Waspadai Lonjakan Kematian

Pastikan Sistem Pelayanan Kesehatan RI Tidak Lumpuh

* Pasien Omicron di Wisma Atlet Bertambah

377 view
Pastikan Sistem Pelayanan Kesehatan RI Tidak Lumpuh
Foto Kolase/harianSIB.com
Pangkostraddr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid - Charles Honoris

Jakarta (SIB)

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah mewaspadai kemungkinan kenaikan tren kasus kematian akibat Covid-19 varian Omicron.


Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, pihaknya sedang mempersiapkan pelayanan yang prima di RS serta kesiapan obat-obatan penunjang agar tak terjadi peningkatan kasus kematian di rumah sakit.


"Untuk prediksi peningkatan tren kasus kematian karena Omicron ini, kami sudah persiapkan baik obat, oksigen, dan konversi ruang perawatan untuk pasien Covid-19 di rumah sakit," kata Nadia saat dihubungi, Minggu (23/1).


Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kemenkes itu juga menyebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan dinas kesehatan di daerah jika diperlukan tambahan tempat tidur untuk pasien.


"Kalau memang diperlukan, bed perawatan bisa ditambah," ucap dia.


Terpisah, Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Charles Honoris, memberikan sejumlah catatan kepada pemerintah agar sistem Indonesia tidak kolaps akibat varian Omicron.


"Seperti yang kita ketahui varian Omicron ini memiliki daya tular yang sangat tinggi. Oleh karena itu, peningkatan angka penularan di berbagai negara terjadi dengan sangat cepat. Hal yang serupa berpotensi terjadi juga di Indonesia," kata Charles kepada wartawan, Sabtu (22/1).


Charles menyarankan pemerintah perlu melakukan percepatan vaksinasi Covid-19, baik yang primer maupun booster.


Menurutnya, meski vaksinasi tidak bisa sepenuhnya menghentikan penularan, tetapi vaksinasi dapat memberi perlindungan seseorang dari sakit keras dan juga kematian.


"Vaksinasi memang tidak bisa sepenuhnya menghentikan penularan. Apalagi dengan mutasi-mutasi virus yang memunculkan berbagai varian baru. Namun, sampai saat ini vaksinasi masih terbukti efektif memberikan perlindungan dari sakit keras dan kematian. Maka dari itu pemerintah harus mempercepat upaya penyelesaian vaksinasi primer dan juga menggenjot vaksinasi booster di wilayah-wilayah yang angka vaksinasi primernya sudah tinggi," ujarnya.


Charles menuturkan, pemerintah juga harus memastikan sistem pelayanan kesehatan siap, sehingga tidak kolaps seperti saat varian delta memuncak pada pertengahan Juni 2021. Dia menyebut fasilitas kesehatan yang tidak memadai berpotensi meningkatkan angka kematian.


"Di sisi lain, pemerintah juga harus memastikan agar sistem pelayanan kesehatan kita tidak menjadi lumpuh. Hal ini nyaris kita alami ketika Indonesia dihantam gelombang varian delta di tahun lalu. Kondisi fasilitas kesehatan yang tidak memadai beresiko meningkatkan angka kematian," ucapnya.


Charles mengatakan, untuk menentukan peningkatan level PPKM, pemerintah disarankan untuk menjadikan angka BOR dan kematian sebagai acuan utama. Pemerintah, kata Charles, harus membatas mobilitas masyarakat jika laju angka BOR meningkat.


"Angka BOR dan angka kematian harus dijadikan acuan utama dalam menentukan peningkatan atau penurunan level PPKM.


Apabila BOR di suatu wilayah sudah mulai meningkat mencapai titik tertentu maka pemerintah harus membatasi mobilitas masyarakat untuk memperlambat laju penularan virus dan memberikan ruang untuk bernapas bagi fasilitas pelayanan kesehatan," ucapnya.

Lebih lanjut, Carles mengatakan, pemerintah harus memastikan ketersediaan tempat tidur hingga obat-obatan di rumah sakit cukup menghadapi potensi gelombang 3 Covid-19.


Belum Divaksin

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap, dua pasien Covid-19 varian Omicron yang dirawat di rumah sakit (RS) meninggal dunia. Salah satu pasien diketahui belum disuntik vaksin.


"Yang satu, usia 64 tahun, belum divaksin," kata Juru Bicara Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi saat dihubungi, Sabtu (22/1) malam.


Nadia menuturkan satu pasien lainnya yang meninggal merupaan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) yang memiliki sejumlah penyakit penyerta (komorbid). Dia menyampaikan dua pasien itu sempat menjalani perawatan di RS selama lebih dari dua hari.


"Yang satu PPLN 54 tahun tapi punya multi komorbid yang tidak terkendali. Perawatanyaa sekitar 2-4 hari ya," tuturnya.


Bertambah

Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran mencatat ada penambahan pasien rawat inap Covid-19 varian Omicron. Penambahan tersebut sebanyak 24 orang.


"Pasien masuk rawat inap (pasien baru) 24, pasien keluar 5," ujar Koordinator Humas RSDC-19 Kolonel dr Mintoro Sumego dalam keterangan tertulis pada Minggu (23/1).


Jumlah pasien rawat inap Omicron di RSDC Wisma Atlet Kemayoran sebanyak 627 orang. Sementara itu, jumlah pasien Omicron yang pulang sebanyak 604 orang.


"Kumulatif rawat inap 627, simtomatik 386 asimtomatik 241. Kumulatif pasien pulang 604," tulisnya.


Sementara itu, Kepala Penerangan Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Kapen Kogabwilhan) I, Kolonel Marinir Aris Mudian, mengatakan secara keseluruhan jumlah pasien rawat inap positif Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran berkurang 45 orang.


"RSDC Wisma Atlet Kemayoran (tower 5 & 6) jumlah pasien rawat inap 2.695 orang (1.285 pria, 1.410 wanita), semula 2.650 orang berkurang 45 orang," ujar Kepala penerangan Kogabwilhan I, Kolonel Marinir Aris Mudian, dalam keterangan tertulis Minggu (23/1). (CNNI/detikcom/c)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Koran SIB
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com