Anggaran Proyek Pembangunan Bendungan dan Saluran Irigasi di Pahae Jae Terkena Refocusing


1.783 view
Anggaran Proyek Pembangunan Bendungan dan Saluran Irigasi di Pahae Jae Terkena Refocusing
Foto: SIB/Bongsu Batara Sitompul
Proyek bendungan di Kecamatan Pahae Jae yang sumber dananya dari Kementrian PUPR masih proses pengerjaan.

Tapanuli Utara (SIB)

Akibat pandemi Covid-19, proyek pembangunan bendungan Sungai Batang Toru di Desa Parsaoran Nainggolan Kecamatan Pahae Jae, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara mengalami refocusing anggaran.

Pengawas Proyek dari Balai Wilayah Sungai (BWS) Wilayah Sumatera Utara II, Ismail Hasibuan yang dikonfirmasi melalui telepon selularnya kepada SIB, Senin (22/3) membenarkan adanya anggaran proyek yang direfocusing akibat pandemi Covid-19 yang terus berkelanjutan.

"Dari sekitar Rp 257 miliar yang dianggarkan untuk proyek tersebut, ada sekitar Rp 80 an miliar yang direfocusing," jelasnya.

Untuk progres proyek saat ini, Ismail mengatakan, untuk proyek bendungan progres berkisar 80 an % dan proyek tanggul progresnya berkisar 20 an %.

Pantauan SIB di lapangan, proyek yang sedang dikerjakan terlihat bendungan dan tanggul. Sedangkan saluran irigasi primer belum ada dibangun.

Saluran irigasi primer yang dimaksud adalah jaringan saluran dari pintu bendungan menuju areal persawahan masyarakat di Kecamatan Pahae Jae, Purba Tua dan Simangumban.

Sementara itu, Humas Pelaksana Proyek dari KSO Hutama Karya Runggu Prima Jaya, Tonggor Panggabean saat ditemui di lokasi proyek mengatakan, tidak mengetahui jelas adanya refocusing anggaran. Saat ini, pihaknya masih fokus mengerjakan proyek utama yakni pembangunan bendungan dan tanggul.

"Proyek bendungan Sungai Batang Toru dikerjakan dengan kucuran anggaran tahun berjalan atau multi years dari Kementerian PUPR dimulai dari tahun 2018 hingga 2021 yang akan mengaliri areal persawahan seluas 3200 hektare yang tersebar di Kecamatan Purba Tua, Pahae Jae dan Simangumban," terangnya.

Tonggor menjelaskan, bendungan itu nantinya memiliki dua pintu saluran air. Pintu kanan, untuk saluran ke areal persawahan di Purba Tua dengan luas areal tujuan 2100 hektare. Sementara pintu kiri, untuk mengaliri persawahan di Kecamatan Pahae Jae dan Simangumban dengan luas areal sasaran 1100 hektare.

Diakuinya, saat ini pihaknya belum mengerjakan saluran irigasi primer, yakni saluran pembangunan air dari pintu bendungan menuju areal persawahan.

"Saluran irigasi primer sebelah kanan sepanjang 1,5 kilometer sementara sebelah kiri sepanjang 2,5 kilometer," terangnya.

Tokoh masyarakat setempat, Rio Panggabean yang dimintai tanggapannya terkait kondisi proyek tersebut, mengharapkan pemerintah membatalkan refocusing anggaran yang dimaksud.

"Warga Pahae sangat membutuhkan bendungan itu," tegas Rio yang juga mantan anggota DPRD Taput itu.

Ia menceritakan, dulu ribuan hektare areal persawahan ada di kawasan Kecamatan Purba Tua. Namun, sejak tahun 1980 an permukaan air sungai Batang Toru yang mereka kenal dengan nama Aek Godang mulai menurun hingga tidak mampu lagi mengaliri areal persawahan.

"Akibatnya, ribuan hektare kondisinya sudah tidak dimanfaatkan atau terlantar. Yang bertahan hanya berharap air hujan atau memanfaatkan sawah tadah hujan. Jaringan irigasi teknis yang ada saat ini cakupannya distribusi air sangat terbatas. Saat ini, areal yang tersisa diperkirakan sekitar 200 an hektare saja yang tersebar di Desa Parsaoran, Janji Angkola dan Sitolu Bahal. Bila selesai dikerjakan, bendungan akan membuka kembali dua ribuan hektare areal sawah yang sudah mati," ungkapnya.

Ia juga mengungkapkan, sesuai manfaat bila proyek bendungan dan saluran irigasi primer ini nantinya tuntas dibangun, daerah Purba Tua nantinya akan terbuka areal seluas 2100 hektare areal persawahan. Kalkulasinya, produksi panen padi sawah untuk satu hektar mencapai 5 ton dikalikan dengan 2100 hektare areal hasilnya 10.500 ton permusim tanam.

"Musim tanam di Purba Tua dua kali dalam setahun, artinya Kecamatan Purba Tua akan menghasilkan 21.000 ton padi dalam setahun. Bila dinilai dengan rupiah, 1 kilogram padi dengan harga Rp 5000 dikalikan 21.000 ton hasilnya adalah Rp 105 miliar akan dicapai masyarakat Purba Tua dalam setahun," terangnya. (F4)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Hariansib.com edisi cetak
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com