Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 02 November 2025

Teriakan ‘Usir dan Pergi’ Menggema Usai Djarot Salat Jumat di Tebet

* Sandi: Mestinya Diterima
- Senin, 17 April 2017 21:54 WIB
644 view
Jakarta (SIB) -Cawagub DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat buru-buru keluar dari Masjid Jami Al-Atiq di Tebet, Jakarta Selatan. Djarot mendapat penolakan dari sejumlah jemaah masjid tersebut.

Peristiwa tersebut terjadi setelah Djarot menunaikan salat Jumat. Beberapa jemaah dan takmir masjid berteriak meminta Djarot secepatnya keluar dari kawasan masjid sambil mengucap takbir.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar," teriak beberapa jemaah yang menolak Djarot di masjid tersebut, Jumat (14/4).

"Usir, usir, usir.... Pergi, pergi," sahut jemaah lain.

Djarot saat itu sudah berada di luar, namun masih sangat dekat dengan masjid. Dia lantas pergi menjauh meninggalkan masjid itu.

Namun Djarot hanya tersenyum kepada warga yang menolak kehadirannya. Meski ada yang menolak, tidak sedikit warga yang tetap menerima kehadiran Djarot.
Mereka asyik berfoto dan bersalaman dengan Djarot walaupun di dalam masjid beberapa warga berteriak mengusir Djarot.

Menurut Djarot, awalnya kehadiran dia di masjid tersebut mendapat sambutan yang hangat dari jemaah. Bahkan jemaah yang sudah berada di dalam masjid sempat berfoto dan bersalaman dengannya sebelum salat Jumat dimulai.

"Jemaahnya baik, tadi salaman foto-foto. Mungkin takmirnya baru tahu pas banyak orang salaman dan foto-foto sama saya. Sehingga ya pidatolah di situ," ujar Djarot seusai salat Jumat.

Namun peristiwa tak mengenakkan itu mulai terjadi saat takmir masjid mengetahui kehadiran Djarot di masjid tersebut. Menurut Djarot, setelah membacakan laporan keuangan, takmir masjid langsung mengubah pidatonya menjadi provokatif.

"Mereka yang memilih pemimpin seorang Nasrani atau Yahudi itu orang munafik. Bila kita memilih orang nonmuslim, sementara ada orang muslim sebagai pilihan, itulah kita dicap jadi seorang munafik," ujar seorang jemaah yang menggunakan mikrofon.

Sandi: Mestinya Diterima
Menanggapi peristiwa pengusiran tersebut, Cawagub Sandiaga Salahudin Uno yakin warga masyarakat akan menerima setiap Cagub-Cawagub yang berkunjung di suatu wilayah.

"Dari pengalaman saya kita kalau salat Jumat atau ke acara dalam pemilu ini, pasti sudah dikontrol dan mengkondisikan, didaftarkan, oleh masyarakat sudah menerima," kata Sandiaga.

Karena sudah didaftarkan dan oleh masyarakat sudah menerima, maka Sandiaga percaya jika setiap warga masyarakat menerima Cagub-Cawagub yang hadir.
"Kecuali itu bagian dari strategi kampanye mereka, untuk hal seperti itu terlihat ada penolakan," kata Sandiaga.

Sandiaga mengaku tidak pernah menerima penolakan dari warga selama 18 bulan turun langsung ke warga. Hal ini juga karena pihaknya menjadwalkan dan mengkomunikasikan dengan baik dengan warga yang dituju.

"Karena terjadwal dan terkomunikasikan dengan baik, Alhamdulilah selalu diterima dan mestinya juga begitu Pak Djarot selalu diterima selama terkomunikasi yang baik dan sosialisasi yang baik," pungkas Sandiaga.

Soal adanya penolakan dari takmir dan beberapa jemaah masjid, Djarot sendiri menyebut hal itu sebagai bukti masjid sudah dipakai untuk keperluan politik praktis. Djarot pun menyebut hal itu meniru pola di negara lain.

"Itulah bentuk yang saya sebutkan politisasi masjid. Untuk kepentingan-kepentingan politik praktis. Mungkin meniru pola di negara lain. Mungkin bisa diajak syiar negara-negara lain," kata Djarot seusai salat Jumat di Masjid Jami Al-Atiq, Tebet, Jakarta Selatan, tadi. (detikcom/q)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru