Jakarta (SIB)
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan konfirmasi bahwa dirinya tak bisa datang ke Bali untuk acara G20. Ia sudah diundang oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk hadir ke Bali.
Dalam perbincangan bersama Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jumat (27/5), Presiden Zelensky mengaku tidak bisa meninggalkan rakyatnya untuk ke Bali, sebab Rusia sedang melancarkan invasi.
"Saya tidak bisa meninggalkan Ukraina. Saya tak bisa kemana-mana secara langsung, karena saya menetap bersama rakyat saya. Rakyat saya butuh dukungan saya. Saya butuh dukungan mereka," ujar Presiden Zelensky.
Zelensky berbincang dengan mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal. Dino menegaskan, tidak mungkin Indonesia mendukung Rusia yang melakukan invasi dan melanggar kedaulatan negara orang.
Sejak invasi dimulai, Presiden Volodymyr Zelensky memang tetap berada di ibu kota Ukraina. Ia bahkan sering bergerak ke berbagai lokasi untuk mengecek titik serangan, termasuk lokasi pembantaian di Bucha.
Zelensky berkata baru bisa berangkat apabila perang sudah selesai. Alternatif lain adalah wacana untuk hadir secara online.
"Saya akan bergabung dengan anda bila tidak ada perang, apabila ada perang, saya hanya bisa melakukannya secara online," jelas Presiden Ukraina.
Kondisi ekonomi di Ukraina memang sedang berantakan akibat invasi Rusia. Presiden Zelensky berkata pelabuhan-pelabuhan Ukraina terdampak karena serangan. Anggaran bulanan pun selalu defisit.
Selain itu, jutaan rakyat Ukraina harus mengungsi, baik di dalam negeri atau ke luar negeri. G20 lantas menjadi harapan bagi Ukraina.
"Saya harap G20 akan menemukan sebuah solusi pada perang ini. Kita harus bertindak hingga mereka (Rusia) menghentikan kebijakan agresi," ujarnya.
Setop Main-main
Volodymyr Zelenskyy menyerukan Barat untuk berhenti bermain-main dengan Rusia dan menjatuhkan sanksi yang lebih keras untuk mengakhiri "perang tidak masuk akal" di Ukraina.
Zelensky pun menegaskan bahwa negaranya akan tetap merdeka.
Dilansir dari kantor berita Reuters, Sabtu (28/5), kritik Zelensky terhadap Barat telah meningkat dalam beberapa hari terakhir ketika Uni Eropa bergerak lamban menuju kemungkinan embargo minyak Rusia, dan ketika ribuan tentara Rusia mencoba mengepung kota Sievierodonetsk dan Lysychansk di Ukraina timur.
Tiga bulan setelah invasinya ke Ukraina dimulai, Rusia telah menghentikan serangannya di ibu kota Kiev dan berusaha untuk mengkonsolidasikan kendali atas kawasan industri Donbas di Ukraina timur, di mana Putin telah mendukung pemberontakan separatis sejak 2014.
"Ukraina akan selalu menjadi negara merdeka dan tidak akan hancur. Satu-satunya pertanyaan adalah berapa harga yang harus dibayar rakyat kita untuk kebebasan mereka, dan berapa harga yang akan dibayar Rusia untuk perang yang tidak masuk akal ini melawan kita," kata Zelensky dalam pidato pada Kamis (26/5) larut malam waktu setempat.
"Peristiwa bencana yang sedang berlangsung masih bisa dihentikan jika dunia memperlakukan situasi di Ukraina seolah-olah menghadapi situasi yang sama, jika kekuatan yang ada tidak bermain-main dengan Rusia tetapi benar-benar mendesak untuk mengakhiri perang," cetus Zelensky.
Dia mengeluh tentang ketidaksepakatan di dalam Uni Eropa soal lebih banyak sanksi terhadap Rusia, dan bertanya mengapa beberapa negara diizinkan untuk memblokir rencana tersebut.
Uni Eropa saat ini sedang membahas putaran keenam tindakan hukuman, termasuk embargo impor minyak Rusia.
Ini membutuhkan kebulatan suara, tetapi Hungaria menentang gagasan itu dengan alasan bahwa ekonominya akan terlalu menderita.
Hungaria membutuhkan waktu hingga empat tahun untuk beralih dari minyak mentah Rusia dan melakukan investasi besar untuk menyesuaikan ekonominya.
Seorang pejabat tinggi Hungaria mengatakan, sampai ada kesepakatan untuk semua masalah tersebut, Hungaria tidak dapat mendukung embargo minyak Rusia yang diusulkan Uni Eropa.
Zelensky mencatat bahwa Rusia mendapatkan €1 miliar per hari dari Uni Eropa untuk pasokan energi.
"Berapa minggu lagi Uni Eropa akan mencoba menyetujui paket keenam ini?" tanyanya. (Liputan6/Detikcom/a)