Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Kamis, 30 Oktober 2025
Pasca Peringatan 114 Tahun Wafatnya Raja Sisingamangaraja XII

Putri Lopian, Srikandi Batak yang Terlupakan

Redaksi - Minggu, 27 Februari 2022 09:41 WIB
4.436 view
Putri Lopian, Srikandi Batak yang Terlupakan
Foto: Istimewa
Raja Sisingamangaraja XII Pahlawan Kemerdekaan Nasional RI.
Medan (SIB)
Barisan cicit Raja Sisingamangaraja XII dari pihak perempuan (boru) mengkritisi sebagian keluarga keturunan yang selama ini terkesan kurang perhatian, sehingga Putri Lopian, putri Raja Sisingamangaraja XII nyaris terlupakan, baik sebagai sosok wanita pejuang atau Srikandi Batak maupun sebagai calon pahlawan nasional yang sempat diwacanakan beberapa kali pada tahun-tahun lalu.

"Terus terang dan jujur saja, ada barisan keluarga keturunan Raja Sisingamangaraja XII yang terkesan lebih menonjolkan para keturunan atau cicit-cicit dari pihak anak (putra), sedangkan keturunan atau cicit dari pihak putri (boru) agak diabaikan.

Dari dulu kita berharap adanya kolaborasi kebersamaan demi keutuhan generasi Raja Sisingamangaraja XII dari pihak anak maupun boru hingga generasi cicit ke cicit berikutnya," ujar Maranti Tobing kepada SIB melalui percakapan WA, Kamis (16/6), sehari menjelang peringatan 114 Tahun Wafatnya Raja Sisingamangaraja XII (17 Juni 1907-17 Juni 2021).

Maranti Tobing adalah salah satu cicit kandung dari Purnama Rea Sinambela (wafat 1998 dalam usia 108 tahun). Purnama Rea br Sinambela adalah putri dari Patuan Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela, sang Raja Sisingamangaraja XII, dari isteri keempat yaitu Boru Nadeak. Maranti yang dikenal sebagai pengusaha dan eksportir kopi 'Tobing Estate' di Bandung, adalah saudara kandung (ito) dari Dr Ir Cyccu Tobing guru besar Fakultas Pertanian USU saat ini.

Maranti mengungkapkan, Putri Lopian sebagai 'boru' Raja Sisingamangaraja XII juga terkesan dilupakan karena kurangnya kolaborasi dan silaturahmi keluarga para keturunan si Raja Batak tersebut, sehingga sedikit banyaknya memengaruhi atensi publik dalam gagasan mengangkat Lopian ke bursa calon pahlawan nasional dari kalangan wanita atau Srikandi Batak.

Sembari menyebutkan data sejarah dalam buku Perjuangan Raja Sisingamangaraja XII karya Adniel Lumbantobing (1967), Maranti memaparkan sosok putri Lopian yang setia bergerilya bersama dua saudaranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi, mendampingi ayahnya Raja Sisingamangaraja XII bertempur sengit melawan tentara Belanda. Lopian sempat disuruh ayahnya menghindar ke tempat aman dari serangan, namun sang putri raja itu bersikeras mendampingi ayahnya, sehingga akhirnya terkena tembakan peluru serdadu Belanda dari bedil Kapten Christoffel. Lopian tewas bersimbah darah dalam pelukan Raja Sisingamangaraja XII.

"Dari buku ini (Adniel Lumbantobing) ada sub-kisah yang seperti luput dari catatan sejarah bahwa mayatnya Lopian sempat dibuang ke Sungai Pancinoran di kaki Gunung Batugaja Dairi. Tapi tidak diceritakan siapa yang mengambil mayatnya.

Lopian juga sempat ditawan Belanda untuk memancing Raja Sisingamangaraja XII agar mudah ditangkap dan dibunuh di sekitar hutan Sionomhudon Desa Pearaja di Dairi. Sang raja ini terkenal kebal, tak mempan ditembak atau ditikam, dan baru tewas (ditembak) ketika menyentuh darah putrinya. Darah disebutkan pantangan atas kesaktian Sisingamangaraja XII sehingga para pasukannya ketika itu heran kenapa sang raja bisa tewas ditembak pada 17 Juni 1907 itu," ujar Maranti.

Di lain pihak, cicit Raja Sisingamangaraja XII dari pihak anak (putra), Raja Julio Sinambela, putra dari Raja Oloan Sinambela atau cucu dari Raja Barita Sinambela (putra Raja Sisingamangaraja XII dari isteri ke-3, boru Sagala), mengakui justru sejak dulu pihaknya sudah berupaya menjalin keutuhan dan kebersamaan para keturunan Raja Sisingamangaraja XII dari semua pihak cicit putra maupun putri, walaupun hingga saat ini belum terwujud sepenuhnya.

"Soal Putri Lopian, dia bukan terlupakan. Dalam seminar Sejarah Raja Sisingamangaraja XII dalam rangka Hari Pahlawan Nasional pada 8 November 2019, justru secara khusus menggagasi usulan Putri Lopian sebagai calon pahlawan nasional dari Sumut (Tapanuli). Rekomendasinya jelas dari pakar sejarah Prof Bungaran Anthonius Simanjuntak, serta sejumlah tokoh lainnya termasuk dari Komite Independen Batak (KIB). Soal bagaimana realisasinya, juga bukan terlupakan, tapi mungkin pihak kita sendiri yang belum siap memenuhi kriteria dan syarat dari pemerintah untuk status pahlawan baru itu," katanya kepada SIB melalui hubungan video call. (A5/a)

Sumber
: KORAN SIB
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru