Medan (SIB)
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Provinsi Sumatera Utara Ir Ardan Noor MM mengungkapkan, kerukunan merupakan suatu kondisi yang harmonis terpadu, gotong royong, saling menghormati, saling sapa, saling tenggang rasa dengan penuh kebersamaan dan kekeluargaan di antara yang berbeda.
Hal ini diungkapkannya pada sambutan pembuka "Dialog Kerukunan dengan Tokoh Perempuan Lintas Agama" yang diselenggarakanForum Kerukunan Umat Beragama(FKUB) Sumatera Utara di Hotel Inna Medan, Rabu (10/8).
Dikatakan, seseorang dapat berbuat rukun sering dilatar-belakangi adanya sikap beragama yang matang dan mendalam.
"Kondisi kerukunan juga dapat terjadi karena sikap kedewasaan yang tinggi, disebabkan tingginya ilmu yang dimiliki seseorang," ungkap Ardan Noor.
Untuk itu, katanya, agar kerukunan dapat terbina dengan baik diperlukan pendalaman pemahaman nilai-nilai agama bagi umat beragama. Sehingga konflik dapat dieliminasi seminimal mungkin. Pada saat lain diperlukan pengembangan ilmu yang tinggi agar kehidupan interaksi sosial masyarakat terkurang sikap-sikap pengembaraan nafsu negatif yang menimbulkan konflik.
Sementara itu Ketua FKUB Sumut Drs H Palit Muda Harahap MA mengatakan, kondisi kerukunan umat beragama di daerah ini sudah sangat baik, sehingga harus terus dijaga dan dipelihara. Tokoh dan Pengurus MUI Sumut ini mengibaratkan seperti jalanan. Terjadinya tabrakan lalulintas sering akibat jalan yang bagus dan mulus. Sangat jarang terjadi tabrakan di jalan bebatuan atau berlubang.
"Untuk itu kita harus tetap hati-hati agar kerukunan ini terjaga dengan baik. Buat rambu-rambu yang baik dan bagi semua pihak harus menaati dan disiplin dengan mengikuti rambu-rambu yang ada," kata Palit Harahap.
Hadir sebagai narasumber Prof Dr Fachruddin Azmi MA dari tokoh Agama Islam, Pendeta Erik Barus dari tokoh Kristen, Brilian Mochtar dari tokoh Buddha, Pastor Beno Ola Tage OFMCap dari tokoh Katolik, dari tokoh Konghucu Muslim Linggau dan M Manogren dari tokoh Hindu. Turut memberikan paparan Direktur Binmas Polda Sumut Kombes Pol Jafar Sodik dan Sekretaris Kesbangpol Sumut Alpin Hutahuruk. Sementara puluhan tokoh perempuan dari lintas agama tersebut menjadi peserta.
Prof Fachruddin Azmi pada paparannya mengungkap, hakikat moderasi beragama adalah sikap beragama yang seimbang antara keyakinan terhadap agama sendiri dan penghormatan terhadap orang lain. Kemudian sikap beragama yang tidak ekstrim, tidak fanatik buta berlebihan terhadap suatu golongan atau aliran.
Selanjutnya Fachruddin menyampaikan pandangan Islam tentang sikap moderasi, yakni akhlak dalam bermuamalah dengan penganut agama lain, tetapi tidak dalam akidah. Sikap toleransi yang tidak melakukan campur tangan urusan peribadatan dan ajaran agama lain. "Islam agama yang tidak membenarkan pemaksaan orang lain (non-muslim) untuk berkeyakinan agama Islam," ungkapnya.
Sementara itu Pdt Erik Barus berharap agar moderasi beragama menjadikan ibadah kita terjamin sekaligus terjalinnya persatuan. "Keberadaan tokoh perempuan di sini harus bisa menjadi kabar baik. Karena setiap perempuan Kristen di manapun berada harus bisa memberi kabar baik dan menjalankan nilai-nilai cinta kasih," ungkapnya.
Acara dialog kerukunan diawali foto bersama antara panitia, narasumber dan peserta. Kegiatan yang berlangsung sehari itu berjalan menarik dan penuh keakraban. (R6/d)