jalan menuju Parlemen Myanmar di Naypyitaw, Senin (1/2) setelah militer menahan pemimpin sipil negara itu, Aung San Suu Kyi dan Presiden Myanmar Win Myint.

Nay Pyi Taw (SIB)

Militer Myanmar mengambil alih kekuasaan setelah pemimpin de facto Aung San Suu Kyi Presiden Win Myint serta pemimpin politik lainnya ditangkap. Kudeta terjadi setelah meningkatnya ketegangan antara pemerintah sipil dan militer menyusul sengketa pemilu.

Beberapa jam setelah penangkapan itu, TV militer mengumumkan darurat nasional selama setahun.

Myanmar, juga dikenal sebagai Burma, dipimpin militer sampai reformasi demokrasi dimulai pada 2011.

Pada Senin (1/2), seperti dilansir BBC, militer menyampaikan pihaknya menyerahkan kekuasaan kepada Panglima Militer Myanmar Jenderal Min Aung Hlaing. Sementara itu, para tentara dikerahkan di jalan-jalan di ibu kota negara Nay Pyi Taw, dan kota utama Yangon.

Pada pemilu November 2020, partai yang dipimpin Suu Kyi, Liga Nasional untuk Demokrasi

(NLD) memenangkan cukup kursi untuk membentuk pemerintahan. Namun militer menuding pemilu berlangsung curang.

Sebelumnya juru bicara NLD, Myo Nyunt menyampaikan Suu Kyi, Presiden Win Myint dan pemimpin lainnya ditangkap pada pagi buta. Namun dia meminta agar rakyat Myanmar menanggapi hal ini dengan bertindak sesuai hukum yang berlaku.

Menurut anggota keluarga, tentara juga menyambangi rumah kepala menteri di sejumlah daerah dan menangkap mereka.

Koneksi data internet dan layanan jaringan seluler terputus di kota-kota besar, sementara media pemerintah MRTV tak bisa siaran karena masalah teknis.

Jaringan telekomunikasi dengan Kota Nay Pyi Taw terputus dan sulit untuk memantau keadaan di sana.

Di Kota Yangon, jaringan telepon dan internet dibatasi, di mana banyak provider memutus jaringan mereka.

Ada laporan warga di Yangon menyerbu ATM untuk menarik uang mereka di tengah prediksi akan adanya kegentingan dalam beberapa hari ke depan. Beberapa mesin ATM tak bisa diakses dan belum jelas apakah bank akan tetap beroperasi.

Sebelum pemilu 2010, Myanmar memang telah lama dikuasai pemerintah junta militer.

Pemerintah junta militer berlaku di Myanmar sejak kudeta 1962. Min Aung Hlaing yang berusia 64 tahun itu mulai terjun ke dunia politik saat kuliah jurusan hukum di Yangon University pada 1972-1974.

"Dia (Aung Hlaing) terkenal tidak banyak bicara dan tidak sering mencuri perhatian," kata seorang rekan satu angkatan Aung Hlaing saat kuliah kepada Reuters.

Ketika mahasiswa lain bergabung dalam sejumlah demonstrasi, Aung Hlaing memilih untuk mendaftar dalam sekolah militer, Defence Service Academy (DSA). Ia berhasil masuk pada 1974 setelah tiga kali mendaftar.

PANIC BUYING

Sementara itu, Antrean panjang dilaporkan mengular di sejumlah supermarket di Kota Yangon, beberapa jam setelah militer menahan Aung San Suu Kyi dan sejumlah pejabat pemerintah lainnya dalam upaya kudeta pada Senin dini hari.

Seorang warga asing yang tinggal di Yangon menuturkan sebagian besar warga panik hingga memborong barang-barang pokok di supermarket lantaran khawatir akan terjadi kerusuhan menyusul kudeta yang dilakukan militer.

"Jalanan masih sedikit sibuk seperti biasa, bank diperintahkan untuk tutup sementara. Supermarket masih antrean panjang. Tadi ke ATM antre panjang. Supermarket juga. Orang panic buying. Ini toko beras dan minyak dekat rumah juga ada antrean panjang," kata warga tersebut melalui pesan singkat.

Dia menuturkan warga Myanmar kebingungan dengan apa yang akan terjadi ke depan setelah militer mengambil alih kekuasaan pemerintah.

Ia mengatakan banyak orang yang bergerombol di luar rumah mendiskusikan apa yang sedang terjadi.

"(Saya) sempat bicara dengan beberapa orang yang sedang antre, mereka bilang 'Yes, we are not happy, we are angry with situation like this'. Mayoritas pendukung Suu Kyi, jadi dikhawatirkan akan terjadi demo atau kerusuhan," katanya. (Merdeka.com/CNNI/a)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Hariansib edisi cetak
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com