Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Rabu, 24 Desember 2025

Kota Mesti Antisipasi Derasnya Urbanisasi

- Jumat, 27 November 2015 15:12 WIB
410 view
Kota Mesti Antisipasi Derasnya Urbanisasi
Jakarta (SIB)- Laju urbanisasi yakni perpindahan penduduk dari perdesaan ke kota sampai sekarang sulit diredam, karena dipengaruhi berbagai faktor sosiologis maupun antropologis. Selama ini masyarakat masih berpandangan, tinggal di perkotaan merupakan cara praktis untuk memperbaiki kualitas kehidupan akibat kesenjangan, ketidakadilan maupun kesulitan ekonomi. Hal ini diungkapkan Arie Sujito, Pakar Sosiologi UGM serta Peneliti Institute for Research and Empowerment (IRE).

"Tak bisa dicegah, jadi perkotaan sehebat apapun dipagari, tidak bisa berdiri sendiri, karena penduduk tidak bisa dibatasi wilayah administrasi maupun dikunci secara teknis, geografis, karena sifatnya sosiologis maupun antropologis," papar Arie Sudjito, dalam diskusi umum bertajuk "Urbanisasi Berkelanjutan" di Jakarta, Rabu (25/11).

Arie Sudjito juga mengakui, sejauh ini urbanisasi mulai mendorong pertukaran konsep antara suasana kota dan desa. Ia mencontohkan, banyak kafe atau restoran yang gemar memakai atribut, warna, dengan nuansa perdesaan. Di sisi lain, masyarakat desa juga nekad membeli kulkas, atau mesin cuci, kendati listrik belum tersedia.

"Apakah ini merupakan protes warga kota, yang membangun kota tanpa melihat sejarah mereka berasal dari perdesaan," tuturnya.

Seperti terlihat dalam pembangunan kota, lanjut Arie Sudjito, keberadaan gedung pencakar langit tidak bisa ekslusif, tetapi harus ada nuansa kehidupan penghuninya sehingga terlihat lebih hidup. Dengan begitu, berarti bangunan di tengah kota bisa lebih bermakna.

"Selain itu, dalam membangun perlunya memperhatikan sejarah kota, selama ini pembangunan berfikir ke depan saja, tanpa memperhatikan latar belakang sejarah perkotaan." (KJ/y)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru