Nairobi (SIB)
Satu aliran sesat di Kenya membuat geger. Sebanyak 73 mayat pengikutnya ditemukan mati akibat kelaparan dan terkubur di hutan. Dilansir AFP, Minggu (23/4), penemuan puluhan mayat itu bermula saat polisi menyelidiki kematian 7 orang di Kenya Timur. Seorang pendeta bernama Makenzie Nthenge kemudian ditangkap. Nthenge dilaporkan menyuruh para pengikutnya membuat diri mereka sendiri kelaparan untuk "bertemu Yesus".
"Secara total sejak kemarin, kami menemukan 73 mayat," kata seorang sumber polisi kepada AFP tanpa menyebut nama, mengacu pada penggalian di hutan Shakahola di luar kota pesisir Malindi. "Kami belum menggali permukaan yang memberikan indikasi bahwa kami kemungkinan akan mendapatkan lebih banyak tubuh," tambah sumber tersebut.
Sumber polisi lain mengkonfirmasi jumlah korban yang sama, juga dengan syarat anonimitas. Sedikitnya tiga anak termasuk di antara para korban. Dilansir AFP, Senin (24/4), pencarian ke pedalaman dari Malindi terus dilanjutkan tidak hanya untuk jenazah tetapi juga untuk kemungkinan orang yang selamat dari hasutan pimpinan sekte, Makenzie Nthenge, yang meminta para pengikutnya mati kelaparan untuk "bertemu Yesus".
Investigasi skala penuh juga telah diluncurkan ke Gereja Good News International dan pemimpinnya sejak polisi menyerbu hutan di Shakahola dan menemukan mayat pertama minggu lalu.
Dilansir AFP, Selasa (25/4), sekte sesat itu terbongkar usai dua anak mati kelaparan dalam pengawasan orang tua mereka. Kematian dua anak itu berujung dengan penangkapan Paul Mackenzie Nthenge, seorang sopir taksi yang menjadi pendeta. Kala itu, dia dibebaskan dengan jaminan 100.000 shilling Kenya ($ 700).
Penyelidikan terhadap Gereja Good News International yang dipimpin Nthenge pun dilakukan. Penyelidikan itu membawa polisi ke hutan dekat kota pesisir Malindi tempat Nthenge berkotbah, di mana mereka menemukan 15 orang yang kelaparan -- empat di antaranya meninggal.
Diyakini beberapa pemujanya masih bersembunyi di semak-semak di sekitar Shakahola. Sejak saat itu, sejumlah orang berhasil diselamatkan. Di hutan itu juga, polisi menemukan kuburan massal. Sebanyak 73 mayat pengikut Nthenge ditemukan terkubur dalam lubang yang dangkal.[br]
"Kami menemukan 73 mayat dari hutan malam ini dan pencarian akan dilanjutkan besok," kata seorang petugas polisi yang terlibat dalam penyelidikan kepada AFP tanpa menyebut nama. "Ini adalah keadaan yang sangat menyedihkan tentang bagaimana orang-orang ini meninggal dan dimakamkan di kuburan dangkal karena kami menemukan enam mayat dikubur di satu liang kuburan," katanya.
Pejabat polisi senior lainnya juga mengkonfirmasi jumlah korban tewas, dengan mengatakan: "Beberapa mayat berada di hutan dan bahkan belum dikuburkan."
Pernah Ditangkap
Menurut situs web gerejanya, Nthenge mendirikan sekte tersebut pada tahun 2003 dan mendirikan cabang di Nairobi dan sepanjang pantai Kenya yang menarik lebih dari 3.000 umat. "Memelihara umat beriman secara holistik dalam semua hal spiritualitas Kristen saat kita mempersiapkan diri untuk kedatangan Yesus Kristus yang kedua kali melalui pengajaran dan penginjilan," tulis situs web itu.
Nthenge juga meluncurkan saluran YouTube pada tahun 2017, memperingatkan pengikutnya terhadap praktik "setan" seperti memakai rambut palsu dan menggunakan uang seluler dalam video yang diposting ke platform media sosial.
Pada tahun 2017, Nthenge pernah ditangkap atas tuduhan "radikalisasi" setelah mendesak anak-anak untuk tidak bersekolah karena pendidikan tidak diakui oleh Alkitab. Dua tahun kemudian, dia menutup gereja dan pindah ke kota sepi Shakahola, mengatakan kepada surat kabar The Nation dalam wawancara bulan lalu bahwa dia "mendapat wahyu bahwa waktu untuk berhenti telah tiba". "Saya hanya berdoa dengan diri saya sendiri dan mereka yang memilih untuk percaya," katanya.
Kasus ini akan disidangkan di pengadilan pada 2 Mei mendatang. "Pendeta ini harus menghadapi semua dakwaan meskipun dia melakukan mogok makan dengan mengatakan bahwa dia berdoa dan berpuasa dalam tahanan," kata seorang sumber polisi.
Kasus suram itu telah menarik perhatian nasional dan pemerintah telah menekankan perlunya kontrol yang lebih ketat terhadap denominasi agama di negara di mana pendeta nakal dan sekte pinggiran terlibat dalam kejahatan. (AFP/detiknews/CNNI/c)