Bandung (SIB)
Rudolf Weindra Sagala, Kamis (19/10), wafat di Bandung sebab penyakit yang diderita. Mantan kiper terbaik di eranya tersebut mengembuskan napas terakhir sehari dirawat.
Di Pematangsiantar, Kamis (19/10, Pimpinan Lembaga Pendirikan SLA-PTASN (Sekolah Lanjutan Advent - PT Advent Surya Nusantara), Dr Sedia Simbolon memimpin hening cipta untuk almarhum. “Pdt Dr Rudolf Weindra Sagala MTh adalah batu penjuru atau peletak dasar pesepakbolaan di Pematangsiantar - Simalungun. Ketika masih menjadi anggota kesebelasan SLA -PTASN, kehebatan almarhum sebagai kiper disegani kawan dan ‘lawan’. Bahkan bila bertanding, Pak Rudolf Sagala bermain ganda. Baik sebagai kiper maupun sebagai pemain untuk mengisi kekuatan tim yang didukungnya. Dari situlah almarhum dinobatkan sebagai kiper terbaik,” ujarnya.
Saat mengupas sepak terjang almarhum, Dr Sedia Simbolon menjamu tetamu terhormat dari Universitas Pelita Harapan - Tangerang. Di antaranya adalah akademisi dan tokoh pendikan nasional Dr Tanggor Sihombing, tokoh pendidikan terkemuka dari Korea Selatan Dr Kim Sungai Suk, ekonom nasional Dr Mulyadi Noto dan Eduard Naibaho MBA. “Ini kolega dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pelita Harapan pun kenal dengan Pak Rudolf Sagala,” tegas Dr. Sedia Simbolon MANA didampingi Thurman Lumbanraja, Capt Tagor Aruan dan Pdt. Dr. Donald Muntu, MDiv.
Menurutnya, saat itu Sekolah Lanjutan Advent Martoba atau North Sumatra Training School yang di bawah naungan organisasi Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) yang didirikan pada 1949 oleh Karl Tambunan, memiliki tim kesebelasan unggul. “Unggul sebab memiliki sejumlah lapangan olahraga termasuk sepakbola. Persesi Pematangsiantar pun menggunakan lapangan di Sekolah Lanjutan Advent Martoba. DI situlah Pak Rudolf Sagala terasah dan menjadi kampiun,” kenangnya.
Meski tidak bermain di profesional namun almarhum terus dipakai oleh sejumlah kesebelasan. Karena tugas gerejawi, almarhum hijrah ke Bandung tapi tetap berolahraga dan tetap merumput.
Kemudian menjadi pembimbing di Universitas Advent Indonesia (Unai) di Bandung.
Jasad almarhum masih disemayamkan di Unai Bandung untuk dimakamkan menunggu ketibaan anaknya dari luar negeri. “Kemungkinan dikebumikan Minggu atau Senin, sebab bagi warga Advent, Sabtu adalah Hari Sabat yang tidak boleh ada kegiatan besar,” sebut Capt Tagor Aruan yang bersama rombongan berangkat untuk mengikuti prosesi pengebumian. (**)