Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Minggu, 09 November 2025

JK: Penggerebekan WNA Penipu Siber Kerja Sama dengan Polisi China

* Sebagian Besar WNA Penipu Siber Tak Punya Paspor
- Senin, 31 Juli 2017 11:30 WIB
518 view
Jakarta (SIB) -Bareskrim Polri dan kepolisian China melakukan penggerebekan di 3 kota yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bali terkait dugaan penipuan. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyebut pengungkapan ini hasil kerja sama dua negara.

"Ya dia membuat kriminal ini korbannya ya negaranya, tentu saja bisa terjadi. Tapi ini adalah hasil kerja sama dengan polisi kita dan China," kata JK usai menghadiri Program Keselamatan 2017-2018 di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta Pusat, Minggu (30/7).

JK menyebut saat ini WN China yang ditangkap masih dalam pemeriksaan. Namun, dia juga menyebut WN China kerap berkunjung ke Indonesia.

"Dan harus diingat, China jadi turis terbesar di Indonesia hari ini," ujarnya.

Sebelumnya, Bareskrim Polri dan kepolisian China mengamankan 29 warga negara asing (WNA) terkait dengan kejahatan siber tingkat internasional di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Sementara itu, 93 pelaku kejahatan siber tingkat internasional yang diamankan di Surabaya diterbangkan ke Jakarta. Para warga negara asing (WNA) itu selanjutnya akan diserahkan ke kepolisian China.

Pantauan di lokasi penggerebekan Perumahan Graha Family Blok N1, Surabaya, Jawa Timur, Minggu pagi, para pelaku dinaikkan ke dua bus milik Polrestabes Surabaya dan satu bus TNI AL. Sedangkan barang bukti yang diangkut satu truk boks.

Tidak hanya di dua kota tersebut, polisi juga menahan 27 WNA itu terdiri dari 9 perempuan dan 8 pria asal China serta 10 pria asal Taiwan. Polisi bersama pihak imigrasi akan menelusuri agen visa yang diduga membantu pengurusan izin tinggal para WNA itu.

Koordinasi dengan Kedubes China
Polisi masih berupaka mengidentifikasi 29 WNA pelaku penipuan siber yang ditangkap di Pondok Indah. Polisi akan berkoordinasi dengan Kedutaan Besar China untuk mengungkap lebih rinci identitas para pelaku.

"Tentunya untuk memudahkan identifikasi nanti akan diambil sidik jari kemudian pemotretan, kita kerja sama dengan pihak Imigrasi kemudian juga Kedutaan China, karena berdasarkan keterangan mereka adalah warga negara China," kata Wadirkrimum Polda Metro Jaya AKBP Didik Sugiarto di lokasi penggerebekan di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan.

Didik menuturkan, Tim Inafis akan mengambil sidik jari dan foto para pelaku. Sidik jari dan foto pelaku itu nantinya akan dikoordinasikan dengan Imigrasi untuk mengungkap identitas pelaku. Sebab, paspor para pelaku diduga dikuasai oleh jaringan penipuan ini.

"Kita nantinya akan bekerja sama dengan Imigrasi untuk mengidentifikasi terkait dengan belum ditemukannya paspor yang menurut hasil pemeriksaan paspor masih diamankan oleh salah satu kelompok jaringan," ujarnya.

Berdasarkan hasil klarifikasi dengan pemilik rumah, lanjut Didik, rumah yang 'markas' pelaku sudah dikontrak selama kurang lebih tahun. Perpanjangan kontrak rencana akan dilakukan sebelum akhirnya digerebek polisi.

"Namun karena informasi bahwa terjadi penggerebekan akhirnya pihak pengontrak membatalkan penandatanganan kontrak. Nah saat ini tim sedang melakukan pengejaran pada pihak yang akan mengontrak," ujarnya.

Tak Punya Paspor
Dari penelusuran polisi hanya 20 persen WN asing dari 93 pelaku kejahatan siber di Surabaya yang memiliki paspor dengan visa kunjungan wisata.

"Tidak semua berpaspor hanya sekitar 20 persen," kata Ketua Tim Satgas Khusus Mabes Polri AKBP Susetyo Purnomo Condro di penggerebekan Perumahan Graha Family Blok N1, Surabaya, Jawa Timur.

Susetyo juga memastikan paspor yang dibawa pelaku asli setelah pihak imigrasi melakukan pengecekan. Para pelaku akan segera dideportasi dan diserahterimakan ke kepolisian China.

"Kita akan berkoordinasi dengan imigrasi di Jakarta untuk proses deportasi serta serah terima ke kepolisian China," tambah dia.

Ia menambahkan ada WNI yang turut diamankan dalam penggrebekan Sabtu (29/7) tersebut. Kedua WNI itu diperiksa di Polrestabes Surabaya.

"Untuk dua WNI yang kita amankan akan kita serahkan ke Polrestabes untuk pemeriksaan lebih dalam," pungkas Susetyo.

Libatkan Imigrasi
Sementara itu, pihak Imigrasi dilibatkan dalam mengidentifikasi 27 WNA yang melakukan penipuan dan pemerasan di sebuah rumah mewah di Benoa, Bali. Ketika rumah mewah itu digerebek oleh Polri bersama kepolisian China, hanya 6 WNA yang menunjukkan paspor.

"Paspor ada 6 yang ditunjukkan oleh para pelaku, sisanya tidak bisa menunjukkan," kata Ketua Tim Satgasus Mabes Polri Kombes Pol Turnagogo Sihombing di TKP, Jl Puri Bendesa, Benoa, Bali, Sabtu (29/7) malam.

Ke-27 WNA itu terdiri dari 9 perempuan dan 8 pria asal China serta 10 pria asal Taiwan. Polisi bersama pihak imigrasi akan menelusuri agen visa yang diduga membantu pengurusan izin tinggal para WNA itu.

"Paspor yang lainnya masih kita cari dan kita dalami, apa masih di tangan agen untuk pengurusan visa atau bagaimana," ujar Turnagogo.

Pihak imigrasi juga akan menelusuri satu per satu WNA itu masuk ke Indonesia serta mengidentifikasi perjalanan mereka. Setelah itu, para WNA tersebut akan dideportasi ke China untuk mempertanggungjawabkan kejahatan penipuan dan pemerasan yang dilakukan mereka.

"Kami akan bawa semua tersangka jaringan ini di Indonesia ke Jakarta secepatnya. Tapi sementara ini pemeriksaan dilakukan imigrasi untuk identifikasi," ucap Turnagogo. (detikcom/d)
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru