Oleh (Wawilson Sihombing, Warga Kabupaten Humbang Hasundutan)
Pemilih pemula merupakan generasi muda yang memiliki sifat, karakter, pengalaman, dan latar belakang yang berbeda dari pemilih pada generasi sebelumnya. Partisipasi pemilih pemula dalam Pemilu sangatlah penting sebagai gerbang pembuka Pendidikan politik bagi generasi muda. Pemilih pemula diharapkan bisa menyadari makna satu suara dalam pemilu akan menentukan nasib bangsa di masa mendatang. Namun, pemilih pemula rentan dijadikan sasaran oleh kepentingan-kepentingan politik tertentu. Olehnya itu dibutuhkan kesadaran akan pentingnya peran pemilih pemula dalam pemilu demi terwujudnya pemilu yang demokratis.
Partisipasi pemilih pemula dalam pemilu merupakan tanggung jawab bersama antara penyelenggara pemilu, pemerintah, partai politik dan segenap warga negara. Ada tiga faktor yang berperan sangat dominan dalam peningkatan partisipasi pemilih pemula. Di antaranya orang tua, guru dan tokoh masyarakat. Peran guru di antaranya memberikan pembelajaran kewarganegaraan, hak dan kewajiban warga negara, sistem pemerintahan demokrasi, musyawarah untuk mufakat, kepatuhan terhadap Undang-Undang, dan lain sebagainya.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI dalam hal ini fokus untuk meningkatkan partisipasi pemilih pemula dalam Pemilu 2024 mendatang, untuk meningkatkan kesadaran pemilih pemula agar berpartisipasi dalam pemilihan umum, KPU fokus melakukan kegiatan sosialisasi dan pendidikan. Jika partisipasi pemilih pemula berhasil ditingkatkan, maka hal ini menunjukkan bahwa kita sebagai masyarakat peduli dan memahami dengan baik peran kita dalam penyelenggaraan negara.
Pemilu merupakan salah satu bentuk pemenuhan hak asasi warga negara di bidang politik dan dilaksanakan untuk mewujudkan kedaulatan rakyat. Dengan meningkatnya partisipasi pemilih pemula, maka diharapkan akan terjadi peningkatan kesadaran politik warga negara untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik bangsa. Siswa SMA yang sudah berumur 17 tahun sudah dapat berpartisipasi dalam pemilu sebagai pemilih pemula.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) mengajak siswa SMA untuk menjadi pemilih cerdas dalam Pemilu 2024. Siswa harus aktif mencari tahu tentang siapa yang akan dipilih dalam pemilu nanti dan tidak gampang terpengaruh dengan isu sara atau pun politik uang menjelang pemilu nanti.
Pemilih yang cerdas adalah pemilih yang bebas dari bentuk intimidasi, berani melawan politik transaksional seperti money politics dan sungguh memahami suara yang diberikan dan bagaimana konsekuensi politik di kemudian hari bagi keberlangsungan hidup bangsa dan negara. Berikut ini adalah beberapa cara untuk menjadi pemilih cerdas:
1. Aktif mencari tahu: Siswa harus aktif mencari tahu tentang siapa yang akan dipilih dalam pemilu nanti. Mereka bisa mencari tahu latar belakang para calon melalui teknologi informasi seperti telepon genggam.
2. Tidak terpengaruh dengan isu sara atau politik uang: Dengan pemikiran yang kritis dan keingintahuan yang tinggi, siswa tidak gampang terpengaruh dengan isu sara atau pun politik uang menjelang pemilu nanti. Memahami suara yang diberikan: Pemilih yang cerdas adalah pemilih yang sungguh memahami suara yang diberikan dan bagaimana konsekuensi politik di kemudian hari bagi keberlangsungan hidup bangsa dan negara.
Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu kabupaten di wilayah Sumatra Utara, yang terletak di daratan dan tidak memiliki pantai. Menurut hasil perbaikan Daftar Pemilih Sementara (DPS) Kabupaten Humbang Hasundutan, jumlah pemilih di Humbahas berjumlah sebanyak 141.453 orang yang terdiri dari 69.794 orang laki-laki dan 71.659 orang perempuan. Pemilih tersebut tersebar di 10 Kecamatan,154 kelurahan/ desa serta 680 TPS.
Data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Humbang Hasundutan yang menyebutkan bahwa pada tahun 2019 terdapat 13 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Kabupaten Humbang Hasundutan yang terdiri dari 9 SMK Negeri dan 4 SMK Swasta, serta memiliki 1 Perguruan tinggi.
