Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 28 Mei 2025

Refleksi Kebangkitan Nasional 2025, Batak Center Angkat Perjuangan Putri Lopian Sinambela dan Ida Nasution

Victor R Ambarita - Minggu, 25 Mei 2025 18:04 WIB
282 view
Refleksi Kebangkitan Nasional 2025, Batak Center Angkat Perjuangan Putri Lopian Sinambela dan Ida Nasution
(Foto: Dok/Batak Center)
Foto bersama usai Refleksi Kebangkitan Nasional 2025 di Sekretariat Batak Center, Jakarta, Jumat (23/5/2025).
Jakarta(harianSIB.com)
Dalam momentum peringatan Hari Kebangkitan Nasional 2025, Batak Center menggelar acara refleksi bertajuk "Mengenang Keteladanan Putri Lopian Sinambela dan Ida Nasution Dalam Semangat Perjuangan Kemerdekaan dan Kebangkitan Bangsa Indonesia", di Sekretariat Batak Center, Jakarta, Jumat (23/5/2025).

Dalam keterangan pers yang dikirimkan kepada harianSIB.com, Minggu (25/5/2025), disebutkan acara yang dipandu Adele Hutapea, Ketua Departemen Tokoh Inspiratif Batak Center ini menghadirkan dua narasumber ahli sejarah Indonesia yakni, Prof. Dr. Payaman J Simanjuntak, Guru Besar Hukum Ketenagakerjaan dan penulis sejarah, serta Ir. Akhir Matua Harahap, ME, peneliti dan blogger sejarah nasional.

Mereka masing-masing memaparkan kiprah perjuangan dua tokoh perempuan Batak yang terlupakan dalam narasi arus utama sejarah nasional, Putri Lopian Sinambela dan Ida Nasution.

Baca Juga:

Putri Lopian Sinambela

Menurut data sejarah yang disampaikan Prof. Payaman, Putri Lopian Sinambela gugur dalam usia muda pada 17 Juni 1907, di Aek Sibulbulon, Tapanuli, saat berjuang mendampingi ayahandanya, Raja Sisingamangaraja XII. Usianya saat itu tidak lebih dari 19 tahun.

Baca Juga:

"Putri Lopian adalah simbol keberanian dan keteguhan hati perempuan Indonesia dalam perjuangan fisik melawan kolonialisme," ujar Prof. Payaman.

Kematian Putri Lopian terjadi hanya satu tahun sebelum kelahiran organisasi Budi Utomo (1908) yang sering dianggap sebagai tonggak Kebangkitan Nasional.

Dengan demikian, data ini menyoroti bahwa perempuan muda seperti Putri Lopian sudah lebih dahulu menyalakan bara nasionalisme dengan darah dan nyawa.

Ida Nasution

Berbeda era namun sama berani, Ida Nasution lahir tahun 1924, di Sibolga, dan dinyatakan hilang pada Maret 1948, di sekitar Bogor.

Dalam usia baru 26 tahun, Ida telah menjadi Presiden pertama Perhimpunan Mahasiswa Universitas Indonesia (PMUI) dan dikenal luas sebagai penulis esai-esai kemerdekaan yang berkualitas internasional.

Akhir Matua Harahap menegaskan, Ida diyakini oleh banyak sejarawan sebagai tokoh kunci di balik penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok pada dini hari, 16 Agustus 1945.

Peristiwa itu menjadi katalis tercetusnya Proklamasi Kemerdekaan Indonesia keesokan harinya.

"Ia tidak hanya berjuang dengan pena, tetapi juga dalam strategi politik yang menentukan nasib bangsa," ungkapnya.

Batak Center melalui acara ini menekankan pentingnya narasi sejarah yang inklusif gender. Dari data kepahlawanan nasional, hingga kini hanya sekitar 15% dari total 191 pahlawan nasional yang resmi diakui merupakan perempuan (Data Sekretariat Negara, 2024). Ini memperlihatkan ketimpangan besar dalam pengakuan sejarah terhadap kontribusi perempuan.

Jerry R. Sirait, Sekretaris Umum DPN Batak Center, menyampaikan kedua tokoh ini dipilih bukan hanya karena darah Batak yang mereka warisi, tapi karena nilai-nilai perjuangan totalitas yang mereka tunjukkan dalam usia muda.

"Putri Lopian adalah penutup fase perjuangan fisik, dan Ida adalah simbol kelahiran perjuangan intelektual," ujarnya, "Dua-duanya, meskipun dari masa berbeda, melambangkan keberanian, keteguhan, dan pengorbanan demi bangsa."

Dalam sambutannya, Tiomora E. Maria Sitanggang, Ketua Panitia, menekankan pentingnya mempertahankan nilai-nilai kebangsaan.

"Apa yang dirasakan oleh para pendahulu kita, apinya harus dipertahankan, bahkan lebih besar lagi. Demi kejayaan bangsa dan mewujudkan cita-cita proklamasi sebagaimana termaktub dalam mukadimah UUD 1945," tegas Tiomora.(*)

Editor
: Donna Hutagalung
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru