Medan (SIB)
Ketua Tim Penggerak PKK Sumut, Ny Hj Nawal Edy Rahmayadi Lubis meminta orangtua mengawasi anak-anaknya lebih intens dan 24 jam sehari. Hal itu untuk memproteksi buah hatinya dari kemungkinan ancaman yang semakin masif memangsa.
“Hal lainnya, untuk korban kekerasan seks, korban kekerasan dalam rumah tangga, jangan malu melapor kejadian yang dialami agar ditangani sesegera mungkin,” tegasnya saat memberi sambutan di Perayaan Hari Kartini 2023 yang diadakan Perempuan Berkebaya Indonsia (PBI) Sumut di Aula Tengku Rizal Nurdin, Jumat (28/4).
Ia miris sebab data korban kekerasan makin meningkat. Tetapi, lanjutnya, hal tersebut harus ditangani bersama. “Bahkan korban trafficking antarnegara yang ‘bekerja’ di Thailand, kita jemput di Kuching Malaysia. Saya juga minta, hati-hati bila ingin bekerja di luar negeri,” ucapnya sambil mengulangi jati diri para korban pasti dilindungi dan tidak diketahui pihak lain.
Menurutnya, dunia semakin direcoki persoalan yang mencengangkan. Ada, lanjutnya, pengemuka agama yang melakukan tindakan asusila, predator seks anak-anak dan lain sebagainya. “Dengan kerja sama kaum perempuan, khususnya keberanian melaporkan kondisi yang ada, kita lawan hal-hal seperti itu,” tegasnya.
Ny Hj Nawal Edy Rahmayadi Lubis mengatakan, tidak jarang kasus kekerasan seksual dan predator, berhubungan dengan keluarga. Mulai dari orangtua yang melakukan pada anaknya, paman pada keponakannya atau abang dan adik. “Jangan malu melaporkannya. Pemerintah Provinsi Sumut pasti bekerja cepat dan melindungi korban ditempatkan di tempat khusus yang dirahasiakan untuk trauma healing,” tegasnya.
Ketua PBI Sumut Syafitra Elizabeth Tambunan di sambutannya mengatakan, peringatan hari Pahlawan Nasional tersebut punya tujuan banyak. Mulai dari meneladani apa yang dilakukan RA Kartini hingga melestarikan warisan leluhur Bangsa Indonesia. “PBI punya tanggung jawab besar dalam sejumlah poin tersebut. Kita meneladani RA Kartini yang membuka mata dunia bahwa di Indonesia ada pejuangan wanita. Kita juga mengajak perempuan Indonesia untuk berkebaya sebagai warisan leluhur,” tegasnya.
Berkaitan dengan hal itu, lanjutnya, PBI Sumut bekerja sama dengan sejumlah organisasi wanita melakukan upaya pemberdayaan perempuan. “Caranya meniru dan ikut berjuang seperti yang dilakukan RA Kartini. Soal kebaya, disesuaikan dengan corak keindonesiaan sebab di tiap suku dn puak ada warisan kebaya leluhurnya,” ujarnya.
Ketua Panitia Penyelenggara Veronika Sitanggang melaporkan, acara dengan persiapan singkat dan sukses. “Itu dikarenakan kedewasaan pikiran perempuan Sumut yang meneladani semangat RA Kartini,” ujar perempuan yang Ketua PWKI Medan tersebut.
Ia melaporkan, dalam kaitan peringatan tersebut, pihaknya menyantuni ratusan perempuan sebagai kepala rumah tangga. “Mulai dari menyusur keluarga di sentra warga marjinal eknomi hingga ke lembaga pemasyarakat,” jelasnya didampingi aktivis Dina Sitanggang, Pdt Dr Rosiany Hutagalung SP MTh.
Veronika Sitanggang melaporkan, disebabkan keterbatasan waktu dan ruang, pihaknya membatasi kepersertaan.
“Mohon maaf atau pembatasan itu. Tetapi di lain hal pasti dilakukan lebih maksimal seperti yang kegiatan yang lalu-lalu. Antusiasme partisipasi perempuan di Sumut, tak diragukan dan dibanggakan. Ayo, kepalkan tangan dan derap langkah bersama,” tutupnya. (R10/c)