Berdasarkan informasi tersebut, segenap kelompok masyarakat di Kabupaten Humbang Hasandutan temasuk pemilih pemula perlu terlibat dalam partisipasi dalam pemilu. Semua pihak terutama penyelenggara dan pemantau pemilu untuk melahirkan inovasi dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait tahapan pemlu, karena hal ini sangat penting dalam meningkatkan partisipasi pemilih.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) dalam hal ini perlu melakukan beberapa hal untuk meningkatkan partisipasi pemilih, di antaranya sebagai berikut:
1. Melakukan sosialisasi: KPU melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait tahapan penyelenggaran pemilu;
2. Mengajak semua pihak untuk melahirkan inovasi: KPU perlu mengajak semua pihak terutama penyelenggara dan pemantau pemilu untuk melahirkan inovasi dalam melakukan sosialisasi kepada masyarakat agar masyarakat memiliki berbagai informasi yang dikemas dengan menarik dan bermanfaat;
3. Membuat Program KPU goes to school/campus: Untuk meningkatkan partisipasi pemilih pemula, program sosialisasi kreatif kepemiluan perlu dibuat agar menarik perhatian. KPU bekerjasama dengan beberapa Sekolah untuk dapat bertemu langsung dengan calon pemilih pemula dan melakukan strategi komunikasi mengenai isu-isu demokrasi menggunakan yang metode interaktif.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh The Conversation, aplikasi TikTok memiliki potensi untuk mempengaruhi pemilih pemula dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden pada Februari 2024. Hal ini dikarenakan TikTok merupakan platform yang sangat banyak penggunanya di Indonesia dan dapat digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian dan hoaks.
Namun, kesadaran politik pemilih pemula sangat diperlukan dalam menyongsong pemilu yang akan dilaksanakan pada tahun 2024 mendatang. Hal ini dikarenakan partisipasi politik masyarakat secara signifikan dipengaruhi oleh kesadaran politik warga negara. TikTok telah mengambil beberapa langkah untuk mengatasi dampak negatif pada Pemilu 2024.
CEO TikTok Shou Zi Chew mengungkapkan bahwa TikTok akan memperkuat kerja sama dengan pihak berwenang dan media untuk memerangi hoaks dan misinformasi. Selain itu, TikTok juga akan meningkatkan pengawasan konten yang diunggah oleh pengguna dan memperkenalkan fitur baru untuk melawan konten hoaks.
Selain upaya dari TikTok, kesadaran politik pemilih pemula juga sangat penting dalam mengatasi dampak negatif TikTok pada Pemilu 2024. Pendidikan politik yang efektif dapat membantu pemilih pemula memahami isu-isu politik dan membuat keputusan yang tepat dalam memilih calon. KPU dan Bawaslu membutuhkan kerja sama dengan banyak pihak dalam menangkal isu hoaks yang terjadi di media sosial selama tahapan pemilu. Selain itu, KPU dan Bawaslu juga harus memantau dan mengawasi media sosial (medsos) jelang Pemilu 2024 untuk mencegah SARA, hoaks, dan "black campaign" pada pemilu.
Partisipasi pemilih pemula dalam Pemilu adalah salah satu aspek penting suatu demokrasi. Karena pemilih pemula yang menentukan dalam penyelenggaraan pemilu apakah masyarakat sudah sadar akan pentingnya demokasi dan mengetahui pengaruhnya terhadap kinerja pemerintahan 5 tahun yang akan datang. Apabila dalam upaya peningkatan partisipasi pemilih pemula dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum Tahun 2024 di Humbang Hasandutan dapat terlaksana dengan baik oleh berbagai pihak mulai dari KPU Kabupaten Humbang Hasandutan, Bawaslu Kabupaten Humbang Hasandutan, Pemerintah Kabupaten Humbang Hasandutan, serta seluruh jajaran masyakat termasuk Lembaga Pendidikan terlaksana dengan baik maka pemilih di Humbang Hasundutan akan menjadi pemilih yang cerdas, masyarakat bermentalitas unggul dan penyelenggaran pemilu yang kadang cenderung bermakna negatif menjadi hilang.
Apabila di Kabupaten Humbang Hasandutan terjadi peningkatan pemilih pemula maka akan mempengaruhi peningkatan partisipasi pemilih pemula secara nasional dimana pada Pemilu 2019 sebesar 77,5%. Namun, hal ini tidak mudah dan membutuhkan Upaya dari berbagai Pihak agar pemilih pemula menjadi pemilih cerdas. (Penulis Wawilson Sihombing, Warga Kabupaten Humbang Hasundutan)