Medan (SIB)
Warga Indonesia etnis Tionghoa di Medan merayakan Tahun Baru Imlek 2573 Kongzili Tahun 2022, mereka beribadah di vihara-vihara, salah satunya di Vihara Maitreya di kompleks Cemara Asri, Medan. Ribuan orang etnis Tionghoa datang silih berganti sembahyang di vihara tersebut sambil membawa keluarga sejak, Senin (31/1) dan pada perayaan Imlek, Selasa (1/2).
Tahun Baru Imlek 2022 tahun ini disebut sebagai tahun Macan Air, atau disebut tahun macan dengan elemen air. Tahun dalam kalender Cina dibagi menjadi siklus 12 tahun, sesuai dengan 12 shio yang ada, yaitu tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, dan babi. Sementara itu, kelompok yang masuk dalam shio macan lahir mulai awal tahun 1938, 1950, 1962, 1974, 1986, 1998, 2010, dan 2022.
Menurut Marwin, pengurus Vihara Maitreya Cemara Asri Bidang Perayaan Umum, meski tahun kalender Cina memiliki shio, seperti tahun 2022 ini shio macan air, tapi tidak ada makna khusus di dalamnya. Itu tergantung keyakinan masing-masing.
Tahun apapun itu elemen apapun itu, etnis Tionghoa yang merayakan Imlek mengharapkan kesehatan, keselamatan dan kemakmuran.
“Kalau makna khusus di tahun macan air ini sebenarnya tidak ada, tergantung kepercayaan masing-masing, yang mana lebih prioritas. Kalau orang sakit tentu mengharapkan kesehatan, dia tidak akan memikirkan kemakmuran. Mungkin tahun ini orang lebih fokus untuk kesehatan,†kata Marwin kepada wartawan, Senin (31/1) di Vihara Maitreya.
Karena menurut Mawrin, jika orang sehat dan selamat tentu akan memikirkan kemakmuran, apakah buka cabang perusahaan, apakah berinvestasi. Harapan warga Tionghoa di Tahun Baru Imlek ini, menurut Marwin, semoga pandemi Covid-19 segera berakhir sehingga roda perekonomian bisa berputar dengan lancar dan diharapkan Indonesia makin maju.
Diakuinya, 2 tahun perayaan Imlek, suasana ibadah di Vihara Maitreya tidak seramai tahun sebelum pandemi Covid. Tahun 2021 lalu, vihara tersebut, kata Marwin, tutup sama sekali. Tahun 2022 ini, meski sudah melandai, pihaknya masih menerapkan Prokes ketat.
“Kami memberi kesempatan bagi orang yang lebih banyak beribadah. Tahun lalu satu harian hanya sekitar 500 orang yang sembahyang, tapi tahun ini dari pagi sudah 3000 orang yang beribadah,†tuturnya.
Jenis-jenis sembahyang pada malam Imlek di Vihara Maitreya, kata Marwin, adalah menurut kepercayaan masing-masing.
Tapi yang sudah pasti itu sembahyang kepada Buddha Bodhisatwa, ada juga Buddha Sakyamuni, Buddha Maitreya, Buddha Dewi Kwan Im, Buddha Satyakalama.
“Kalau sembahyang kepada Buddha Bodisatwa yang mereka percayai, boleh-boleh saja, karena di sini adalah fasilitas doa kita kepada Tuhan,†tuturnya. (A8/a)