Tindakan Tegas Atasi Corona dan Terorisme


383 view
Tindakan Tegas Atasi Corona dan Terorisme
Alinea.id/Dwi Setiawan
Ilustrasi

Menjelang dan saat memasuki bulan terakhir (Desember) tahun ini banyak peristiwa yang membuat suasana memanas meskipun hampir setiap hari hujan. Sejumlah peristiwa membuat kita kesal, sedih, prihatin, khawatir dan takut. Di antaranya kasus corona yang semakin memburuk dan pembunuhan sadis jemaat gereja di Sigi, Sulawesi Tengah.

Memburuknya kasus corona, terlihat dari munculnya rekor dan kasus-kasus yang baru minggu-minggu terakhir November 2020. Demikian juga tingkat kesembuhan mengalami penurunan. Rekor terakhir pecah pada 29 November dengan 6.267 kasus baru. Sehingga total kasus terkonfirmasi virus corona saat ini telah mencapai 534.266 orang.

Jika pencegahan tidak segera dilakukan dengan ketat dan tegas, maka bukan tidak mungkin akan pecah lagi rekor terkonformasi corona. Apalagi agenda penting Pilkada serentak juga akan digelar di bulan ini, tepatnya 9 Desember 2020. Diharapkan jangan sampai lengah dengan mengijinkan perhelatan yang mengumpulkan massa banyak tanpa protokol kesehatan dan pengawasan ketat, karena berpeluang meningkatkan penyebaran virus corona.

Kekesalan itu juga dirasakan dan diungkapkan Presiden Jokowi yang sudah pontang-panting mengurusi bagaimana supaya sejumlah persoalan di negara ini bisa diselesaikan dengan baik. Namun sebagian warga malah sepertinya membangkang, membuat kerja keras yang sudah dilakukan pemerintah, khususnya dalam penanganan corona sulit dituntaskan.

Wajar saja kesal dan prihatin karena pandemi virus corona masih terus memburuk, vaksinasi belum jelas kapan akan dimulai.

Sementara sekelompok orang tertentu yang mengaku diri pemimpin agama malah mengumbar kesombongan dengan mengumpulkan massa dalam jumlah besar dengan mengabaikan protokol kesehatan. Akibatnya, jumlah kasus corona semakin meningkat yang membuat tugas pemerintah semakin berat.

Di tengah-tengah pandemi ini, muncul pula serangan teroris yang menewaskan 4 orang sekeluarga jemat gereja di Sigi, Sulawesi Tengah. Peristiwa sadis dan biadab itu sepertinya ingin mengusik kerukunan umat beragama di Indonesia yang sudah kondusif.

Kejadian ini juga sekaligus menunjukkan bahwa bibit-bibit terorisme di Indonesia masih belum tuntas dan sayangnya yang korban selalu kaum minoritas. Sehingga di balik aksi teroris yang berbalut keagamaan ini kelihatannya ada tujuan-tujuan tertentu mereka untuk menghabisi orang-orang yang tidak sepaham dan tidak seagama dengan mereka. Sehingga peristiwa itu bukan lagi semata tragedi kemanusiaan tetapi tujuannya dicurigai jauh lebih luas yaitu ingin merusak persatuan Indonesia yang sudah terajut selama 75 tahun ini.

Negara juga terasa lambat dalam mencegah dan mengantisipasi kejadian ini. Hampir selalu hadir setelah korban jatuh atau hanya sebagai "pemadam" bukan pencegah terjadinya peristiwa itu. Bahkan respon dan aksi pemerintah baru mulai kelihatan setelah beberapa hari peristiwa itu terjadi. Juga setelah pimpinan-pimpinan gereja dan PGI "berteriak" barulah ada statemen dan aksi dari aparat untuk menyelidiki dan bertindak di tempat kejadian.

Namun kita tetap mensyukuri bahwa Presiden Jokowi juga sudah menyatakan mengutuk keras peristiwa itu, meskipun hal itu disampaikannya empat hari setelah kejadian. Dia juga menyatakan tidak ada tempat bagi terorisme di Indonesia dan memerintahkan Kapolri dan Panglima TNI membongkar jaringan pelaku sampai ke akarnya.

Pernyataan Presiden ini tentu sangat menyejukkan. Namun masyarakat tetap berharap tindak lanjutnya, khususnya dalam menangkap para pelaku dan dalang serta motif dari peristiwa ini. Hanya pencegahan dan tindakan tegas yang dapat menghentikan aksi-aksi teror berbalut agama tersebut. Aparat Polri dan TNI juga sudah pasti sangat memahami dan mengetahui ciri-ciri dan gerakan mereka. Sehingga tidak perlu menunggu perintah Presiden untuk melakukan yang terbaik bagi bangsa dan negara ini.

Selain aparat keamanan dan TNI, maka masyarakat juga harus turut serta aktif membantu pemerintah. Apalagi aksi-aksi yang mereka lakukan ada di tengah-tengah masyarakat, sehingga jangan sampai masyarakat juga turut serta membantu aksi mereka.

Laporkan kepada aparat jika merasa ada yang mencoba-coba merusak kerukunan dan persatuan di negara yang kita cintai ini. (*)

Penulis
: Redaksi
Sumber
: Harian SIB Edisi Cetak
Segala tindak tanduk yang mengatasnamakan wartawan/jurnalis tanpa menunjukkan tanda pengenal/Kartu Pers hariansib.com tidak menjadi tanggungjawab Media Online hariansib.com Hubungi kami: redaksi@hariansib.com