Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 10 Juni 2025
Cerpen

Jodoh di Era Covid-19

karya Joel Yonk - Tarutung
Redaksi - Minggu, 26 April 2020 22:03 WIB
395 view
Jodoh di Era Covid-19
restorasi daily
Ilustrasi
Juyoel berulang tahun. Sesaat hendak pergantian hari menuju tanggal lahirnya, ia menonaktifkan kolom komentar di semua akun media sosial. Malas membaca ucapan-ucapan selamat.

Alasannya, karena terlalu banyak aplikasi Social Media bisa terlewat hingga tak tahu siapa saja yang memberi komentar. Padahal, suer... ia benci jika ucapan selamat itu diikuti pertanyaan, mana pacar?

Kepo amat sih nanyain pacar? Apa mau memberi hadiah pacar. Atau, bagi yang jomblo, apakah mau dijadikan pacar?
Juyoel bukan gak laku di mata perempuan tapi tipenya pemilih. Pernah ada kawan dekatnya yang cantik. Sebelas duabelaslah kalau dibandingkan dengan Agnez Mo. Ia mau kali sama perempuan yang kebetulan namanya sama, Agnez.

Syair sudah selalu dikirimnya ke Agnez. Lagu-lagu sudah selalu dinyanyikan saat VC. Bahkan ia pun sudah menghadiahi Agnez lagu ciptaannya. Sepertinya hatinya sudah semakin terbuka untuk Agnez.

Agnez pun begitu. Setiap pagi seperti alarm. Membangunkan Juyoel dengan lagu-lagunya dari smartphone. Dipikirnya pria romantis itu belum bangun. Padahal, sudah siap Saat Teduh.

“Sudah bangun?”
“Aku sudah Saat Teduh. Apa inti doamu pagi ini?” kejar Juyoel. “Aku berdoa kiranya hari ini Bumi semakin bersih dari pandemi Covid-19. Doamu?”

Agnes tersedak dan malu sendiri. Pagi ini... jangankan berdoa, kapan hari Kenaikan Isa Almasih ke surga saja belum dihitungnya.
“Aku juga berdoa untuk kesuksesanmu,” sahut Juyoel. “Aku bahagia jika kau sudah melakukannya untuk orang-orang yang kaucintai. Orangtuamu dan... tentu saja aku!”

“Tentu dong, Yang!”

Juyoel hampir terlompat. Kok pagi ini dipanggil Agnes dengan ‘Yang’. Sayangkah dia atau justru sedang memaki sebagai penggalan kata ‘moyang’.

Gak papalah. Yang penting suara Agnes mendesah optimis ketika mengatakan ‘Yang’ sebagai pertanda semakin menyatu hati.
Tetapi, ketika Agnez Mo tampil dengan busana sangat seksi dan pakai cium-cium di klipsnya, Juyoel jadi khawatir dengan Agnes yang dekat dengannya. Jangan-jangan, Agnes yang satu ini suka buka-buka pula.

Ia mundur teratur. Banyak cara. Biasanya, bila malam saat hendak tidur VC, sudah tidak lagi. Bila pagi, mengangkat telepon Agnes dengan bergegas, sekarang malas-malasan. Akhirnya, Agnes tahu sendiri bahwa pria yang hampir dicintainya sudah kurang kadar sukanya.

Juyoel pun menjomblo lagi. Kebenciannya pun tumbuh lagi ketika orang-orang bertanya manalah pacarmu? Yang menyakitkan, ada kawannya yang teramat kepo.

“Dunia mau kiamat. Separonya saja lho. Tengoklah tv. Dah berapa banyak yang meninggal karena virus corona,” ujar Leo. “Makanya cepat-cepat kau menikah!”

“Apa kaitannya separo kiamat dengan menikah?

“Kalau kiamat, kau sudah punya istri dan anak, mereka akan mendoakanmu ketika kau menutup mata,” jawab Leo serius. “Tapi kalau kau masih seorangan, cuma orangtuamu yang mendoakan. Itu pun tak fokus karena banyak anaknya!”

Juyoel terdiam. Padahal ingin dibogemnya si lancang itu. Udah kayak panitia surga, yang tahu di mana kaplingnya bila nanti ajalnya tiba.

“Atau kau mati rasa?”

Juyoel makin geram. Ditatapnya Leo dengan pandangan tajam, setajam silet tapi si kawan terus saja ngomong.

“Jangan kau tonton bokep itu!”

Juyoel berdiri. Ditariknya kerah baju Leo. “Sepotong kata lagi kau ngomong, taiiiik!”

Leo terkejut. Tapi ia tidak peduli. Sesungguhnya ia kasihan sama Juyoel. Rambut sudah rontok, kumis sudah menipis, jenggot sudah gugur tapi belum punya pacar. Kalau kekasih belum ada, kapanlah ada jodoh.

Diperhatikannya Juyoel dari atas sampai bawah. Tetap di bagian di bawah pusat, matanya berhenti. Entah tak idup rudal kawanku ini hingga tak ada usaha mendapatkan pasangan hidup. Wkwkwk.

“Apa kau senyum-senyum?”

“Berfungsinya barangmu itu?”

Geram Juyoel tak tertahan. Langsung dibukanya resleting jins termahal hadiah cewek yang dikenalnya ketika pertama kali jantungnya bergetar saat melihat lawan jenis yang bodinya sangat ideal.

“Kautahu Mak Erot?” kejar Leo, yang tak peduli dengan kekesalan Juyoel. “Coba konsultasi ke kliniknya! Mana tahu...”

“Diaaam! Kauraba barangku ini. Bandingkan sama punyamu!”

“Wkwkwk... kelihatan bakat homomu!”

“Kaulah yang homo!”

“Kalau aku homo, gak mungkin cewekku mau lengket terus,” jawab Leo. “Kautengok aku. Contoh aku yang sukses dalam percintaan! Jangan kayak kau, bulu diperbanyak tapi...”

Makin sakit hati Juyoel. Sia-sia mendengar dan melawan ocehan orang kepo super duper pe-de. Lebih baik menghindar.
Meski masih geram, Juyoel pergi meninggalkan Leo. Hatinya tergores. Ia berjanji dalam hati, harus secepatnya dapat kekasih. Biar orang-orang tahu bahwa ia punya selera dan rencana hidup yang panjang.

Tetapi, semangat yang menggebu ingin dapat kekasih, terhalang. Ke gereja, tak bisa. Nonton tak mungkin karena bioskop tutup. Ke mall, tak semuanya beroperasi. Ke Bandara pun cuma sedikit penumpang. Pandemi Covid-19 memang mengubah hampir segala sendi kehidupan.

Akhirnya ia berdoa saja. Ingin tahu agar dunia memahami bahwa sedang mencari pasangan, ia tulis di akun pribadinya:
Jodohku, datanglah malam ini ke mimpiku agar aku mengenal siapa wajahmu. Ro ho tu nipiku asa hutanda ho! (f)

SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru