Minggu, 23 Maret 2025

Iming-iming Kerajaan Baru

Fokus
Redaksi - Minggu, 19 Januari 2020 11:42 WIB
352 view
Iming-iming Kerajaan Baru
m.tribunnews.com
Ilustrasi
Kasus kerajaan palsu kembali merebak di Indonesia dan banyak orang terperdaya. Ada yang berperan sebagai raja dan ratu, sementara lain sebagai punggawanya. Dalam berbagai dokumentasi yang beredar di media massa dan sosial, mereka tampak percaya diri sebagai bagian dari "kerajaan baru" ini.

Seragam kerajaan "baru" ini didesain agak unik dan menarik. Ada istana dan takhta raja, serta lengkap dengan prajuritnya. Semua mengklaim sebagai penerus dari kerajaan yang pernah eksis di Indonesia.

Modus kerajaan ini menggalang pengikutnya relatif sama. Mereka mengklaim sebagai pewaris harta Nusantara di Bank Swiss. Nama Soekarno, presiden pertama Indonesia di sebut-sebut untuk meyakinkan orang-orang.

Saat kasus "kerajaan baru" ini terbongkar, terbukalah semua kebohongan. Ada banyak yang kecewa sebab ternyata yang diyakininya ternyata mimpi. Jangankan dapat pembagian harta warisan, yang sisa hanya malu dan harus berurusan dengan polisi.

Muncul pertanyaan mengapa banyak manusia Indonesia mempercayai kemunculan raja baru. Memang kerajaan bukanlah hal baru di negeri ini. Hingga kini masih ada yang eksis seperti kesultanan Yogyakarta dan rajanya diakui secara konstitusional.

Ada pakar yang menganalisis penggagas kerajaan "baru" adalah orang stres. Benarkah demikian, nanti hasil pemeriksaan polisi akan menyampaikan kebenarannya. Sebab jika memang ada gangguan jiwa, akan menjadi bahan pertimbangan akan dilanjutkan proses hukum atau tidak.

Itu sebabnya ada yang menilai motifnya justru ekonomi. Ada kesengajaan mengiming-imingi warisan Bank Swiss. Tujuan sebenarnya adalah mengumpulkan uang dari pengikutnya. Mereka yang bergabung ternyata harus membayar sejumlah uang.

Bisa jadi ada masalah kejiwaan dan motif yang salah tentang ingin cepat kaya dengan menghalalkan segala cara. Itu sebabnya pemerintah sebaiknya jangan melepas begitu saja para pengikut kerajaan ini. Mereka harus diperlakukan sebagai "korban" untuk dikonseling dan dipulihkan kejiwaannya.

Masyarakat perlu disadarkan agar tak mudah tergiur dengan iming-iming akan mendapat kekayaan, semisal warisan kerajaan. Harusnya rasio digunakan dalam menanggapi berbagai informasi. Sukses bukan turun dari langit, melainkan diperoleh melalui kerja keras. (**)

SHARE:
komentar
beritaTerbaru