Suardin Gaurifa Gubah Lagu Etnik ‘Bongino’ Sambut Tahun Baru di Masa Pandemi


689 view
Suardin Gaurifa Gubah Lagu Etnik ‘Bongino’ Sambut Tahun Baru di Masa Pandemi
Foto: dok/Suardin Gaurifa
Suardin Gaurifa

Medan (SIB)

Masa Natal dan menjelang Tahun Baru 2021 adalah saat prihatin bagi Suardin Gaurifa. Tidak seperti yang lalu-lalu, bila menjelang hari kelahiran Sang Penebus Dosa Dunia, kebahagiaan terasa maksimal. “Tetapi, pandemi Covid-19 tidak boleh merenggut sukacita yang dijanjikan-Nya. Setiap individu, khususnya yang percaya pada Yesus Kristus sebagai Juru S’lamat, harus bahagia di tengah adaptasi kebiasaan baru. Tetap merayakan, tapi mematuhi protokol kesehatan seperti bermasker, physical distancing dan lainnya,” tegasnya di jeda berbagi suka di sejumlah panti asuhan di Medan, Rabu (30/12).

Ada lima panti asuhan yang dikunjunginya bersama Pengurus Badan Kerja-sama Antar-Gereja (BKAG) Medan dan Panitia Natal BKAG Medan yang diketuai Pdt Krisman Saragih STh. Selain panti, ada sejumlah lokasi warga marjinal ekonomi yang dikunjungi dan agendanya, Kamis (31/12), berbaur dengan kelompok Ina Hanna. “Semua untuk berbagi,” ujar pria yang menjabat sebagai Sekretaris Umum BKAG Medan.

Dalam tiap pertemuan, Gaurifa ikut berkidung. Kadang mengupas nats untuk menguatkan suka cita di tengah keprihatinan. “Prihatin bukan berarti pasrah tapi tetap berikhtiar, berdoa dan jangan sedikit pun berjarak dengan-Nya,” tegasnya.

***

Lahir di Telukdalam, Nias Selatan pada 11 Agustus 1982 dari keluarga religius tapi sangat kuat memedomani adat. Orangtuanya menanamkan disiplin ketat. Sebelum matahari bangun, ia sudah beraktivitas yang didahului doa.

Menimba ilmu di SD Bawolowani dan SMP Katolik Bintanglaut serta SMAN 1 Telukdalam terus mengamalkan nasihat dari orangtua. Memasuki Bulan Natal, rutinitas yang terus dilakukan adalah berliturgi dan menghias gereja serta rumah. “Orang Nias punya kebiasaan menggunakan janur untuk menghias Christmas Tree, mempercantik gereja dan rumah,” kenangnya. Ia juga terlibat memanjat kelapa dan menebang bambu.

Ikut kegiatan religi bahkan pernah menjadi juara harapan pertama untuk berkidung kemuliaan. Di sekolah, ia aktif dalam pelajaran susastra. Mulai puisi, deklamasi. “Tapi saya dikenal bandel lho,” paparnya. Bandel yang terarah, maksudnya.

Saat malam Natal, lagu yang paling membekas adalah White Cristmas. “Kami anak-anak Nias menggubah dengan ‘Bongino’ yang dinyanyikan lebih khusyu dan syahdu,” kenangnya.

Setamat SMA, merantau ke Surabaya terus mengembara ke sentra industri wisata. Seperti Bali, Lombok di Nusa Tenggara Barat dan lainnya. Cita-citanya menjadi polisi, jaksa atau pengacara karena masuk sebagai abdi hukum karena ingin membela serta melindungi kaum lemah, kandas ketika bertemu dengan seorang gembala yang mendoakannya.

Ia menimba ilmu di STTII Surabaya hingga S2 terus melanjut di S3 STT Pelita Kebenaran GBI Rumah Persembahan Medan dan menjadi pengajar di almamaternya.

Menyunting Ny Dewi Widayanti STh yang memberinya buah hati yakni Aldrich, Bendrich dan Carlrich.

Kini, hasrat melindungi orang-orang dilakukan dari mimbar dengan menyampaikan kabar suka. Nats Kolose 3: 23 menjadi dasarnya dalam mengerjakan apapun. (R10/a)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Hariansib edisi cetak
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com