T Karo (SIB)- Jenny Riany Lucia Berutu SH atau lebih akrab dipanggil Ibu Jenny bagi kalangan pengungsi erupsi Sinabung tidak asing lagi. Terutama kaum ibu di berbagai posko pengungsian.
Kehadirannya tidak sekadar jual tampang atau tegur sapa mau pun janji-janji, tapi memberi semangat dan karya bagi kalangan ibu dan kaum remaja dengan memberi keterampilan di lokasi pengungsian.
Tidak hanya sekadar karya berlatar belakang bisnis, tapi juga menggali potensi yang kesannya terpendam bagi kalangan pengungsi. Pelatihan pembuatan kue kering berbahan dasar lokal dan pelatihan pengolahan buah kopi menjadi bubuk kopi yang bahan dasarnya terpenuhi dari wilayah Tanah Karo.
Jenny selaku Direktur Conservation Mentality (Come) salah satu organisasi non profit di Medan, pada masa early emergency secara cepat memberikan respon bencana, mensupport logistik seperti bahan pangan, masker, uang tunai untuk membeli hal yang paling diperlukan pengungsi.
Kegiatan Come dimulai sejak tahun 2008, di bidang lingkungan hidup, menanam bakau berbasis masyarakat, menanam pohon, mendirikan 50 "bank sampah" di Medan didukung PT. Unilever sudah dimulai sejak April 2013 dengan program “Medan Green dan Cleanâ€.
Tanggal 22 Januari 2014 Come bekerjasama dengan Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumut dan PT. Unilever menanam 7000 batang bakau di wilayah pantai Kabupaten Langkat, menjadi karya nyata awal telah dilaluinya.
Dengan kelancarannya berbahasa Karo yang dilatarbelakangi dengan Ibu Jenny berdarah Karo: bebere Karo-karo Purba, asal dari Desa Rumah Kabanjahe, sang suami Drs Romeo Bangun membuat semua komunikasi dapat dijalani dengan lancar dan menyentuh saat memberi pelayanan dan bantuan di posko-posko.
Putri almarhum Drs Valentin Berutu mantan Direktur Utama PTP II Tanjung Morawa itu, memiliki 3 orang putra. Semua telah sarjana dan bekerja di Jakarta dan Bandung membuat waktu cukup luang buatnya menyapa para pengungsi.
“Karena anak-anak sudah dewasa dan bisa mengurus diri masing-masing, saya mau fokus melayani masyarakat,†tutur Ibu Jenny Berutu kepada SIB di sela-sela memberikan pelayanan dan pelatihan kepada pengungsi di posko Paroki St Petrus dan Paulus, Jalan Irian Kabanjahe.
Bersamaan dengan waktu pelatihan, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Ibu Ani serta rombongan para Menteri menyempatkan diri berdialog dengan Ibu Jenny dan para Ibu peserta pelatihan.
SBY dan Ibu Ani sempat minum kopi dan kue kering yang ditawarkan Ibu Jenny. Pelatihan diawali di Posko GBKP Payung, relawan pelatih diundang, semua bersemangat baik para pelatih (trainer) dan partisipan pelatihan. Hasil pelatihan dinikmati bersama-sama. Pelatihan berikutnya di Paroki St Petrus dan Paulus, Jalan Irian, Kabanjahe.
Pengungsi meresponnya cukup antusias. Senang dan bersemangat. Produk olahan makanan dengan nama Nastar Gunung Sinabung sangat digemari.
Setelah percaya diri, pengungsi menjual hasil olahannya, tamu-tamu yang mengunjungi pengungsi membeli produk dan memuji ide dan kualitas karya pengungsi ini.
Demikian halnya dengan kopi Tanah Karo, hasil pelatihan dikemas dalam aluminium foil dan dipasarkan, juga mendapat respon yang cukup baik. Bahkan ketika Presiden dan Ibu Ani beserta rombongan mengunjungi posko paroki berkenan mencicipi langsung kue dan kopi istimewa ini.
“Beliau (Presiden SBY-red) katakan, kue nastar Gunung Sinabung enak. Dan ketika kembali mencicipi kopi istimewa Tanah Karo, beliau berkomentar sambil tersenyum, kalau istilah Jakarta rasa kopinya nendang,†ujar Jenny menirukan ucapan Presiden SBY saat mencicipi kopi hasil olahan pelatihan.
Ditambahkan Ibu Jenny lagi, hampir dua minggu kegiatan ini berjalan dengan dukungan revolving fund (dana bergulir-red) darinya dengan harapan modal bisa dikembalikan untuk pelatihan berikutnya dan keuntungan dibagi kepada pengungsi dengan musyawarah bersama.
Rencana, pelatihan-pelatihan yang mengacu kepada potensi lokal akan dilaksanakan di semua posko pengungsian erupsi Gunung Sinabung. Kalau di posko GBKP Kodim Kabanjahe produk unggulannya adalah minyak urut.
Minyak urut Tanah Karo, salah satu produk yang sudah dikenal dari generasi ke generasi bisa mengobati bermacam penyakit, keseleo, digigit serangga, luka bakar, pegal dan lainnya.
Minyak urut Karo akan terus dikembangkan dengan proses yang lebih higienis dan packaging yang menarik, tambah Jenny Riany Lucia Berutu SH, aktivitas lingkungan hidup, notaris/PPAT dan calon anggota legislatif Partai Demokrat Dapem 11 Nomor urut 3 menambahkan.
Diakui Jenny yang juga kakak kandung Bupati Pakpak Bharat, Remigo Yolando Berutu MBA, pengungsi senang dengan pelatihan partisipatif dan kekeluargaan, sehingga mereka lebih bersemangat karena memiliki kegiatan.
Ada peluang untuk mendapat tambahan uang saku sebagai tenaga kerja dan menghilangkan stereotip bahwa pengungsi hanya berdiam diri dan menunggu bantuan saja.
“Dalam kesempatan ini, saya tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Bapak Presiden dan Ibu serta para Menteri yang berkenan menikmati hasil karya kami dan berdialog dengan para ibu yang mengikuti pelatihan.
Juga kepada pihak yang telah membantu pastor, Dewan Paroki: Bapak Antonius Bangun, Tim Relawan Posko Paroki Gereja Katolik Jl Irian: Bapak Bastanta Purba, Bapak Rony Barus dan semua tim,†ujar Ibu Jenny dan Siska Sitepu, pengungsi dari Desa Sigarang-garang, yang menjadi koordinator kelompok kerja. “Kami berjanji, ketika kembali ke kampung nanti akan tetap mengembangkan usaha ini,†tambah Siska semangat. (BR2/d)