Meski Gampang Dideteksi, Dokter Sebut Hipertensi Sulit Dikontrol


653 view

Jakarta (SIB)- Hipertensi atau darah tinggi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang harus diwaspadai. Sebabnya meski gampang dideteksi, tingkat kewaspadaan masyarakat untuk penyakit ini ternyata masih rendah.

dr Siska S Danny, SpJP, FIHA dari RS Jantung Harapan Kita mengatakan bahwa sangat mudah mendeteksi hipertensi pada seseorang. Cukup dengan menggunakan alat, seseorang sudah bisa diketahui memiliki tekanan darah tinggi atau tidak. Hanya saja, kemauan masyarakat, khususnya pasien hipertensi untuk rajin kontrol dan taat minum obat masih rendah.

"Hipertensi itu penyakit tidak menular yang paling gampang dideteksi, obatnya murah, ada di mana-mana, di puskesmas, apotek, toko obat. Tapi kenapa hipertensi di Indonesia masih jadi masalah? Penyebabnya, orang masih nggak sadar kalau dia itu memiliki hipertensi," tutur dr Siska, dalam temu media Omron Health Care di Hotel Le Meridien, Jl Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (31/3).

Hipertensi menurut dr Siska tergolong sebagai lifelong treatment asymptomatic disease. Artinya, pengobatan penyakit ini harus dilakukan seumur hidup meski tidak memiliki gejala khusus.

Hanya saja, tak sedikit pasien yang berhenti berobat dan konsultasi ke dokter ketika mereka sudah merasa lebih baik atau lebih sehat. Dengan kata lain, komplikasi yang selama ini menyertai pasien seperti sakit kepala, nyeri dada atau sesak napas sudah tidak terasa.

Hal inilah yang menjadi penyebab masih tingginya angka hipertensi di Indonesia. dr Siska mengatakan bahwa ketaatan atau kepatuhan minum obat yang buruk akan berujung kepada komplikasi yang lebih berat. Pasien hipertensi misalnya, bisa jadi nantinya mengidap stroke atau bahkan gagal jantung jika penyakitnya tidak ditangani dengan baik.

"Kalau penyakit seperti pilek atau batuk itu kan minum obat untuk meredakan gejala. Ketika gejala hilang atau tubuh terasa lebih sehat, lebih enak, pengobatannya bisa berhenti. Tapi hipertensi tidak seperti itu," tambahnya lagi.

Karena itu ia mengimbau agar masyarakat lebih waspada soal hipertensi. Pengobatan jangka panjang untuk hipertensi bukan ditujukan untuk meredakan gejala, namun untuk menghindari komplikasi yang lebih berat di kemudian hari sehingga risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular akan berkurang.

"Jadi yang harus diingat itu adalah pengobatan hipertensi tidak ditujukan untuk menghilangkan gejala atau membuat pasien merasa lebih enak. Ketika tubuh lebih enak, pengobatan tetap harus dilanjutkan untuk mencegah kematian akibat penyakit kardiovaskular di kemudian hari," tandasnya.(detikHealth/i)

Tag:
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com