Jumat, 18 April 2025

Bangun Masa Depan AI Indonesia dari Keragaman Budaya Lokal

Victor R Ambarita - Rabu, 25 September 2024 07:18 WIB
135 view
Bangun Masa Depan AI Indonesia dari Keragaman Budaya Lokal
Foto: Dok/Kominfo
Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Hokky Situngkir
Jakarta (harianSIB.com)
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI) berbasis lokal. Hal ini diutarakan Dirjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Hokky Situngkir, dalam Workshop "AI Ecosystem Development", di Jakarta, Selasa (24/9/2024).

Ia menegaskan, keragaman budaya dan konten lokal Indonesia merupakan kekuatan unik yang dapat menjadi fondasi dalam membangun ekosistem AI yang berdaya saing.

"Sebenarnya kita adalah masa depan Indonesia karena konten kita luar biasa, bukan hanya populasi, bukan jumlah, volume tapi juga keragaman," ujar Hokky, dalam pernyataannya.

Baca Juga:

Ia menyoroti pentingnya konten yang diproduksi masyarakat Indonesia, baik di era digital maupun sebelum era ini, sebagai modal berharga yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi AI. Indonesia sendiri tercatat sebagai salah satu negara dengan jumlah pengguna digital terbesar di dunia.

Menurut Hokky, Indonesia menduduki posisi keempat terbesar dalam jumlah pengguna YouTube, ketiga di WhatsApp, dan kedua di TikTok.

Baca Juga:

"Angka-angka ini menunjukkan betapa terhubungnya masyarakat kita dalam ekosistem digital. Kita sebagai bangsa tidak hanya menjadi konsumen konten, tetapi juga produsen konten. Tanpa konten, konektivitas kita menjadi hambar," jelasnya.

Namun, di balik angka-angka besar ini, Hokky menekankan Indonesia harus mampu menjadi lebih dari sekadar pasar bagi produk digital global.

Ia mendorong pemanfaatan keragaman budaya lokal dengan 714 bahasa daerah yang ada di Nusantara untuk memperkaya teknologi AI, terutama dalam pengembangan Large Language Model (LLM) yang mampu mengenali dan memahami bahasa-bahasa lokal.

"Ini adalah peluang besar bagi kita untuk tidak hanya menjadi konsumen, tetapi juga inovator. Dengan mendigitalisasi konten budaya yang kita miliki, kita bisa membuat teknologi AI yang lebih inklusif dan adaptif terhadap keragaman budaya kita sendiri," tambahnya.

Hokky juga menyebutkan upaya digitalisasi konten budaya sudah dimulai lebih dari satu dekade lalu, dan ini menjadi dasar penting bagi pengembangan AI yang lebih inklusif dan adaptif.

Selain itu, Hokky menegaskan pentingnya perlindungan data dalam pengembangan AI.

"AI bersifat ofensif dalam hal membuka peluang, tetapi kita juga harus siap menghadapi risiko yang muncul dengan menjaga data kita," tegasnya.

Dalam konteks ini, Kementerian Kominfo telah menetapkan sejumlah regulasi, seperti UU ITE dan UU PDP, serta panduan etika untuk pengembangan AI, guna memastikan penggunaan AI yang bertanggung jawab dan aman.

Regulasi ini, menurut Hokky, perlu terus diperbarui seiring dengan perkembangan teknologi.

"Kita sudah memiliki panduan yang dikeluarkan tahun lalu, tetapi ini perlu diperbarui seiring perkembangan teknologi," ujarnya.

Ia berharap diskusi dalam workshop ini dapat mendorong kolaborasi antara pemerintah, pengembang, dan berbagai pemangku kepentingan lain dalam membangun ekosistem AI yang berkelanjutan.

Dengan memanfaatkan kekayaan konten lokal, Indonesia dapat membangun teknologi AI yang tidak hanya canggih tetapi juga mencerminkan identitas dan keragaman budayanya.

"Dengan keragaman konten digital kita untuk AI masa depan sekaligus memperkokoh digital safety, digital security, information security dalam kehidupan kita bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan berkemanusiaan," pungkas Hokky. (*)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru