BI Optimis 2021 Ekonomi Sumut Membaik Jika 3 Tantangan Bisa Diatasi


913 view
BI Optimis 2021 Ekonomi Sumut Membaik Jika 3 Tantangan Bisa Diatasi
Bisnis/Cristine Evifania Manik
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatra Utara Wiwiek Sisto Widayat saat diwawancarai di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Sumut, Kamis (3/11/2020). 

Medan (SIB)

Kepala Kantor Bank Indonesia Propinsi Sumatera Utara Wiwiek Sisto Widayat menyatakan optimis ekonomi Sumatera Utara tahun 2021 akan membaik berada kembali di posisi 4,8 % " 5,2 %.

“Hanya saja agar ekonomi di propinsi Sumut bisa membaik di tahun 2021 tentunya terkait dengan Covid-19 seperti apakah sudah bisa ditangani dengan baik. Karena kesehatan harus bagus dulu baru bisa ekonomi membaik,” tegas Wiwiek kepada wartawan di Hotel Adi Mulia Medan, Kamis (3/12).

Ia mengatakan hal itu usai Pertemuan Tahunan Bank Indonesia tahun 2020 dihadiri Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 5 Sumbagut Yusup Ansori dan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara Syech Suhaimi di Hotel Adimulia Medan, Kamis (3/12). Acara itu juga berlangsung secara virtual melalui zoom meeting.

Dia merinci ada tiga tantangan besar yang perlu diatasi yakni pertama, bagaimana mengatasi Covid-19 ini, bagaimana vaksinnya, apakah sudah bisa ditangani dengan baik. Katanya perkiraan ekonomi tumbuh 4,8-5,2 % itu jika kesehatan lebih dulu bisa ditangani lebih baik.

Tantangan kedua yakni dengan mengubah minset atau perilaku yakni APBD harus berjalan di awal tahun, jangan di pertengahan tahun atau bahkan akhir tahun. Artinya jika APBD sudah disetujui, harus segera dilaksanakan di Januari di awal tahun.

“Kemudian tantangan ketiga, bagaimana mendorong UMKM yang mempunyai pangsa terbesar bagi kontribusi ekonomi Sumut. Jadi kalau ketiga ini terlaksana maka tahun 2021 ekonomi Sumut diyakini bisa bertumbuh dengan baik,” ujarnya.

Dikatakannya, pada triwulan IV 2020 diharapkan pertumbuhan ekonomi akan tumbuh positif di kisaran 0,4-0,8 % atau bahkan 1 %. Jadi pada Januari 2021 semua indikator yang dilihat juga akan membaik.

Perekonomian dari instansi pemerintah dan sisi investasi dan ekspor, katanya akan mengalami perbaikan. Dari sisi swasta, beberapa indikator akan membaik, penjualan ritel juga akan meningkat.

Pada triwulan IV 2020 sampai triwulan I " IV 2021, investasi akan membaik, ekspor produk unggulan akan meningkat seiring dengan makin terbukanya ekspor ke negara tujuan sehingga ekspor produk unggulan seperti CPO, karet dan kopi sudah mengalami perbaikan yang signifikan.Kita melihat negara China dan India sudah membuka peluang, ujarnya.

Dengan kondisi tersebut kami melihat bahwa APBD tahun 2021 akan berjalan di awal bulan Januari,” jelas Wiwiek.

Begitu pula inflasi tahun 2021 akan berada di 2,5 % plus minus 1 %. Inflasi di tahun 2018, 2019 dan 2020 tidak ada masalah artinya membaik, karena potensi demand yang naik. Jadi di tahun 2021 inflasi diperkirakan akan naik namun tetap berada di kisaran 2,5 % plus minus 1 %.

Wiwiek berharap ekonomi Sumut membaik dengan adanya sinergi dari semua pihak, terlebih di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

SKENARIO OPTIMIS

Sementara itu, Pengamat Ekonomi Sumut Gunawan Benyamin mengatakan, Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) dalam skenario yang optimis.Meskipun terlihat besar, tapi angka optimis sebesar itu terbilang masuk akal. Namun BI Sumut harus berhati-hati, karena memang ketidakpastian masih menghantui ekonomi ke depan. Dan, akselerasi pertumbuhan ekonomi sebesar itu, belum tentu motor penggerak dari pemerintah daerah bisa berjalan maksimal dan memenuhi ekspektasi tersebut.

"Saya menilai ada banyak ketidakpastian yang akan terjadi di tahun 2021. Seperti kapan sih pandemic Covid -19 ini akan berakhir,sekalipun vaksin Covid -19 sudah ditemukan. Selanjutnya apakah masih akan berlangsung perang dagang antara AS dengan China? Menurut hemat saya perang masih akan berlanjut di tahun depan nantinya," ujar Gunawan.

Ditambah lagi, belanja pemerintah daerah itu cenderung dibelanjakan di kuartal terakhir setiap tahunnya. Sehingga siklus fiskalnya itu procylical terhadap perekonomian. Belum lagi indikator ekonomi lain seperti penyerapan kredit yang baru tumbuh 4.3% YoY per oktober 2020. Ini artinya mesin penggerak ekonomi belum “panas”.

Dan ekonomi di kuartal keempat Sumut juga belum sepenuhnya bisa tumbuh di atas 0%. Artinya mesin penggerak ekonomi kita itu masih “dingin” atau kalau boleh dibilang masih “pemanasan”.

Jadi jika ingin target pencapaian pertumbuhan ekonomi lebih realistis, maka yang harus dilakukan adalah bagaimana mengoptimalkan semua mesin agar berjalan optimal.

Caranya, budaya belanja Pemda di akhir tahun harus ditinggalkan. Majukan di pertengahan atau kalau bisa di awal tahun. Sehingga multiplier efeknya bisa dirasakan lebih dini bagi masyarakat. Ini yang bisa dilakukan Pemprovsu, karena selebihnya, motor penggerak ekonomi akan mengikuti dinamikan ekonomi global dan domestik.

Kalau selama pandemic covid 19, daya beli masyarakat yang relative terjaga. Ini juga tidak terlepas dari skema burden sharing BI yang turut membantu fiskal pemerintah dan sejumlah langkah lain yang dilakukan BI. Artinya dalam konteks ini, BI akan dirugikan dengan skema tersebut. Kita lihat saja nanti bagaimana laporan keuangan BI. Saya pesimis BI bisa mencetak keuntungan karena skema burden sharing tersebut.

Artinya apa? Sekalipun pemerintah bisa meminimalisir dampak buruk dari pandemi Covid 19. Tetapi tetap saja, bahan bakar untuk meminimalisir dampak buruk ekonomi tersebut juga didatangkan dengan cara BI ikut menyediakan bahan bakarnya. Jadi tidak mudah untuk merealisasikan pertumbuhan diatas 5% baik nasional maupun daerah, imbuh Gunawan. (M2/a)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com