Minggu, 13 Oktober 2024

Masuk dalam Daftar Orang Terkaya, Eka Tjipta Widjaja Pilih Hidup Sederhana

Robert Banjarnahor - Jumat, 19 Juli 2024 12:04 WIB
495 view
Masuk dalam Daftar Orang Terkaya, Eka Tjipta Widjaja Pilih Hidup Sederhana
(Foto: Dok. Orento)
Eka Tjipta Widjaja
Jakarta (harianSIB.com)
Eka Tjipta Widjaja adalah contoh nyata bagaimana kesederhanaan dan ketekunan dalam berbisnis dapat menghasilkan kekayaan yang luar biasa.

Terlahir di Quanzhou, China, pada 27 Februari 1921, ia tumbuh besar di Makassar setelah ayahnya memutuskan untuk mencari peruntungan di Indonesia. Sejak muda, Eka sudah terbiasa membantu ayahnya berjualan di toko kelontong dan kemudian berjualan babi, sirup dan biskuit dari rumah ke rumah.

Perjalanan bisnisnya semakin menanjak ketika pada tahun 1950-an ia mulai berdagang kopra hingga ke Pulau Selayar. Pada tahun 1957, ia pindah ke Surabaya dan pada tahun 1962 mendirikan CV Sinar Mas yang bergerak di bidang ekspor-impor hasil bumi dan tekstil.

Baca Juga:

Nama Sinar Mas sendiri terinspirasi dari hobinya mengoleksi emas, simbol yang mencerminkan stabilitas dan nilai yang selalu bersinar, di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang saat itu tidak menentu.

Kepiawaiannya dalam berbisnis membawa Sinar Mas menjadi salah satu perusahaan ternama di Indonesia, terutama setelah merambah ke produksi kelapa sawit dan minyak goreng.

Baca Juga:

Sinar Mas juga mendapatkan banyak penghargaan, dan jumlah kekayaannya seperti dinobatkan Forbes (2018), sebagai orang terkaya ke-3 di Indonesia berharta US$8,6 miliar atau Rp140 T.

Meski kekayaannya terus bertambah dan namanya sering masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia, Eka selalu hidup sederhana dan merasa dirinya miskin. Bagi Eka, uang harus digunakan dengan bijak dan lebih diutamakan untuk kewajiban dan ekspansi bisnis daripada kepentingan pribadi.

Dilansir dari CNBC Indonesia, saat bepergian pria miliarder ini juga mengaku jarang belanja sebab fokus untuk urusan bisnis. Saat pergi ke Singapura, misalnya dia mengaku hanya mengeluarkan uang kurang dari 100 Dolar Singapura. Itupun untuk memberi tip di restoran.

Baginya, semua kekayaan di dunia tak bisa dibawa mati. Jadi, tak perlu menonjolkan kekayaan.

"Jika saya selama hidup tidak pergunakan kekayaan saya, apalagi kalau sudah mati juga tidak dapat membawa uang itu," pungkasnya.

Hingga akhir hayatnya pada 26 Januari 2019, Eka Tjipta Widjaja tetap memegang prinsip hidup sederhana dan tidak menonjolkan kekayaan. Baginya, kekayaan di dunia tidak dapat dibawa mati, sehingga yang lebih penting adalah bagaimana kekayaan tersebut digunakan untuk memberikan manfaat yang lebih besar.(*)

Editor
: Robert Banjarnahor
SHARE:
komentar
beritaTerbaru