Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 18 Mei 2025

Harga Kebutuhan Pokok Turun Dipicu Lemahnya Belanja Masyarakat, THR Jadi Pendorong Konsumsi

Nelly Hutabarat - Senin, 17 Maret 2025 20:43 WIB
698 view
Harga Kebutuhan Pokok Turun Dipicu Lemahnya Belanja Masyarakat, THR Jadi Pendorong Konsumsi
Medan (harianSIB.com)
Harga Kebutuhan Pokok Turun Dipicu Lemahnya Belanja Masyarakat, THR Jadi Pendorong Konsumsi

Harga sejumlah kebutuhan pokok di pasar mengalami penurunan signifikan di tengah bulan Ramadhan. Salah satu yang paling mencolok adalah harga cabai merah, yang di tingkat konsumen kini hanya Rp19.000 per kilogram. Dengan harga tersebut, harga cabai merah di tingkat petani bahkan turun hingga Rp10.000 per kilogram, di bawah Harga Pokok Produksi (HPP) yang berkisar Rp12.000 per kilogram.

"Turunnya harga cabai merah ini memang belum sepenuhnya mencerminkan melemahnya daya beli masyarakat, mengingat cabai merah memiliki karakteristik harga yang fluktuatif akibat perubahan pasokan. Namun, jika melihat tren harga kebutuhan lain yang lebih stabil dari sisi produksi, seperti daging ayam, indikasi pelemahan daya beli menjadi lebih jelas," ungkap Pengamat Ekonomi Gunawan Benyamin dalam siaran tertulis Senin ( 17/3/2025).

Baca Juga:

Saat ini, harga daging ayam di pasar turun menjadi Rp30.400 per kilogram, dibandingkan dengan harga pada Jumat pekan lalu yang masih di level Rp32.900 per kilogram, berdasarkan data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Kota Medan.


Yang menarik, penurunan harga ini terjadi meskipun para peternak sudah mengantisipasi potensi melemahnya permintaan dengan mengurangi pasokan ayam potong sekitar 17 persen di pekan kedua Ramadhan.

Baca Juga:

Namun, meskipun stok dikurangi, harga tetap mengalami penurunan akibat lemahnya konsumsi.

Secara umum, pola konsumsi masyarakat selama Ramadhan menunjukkan tren yang khas. Biasanya, belanja masyarakat akan tinggi di pekan pertama, menurun di pekan kedua dan ketiga, lalu kembali naik menjelang Idul Fitri. Namun, tahun ini terjadi anomali. Bahkan di pekan ketiga Ramadhan, konsumsi masyarakat masih lebih rendah dibandingkan hari normal sebelum Ramadhan.

Penurunan konsumsi ini dikeluhkan banyak pedagang di pasar. Beberapa di antaranya menyebut bahwa jumlah pembeli berkurang drastis dibandingkan tahun lalu, meskipun harga sejumlah bahan pokok justru lebih murah.


"Biasanya kalau sudah masuk minggu ketiga Ramadhan, pembeli mulai ramai lagi karena ada yang sudah dapat THR dan mulai belanja untuk persiapan Lebaran. Tapi sekarang, sepi sekali, bahkan lebih sepi dari sebelum Ramadhan," ujar seorang pedagang di Pasar Petisah, Medan.

Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat kemungkinan besar mengalami tekanan. Jika masyarakat mulai menahan belanja untuk kebutuhan pokoknya, maka dampaknya bisa meluas ke sektor lain.

THR Diharapkan Jadi Pendorong Konsumsi

Dalam situasi seperti ini, pencairan Tunjangan Hari Raya (THR) diharapkan dapat menjadi faktor yang menggerakkan kembali konsumsi masyarakat. Secara teori, THR merupakan instrumen kebijakan yang dapat mendorong belanja rumah tangga, terutama menjelang Idul Fitri. Namun, tantangan tahun ini adalah apakah THR cukup efektif untuk mengembalikan pola belanja masyarakat yang terlihat menurun drastis.

Jika setelah pencairan THR konsumsi masyarakat tetap lemah, maka ini bisa menjadi sinyal bahwa tekanan ekonomi yang dialami masyarakat cukup serius dan berpotensi berlanjut hingga akhir tahun.


Situasi ini perlu diantisipasi oleh pemerintah dan para pelaku usaha, mengingat konsumsi rumah tangga masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Sejumlah pihak berharap agar kebijakan THR tidak hanya dimanfaatkan untuk belanja kebutuhan Lebaran, tetapi juga dapat membantu memulihkan daya beli secara lebih luas. Jika masyarakat tetap menahan belanja, maka bukan hanya pedagang kecil yang akan merasakan dampaknya, tetapi juga sektor produksi, distribusi, hingga industri yang lebih besar.

Ke depan, pemerintah dan pelaku usaha perlu mencermati dinamika ini lebih jauh. Jika daya beli terus melemah meskipun sudah ada suntikan THR, maka langkah-langkah tambahan seperti insentif ekonomi atau stimulus lain mungkin diperlukan untuk menjaga kestabilan konsumsi dan pertumbuhan ekonomi di semester kedua tahun 2025.

"Kini, semua mata tertuju pada dampak pencairan THR dalam beberapa hari ke depan. Apakah mampu menjadi penyelamat daya beli masyarakat atau justru mengonfirmasi kekhawatiran bahwa konsumsi masih akan lesu hingga akhir tahun?" tanya Gunawan. (*)

Editor
: Eva Rina Pelawi
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru