New York City (SIB)
Sejumlah pengunjuk rasa ditangkap di tengah protes pasca-Hari Pemilu melalui Manhattan yang dihadiri ratusan demonstran. Beberapa demonstra terlihat menyulut api dan bentrok dengan polisi yang menurunkan penjagaan ketat di daerah tersebut.
Unjuk rasa 'Hitung Setiap Suara' yang cukup besar yang dimulai di Manhattan, Rabu (4/11) sore berlanjut hingga malam hari, menarik sekira 400 atau 500 demonstran.
Meskipun aksi sebelumnya tampaknya berjalan tanpa insiden, dengan massa berkerumun di jalan-jalan sambil mengibarkan spanduk dan plakat-plakat, demonstrasi berubah menjadi lebih tegang saat malam tiba. Para pengunjuk rasa yang berkumpul di Taman Washington Square di Lower Manhattan disambut oleh ratusan polisi dan formasi helikopter polisi.
Demonstrasi kedua yang memisahkan diri dari kelompok di Washington Square tersebut diapit oleh puluhan petugas anti huru hara dengan sepeda, yang mulai melakukan penangkapan ketika kerumunan semakin gelisah. Polisi juga memulai upaya untuk mengendalikan pergerakan protes besar, demikian dilaporkan Jake Offenhartz yang mendokumentasikan kejadian tersebut.
Saat acara semakin memanas, bentrokan terjadi antara polisi dan demonstran, yang oleh Offenhartz, digambarkan sebagai "blok hitam berat", merujuk pada pengunjuk rasa militan sayap kiri yang mengenakan pakaian serba hitam di demonstrasi dan sering bentrok dengan penegak hukum.
Para pengunjuk rasa juga menyulut beberapa kebakaran kecil di sekitar kota, dengan api dan upaya untuk memadamkannya terekam dalam rekaman yang beredar di media sosial sebagaimana dilansir RT.
Departemen Kepolisian New York (NYPD) memperingatkan dalam sebuah cuitan bahwa meskipun mereka mendukung hak setiap orang untuk mengekspresikan diri, tetapi aksi yang menyulut kebakaran dan membahayakan orang lain tidak akan ditoleransi. NYPD menambahkan bahwa petugasnya sedang bekerja untuk mengurangi protes.
Kepolisian New York mengatakan, telah melakukan lebih dari 20 penangkapan selama protes, menggambarkan para tahanan sebagai individu yang berusaha untuk membajak protes damai dengan menyalakan api, melempar sampah dan telur di Manhattan. Kepolisian juga berbagi foto senjata yang dikatakan disita selama demonstrasi, termasuk beberapa bilah pisau, kembang api, dan apa yang tampak seperti alat penyengat listrik.
Kerusuhan Meluas
Unjuk rasa pasca pilpres Amerika Serikat (AS) juga berujung rusuh di Portland, Oregon, telah memicu pengerahan Garda Nasional. Otoritas negara bagian Oregon melaporkan tindak kekerasan terjadi secara luas di pusat kota Portland, kota terbesar di negara bagian tersebut.
Seperti dilansir Associated Press, Kamis (5/11), Gubernur Oregon, Kate Brown, mengaktifkan pengerahan Garda Nasional Oregon beberapa saat setelah Kantor Sherif Multnomah County menetapkan situasi kerusuhan di pusat kota Portland, Rabu (4/11) malam waktu setempat.
Laporan Kantor Sherif Multnomah County menyebut, para perusuh di Portland melakukan aksi perusakan properti. Media lokal KPTV juga melaporkan bahwa para perusuh melakukan vandalisme terhadap gedung-gedung setempat, termasuk memecahkan kaca jendela salah satu gereja, kemudian merusak mesin ATM dan membakar sebuah bendera Amerika di tengah jalan.
Trump Marah-marah
Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dilaporkan marah-marah saat menghubungi para gubernur negara bagian dari Partai Republik. Trump juga disebut secara terbuka meragukan strategi hukum yang secara pribadi dia instruksikan untuk dijalankan para stafnya terkait hasil pilpres AS.
Seperti dilansir CNN, Kamis (5/11), menurut dua sumber yang dikutip CNN, Trump menginstruksikan para stafnya untuk mulai mengajukan gugatan hukum segera setelah Fox News memproyeksikan rivalnya, Joe Biden, memenangi negara bagian Arizona, Rabu (4/11) malam waktu AS.
Para staf Trump itu, menurut salah satu sumber, menghabiskan waktu sepanjang, Rabu (5/11) untuk menyusun strategi hukum yang setengah matang, yang bertujuan untuk memberikan lebih banyak waktu saat suara masih dihitung di negara bagian krusial seperti Arizona.
Disetop
Puluhan pendukung Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mendatangi pusat penghitungan suara di Detroit, Michigan dan meminta proses penghitungan dihentikan. Aksi ini dilakukan di tengah kemarahan dan rasa frustrasi para pendukung Trump atas hasil pilpres AS yang masih menggantung.
Kamis (5/11), aksi para pendukung Trump di Detroit ini dilakukan, Rabu (4/11) waktu setempat, sesaat sebelum proyeksi Associated Press menyatakan capres Partai Demokrat, Joe Biden, menang atas Trump di Michigan.
Tayangan video dari media lokal menunjukkan orang-orang yang marah berkumpul di luar TCF Center yang menjadi pusat penghitungan suara di Detroit. Beberapa ada yang masuk ke dalam lobi gedung tersebut. Jajaran personel kepolisian disiagakan untuk menjaga mereka masuk ke dalam gedung.
Perolehan suara populer calon presiden dari Partai Demokrat, Joe Biden telah mengalahkan rekor perolehan suara populer yang pernah diraih Barack Obama saat memenangkan pilpres Amerika Serikat.
Seperti dilansir Fox News, Kamis (5/11) perolehan suara Biden saat ini 72.062.571 suara (50.4%). Sedangkan Trump meraup 68.595.647 (48%). Angka ini tentunya masih akan terus bertambah mengingat penghitungan suara masih berlangsung di sejumlah negara bagian.
Jika bandingkan dengan perolehan suara Trump saat memenangkan pilpres AS 2016, angka ini jauh lebih tinggi. Dilansir dari New York Times, saat itu Trump meraih 62.985.106 suara (45.9%). Pesaing Trump, Hillary Clinton meraup 65.853.625 suara (48,0%). Trump tetap menang karena unggul dalam jumlah electoral votes.
Tim kampanye Presiden Donald Trump mengatakan, pihaknya meminta pengadilan untuk menghentikan penghitungan suara di Pennsylvania. Ini dilakukan setelah langkah serupa dilakukan terhadap negara-negara bagian penting Michigan dan Wisconsin.
Tim kampanye Trump menuduh pejabat-pejabat pemilihan melarang pengamat untuk mendekati penghitung suara di Pennsylvania.
"Kami juga menuntut untuk menghentikan sementara penghitungan sampai ada transparansi yang berarti," kata wakil manajer kampanye Justin Clark, Kamis (5/11/2020).
Sementara itu, calon Presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Demokrat Joe Biden menyatakan bahwa dia sudah jelas memenangi negara bagian yang cukup untuk mencapai 270 suara elektoral dibutuhkan untuk memenangkan kursi kepresidenan.
Hal itu disampaikan Biden pada, Kamis, (5/11) setelah mengantongi 253 suara elektoral dan meninggalkan saingannya, Petahana Donald Trump, dengan hanya beberapa negara bagian yang belum menyelesaikan penghitungan.
“Dan sekarang setelah malam penghitungan yang panjang, jelas bahwa kami memenangkan cukup banyak negara bagian untuk mencapai 270 suara elektoral yang diperlukan untuk memenangkan kursi kepresidenan,†kata Biden yang muncul bersama pasangannya Kamala Harris di Wilmington, Delaware.
Meski begitu, Biden mengatakan bahwa dia tidak menyatakan dirinya sebagai pemenang, tetapi menegaskan bahwa keunggulannya di beberapa negara bagian penting, Arizona, Michigan, dan Wisconsin, menunjukkan bahwa dia berpeluang sangat besar untuk menang.
“Saya di sini bukan untuk menyatakan bahwa kita menang. Tapi saya di sini untuk melaporkan bahwa ketika penghitungan selesai kami yakin akan menjadi pemenang," lanjutnya sebagaimana dilansir Reuters.(Okz/Detikcom/d)