Toba (SIB)
Ephorus HKBP Pdt Dr Robinson Butarbutar meminta lulusan Sekolah Tinggi Bibelvrouw (STB) HKBP untuk terus membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan agar pintar dan kompeten dalam menjalankan misinya sebagai hamba Tuhan.
"Saudara telah mempersiapkan diri menjadi hamba Tuhan. Jadi harus kompeten dan pintar. Saudara mencita-citakan untuk tidak menjadi insinyur. Tidak menjadi dokter, tidak menjadi polisi, tidak menjadi anggota TNI, tidak menjadi pebisnis tapi menjadi hamba Tuhan. Tentunya itu sudah saudara persiapkan," kata Dr Robinson Butarbutar dalam bimbingan pastoralnya pada sidang terbuka wisuda sarjana program studi (Prodi) Misiologi STB HKBP di Aula STB HKBP Laguboti, Sabtu (6/4).
Acara wisuda 52 orang mahasiswa STB HKBP itu dihadiri Kadep Diakonia HKBP Pdt Dr Debora Purada Sinaga, Bupati Toba Poltak Sitorus, Ketua STB HKBP Pdt Dr Benny Sinaga, Praeses HKBP Distrik XI Toba Hasundutan Pdt Same Siahaan, Praeses HKBP Distrik VI Toba Pdt Julson Pasaribu, Dirjend Bimas Kristen Kementerian Agama diwakili Sudirman Manihuruk MTh, para alumni dan orangtua wisudawan.
Terima 150 Lulusan STB
Ephorus pada kesempatan itu mengungkapkan, tahun ini HKBP akan menerima 150 orang lulusan STB HKBP setelah tahun lalu juga sudah menerima 150 lulusan STB setelah adanya sentralisasi keuangan yang diterapkan HKBP.
"Persiapkan dirimu pada ujian masuk nanti. Karena pengujinya pimpinan HKBP dan orang - orang HKBP yang sangat berpengalaman. Persiapkan dirimu pada waktunya kami akan mengundang saudara melamar. Selamat kepada 52 orang wisudawati STB HKBP dan orangtua yang telah memberikan anaknya sebagai hamba Tuhan,” ucap Robinson Butarbutar.
Acara wisuda kali ini mengusung tema "Menghadirkan Kebaikan Allah Bagi Semua" dan subtema "Wisudawati setia memperjuangkan pelayanan yang inklusif dalam mewujudkan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan".
Ketua STB HKBP Laguboti Pdt Dr Benny Sinaga sebelumnya melaporkan, STB HKBP telah terakreditasi dari BAN-PT. "Pendidikan dilaksanakan melalui kurikulum nasional yang resmi dikeluarkan Kemenag RI tentang jurusan Misiologi. Dalam pengembangan kurikulum secara khusus dalam melaksanakan kurikulum merdeka, maka STB HKBP memikirkan suatu kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan luaran, baik di gereja maupun masyarakat. Memiliki dosen lulusan dalam dan luar negeri, " terangnya.
Lebih lanjut disampaikannya, guna mendukung mahasiswa yang berprestasi dan yang kurang mampu, STB HKBP juga melayani pemberian beasiswa dari berbagai sumber. Harapannya STB semakin bersinar dan menunjukkan semangat misi yang diaconal dan sinergisitas yang loyal dalam mengembangkan program-program di STB.
Menurut Benny Sinaga, kampus STB telah ikut mengobarkan zending melalui kerjasama yang telah dijalani selama ini dengan Biro Pekabaran Injil HKBP guna mengutus para mahasiswa ke daerah- daerah zending.
"Perhatian dan dukungan dari Kemenag juga sangat kami harapkan untuk STB HKBP untuk mencapai visi dan misinya. Harapan kami dengan semangat Tahun Oikumene Inklusif maka HKBP semakin giat melakukan misi Allah dengan menebar kebaikan Allah melalui pelayanan kepada masyarakat secara luas, " pungkasnya.
Turut menyampaikan sambutan, Bupati Toba Poltak Sitorus, Direktur Pendidikan Kristen Kementerian Agama Sudirman Manihuruk, Praeses HKBP Distrik VI Toba Pdt Julson Pasaribu, mewakili orang tua, wisudawati serta laporan akademik yang disampaikan Wakil Ketua I Bidang Akademik STB HKBP Pdt Marudur Siahaan.
Sekolah Tinggi Bibelvrouw Huria Kristen Batak Protestan (STB HKBP) adalah lembaga pendidikan teologi yang didirikan tanggal 1 Agustus 1934 di Narumonda, Sumatera Utara, oleh Schwester Elfriede Harder. Awalnya dikenal sebagai Sekolah Bibelvrouw. Tujuan sekolah ini adalah untuk meningkatkan peran perempuan dalam gereja dan masyarakat melalui pendidikan bagi ibu-ibu janda dan perempuan yang belum menikah.
Seiring berjalannya waktu, Sekolah Bibelvrouw mengalami perkembangan signifikan, dengan kurikulumnya yang semakin diperluas dari awalnya satu tahun menjadi tiga tahun pada periode 1960-1983. Pada tahun 1983-1989, dilakukan peningkatan mutu pendidikan dimana siswa belajar selama tiga tahun, wajib menjalani praktik di gereja selama dua tahun, dan kembali ke sekolah selama satu tahun. Setelah memenuhi syarat ini, mereka yang lulus ditahbiskan menjadi Bibelvrouw. (**)