Senin, 09 September 2024

China Minta Dunia Harus Bertindak Segera untuk Redakan Situasi di Gaza

* RI Kutuk Keras Serangan dan Kepungan Israel ke RS Indonesia di Gaza
Redaksi - Selasa, 21 November 2023 09:42 WIB
299 view
China Minta Dunia Harus Bertindak Segera untuk Redakan Situasi di Gaza
Foto: REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana/File Photo
Menlu China Wang Yi 
Beijing (SIB)
Menteri Luar Negeri (Menlu) China Wang Yi mengatakan dunia harus "bertindak segera" untuk meredakan perang Israel-Hamas. Hal ini disampaikannya ketika dia menerima kedatangan para diplomat dari negara-negara Arab dan mayoritas Muslim di Beijing.

Delegasi para menteri luar negeri Otoritas Palestina, Indonesia, Mesir, Arab Saudi dan Yordania berada di Beijing minggu ini untuk melakukan pembicaraan yang bertujuan untuk de-eskalasi konflik Palestina-Israel saat ini. "Mari kita bekerja sama untuk segera meredakan situasi di Gaza dan memulihkan perdamaian di Timur Tengah sesegera mungkin," kata Wang kepada para menteri tersebut di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing, ibu kota China.

"Bencana kemanusiaan sedang terjadi di Gaza," kata Wang kepada para delegasi, termasuk Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI). "Situasi di Gaza mempengaruhi semua negara di dunia, mempertanyakan perasaan manusia tentang benar dan salah serta dasar kemanusiaan," katanya, seperti dikutip kantor berita AFP, Senin (20/11). "Komunitas internasional harus segera bertindak, mengambil langkah-langkah efektif untuk mencegah tragedi ini meluas," tutur Menlu China tersebut.

Wang mengatakan kepada para diplomat pada hari Senin (20/11) bahwa Beijing adalah "teman baik dan saudara negara-negara Arab dan Muslim". "Kami selalu dengan tegas membela hak dan kepentingan sah negara-negara Arab dan Muslim, dan selalu dengan tegas mendukung upaya rakyat Palestina untuk memulihkan hak dan kepentingan nasional mereka yang sah," ujarnya. "China dengan tegas menjunjung keadilan dalam konflik ini," tandas Wang.

Israel telah berjanji untuk menghancurkan Hamas atas serangan 7 Oktober yang dikatakannya menewaskan 1.200 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, dan menyebabkan 240 sandera, dalam serangan terburuk yang pernah terjadi di negara tersebut.

Menyusul pecahnya perang Hamas dan Israel bulan lalu, para pejabat China, termasuk Menteri Luar Negeri Wang, menyerukan gencatan senjata segera dan "meredakan" situasi.

China secara historis bersimpati kepada Palestina dan mendukung solusi dua negara terhadap konflik Israel-Palestina. Tahun ini, China berupaya memainkan peran yang lebih besar di Timur Tengah, memfasilitasi pemulihan hubungan bersejarah antara Arab Saudi dan Iran, dan mengirim utusan ke wilayah tersebut untuk mendorong gencatan senjata dalam konflik Israel-Hamas.


RI Kutuk Keras
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi mengatakan Indonesia mengutuk keras gempuran pasukan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza sejak Minggu (19/11). "Indonesia mengutuk sekeras-kerasnya serangan Israel ke Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang menewaskan sejumlah warga sipil," kata Retno saat konferensi pers virtual, Senin (20/11).

Retno mengatakan serangan tersebut merupakan pelanggaran nyata terhadap hukum humaniter internasional. Lebih lanjut, Retno menerangkan semua negara, terutama yang memiliki hubungan dekat dengan Israel harus menggunakan segala pengaruh dan kemampuan mereka, untuk mendesak Israel menghentikan kekejaman di Palestina.

Sejak Minggu malam, tank-tank Israel menggempur Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Imbas serangan itu, 12 orang tewas. Israel juga mengepung rumah sakit dengan tank-tank. Menurut jurnalis di Gaza, mereka menembak siapa saja yang mencoba keluar dari rumah sakit.

Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Mohammad Zakkout mengatakan "pembantaian yang lebih besar" akan terjadi di RS tersebut. "Apa yang terjadi adalah hukuman mati bagi semua orang di rumah sakit," ujar dia, dikutip Middle East Eye Net.

Israel sebelumnya menggempur habis-habisan Rumah Sakit Al Shifa. Mereka juga mengepung dengan tank dan menempatkan sniper di atas gedung. Tidak hanya itu, pasukan Israel sempat merangsek ke rumah sakit dan mengeluarkan tembakan.

Pengepungan ke fasilitas medis tersebut berlangsung di tengah agresi Israel ke Palestina sejak 7 Oktober. Hari-hari setelah itu, serangan tak pernah berhenti. Hingga kini, lebih dari 13.000 orang di Palestina meninggal.


Tidak Perlu Danai
Seorang menteri Israel mengatakan bahwa komunitas internasional tidak perlu mendanai pembangunan kembali Jalur Gaza yang hancur akibat perang. Menteri Israel ini mengusulkan agar warga Palestina di Jalur Gaza ditampung oleh berbagai negara di seluruh dunia dalam program “permukiman kembali secara sukarela”.

Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Senin (20/11), usulan kontroversial itu disampaikan oleh Menteri Intelijen Israel Gila Gamliel dalam tulisannya yang dimuat oleh media lokal The Jerusalem Post pada Minggu (19/11) waktu setempat.

Setiap usulan yang melibatkan pemindahan paksa atau penggusuran warga Palestina tergolong sangat kontroversial di dunia Arab, setelah perang yang berujung berdirinya negara Israel sekira 75 tahun silam telah memicu eksodus sebanyak 760.000 warga Palestina -- atau yang disebut sebagai Nakba.

Kementerian Perumahan Gaza menyebut lebih dari 40 persen rumah di Jalur Gaza mengalami kerusakan atau kehancuran dalam pertempuran tanpa henti antara militer Israel dan kelompok Hamas selama beberapa pekan terakhir. Gamliel dalam tulisannya yang dimuat The Jerusalem Post menyebut salah satu 'opsi' setelah perang berakhir adalah “mendorong permukiman kembali secara sukarela” terhadap warga Palestina di Jalur Gaza, demi alasan kemanusiaan, ke luar wilayah Jalur Gaza.

"Daripada menyalurkan uang untuk membangun kembali Gaza atau kepada UNRWA yang gagal, komunitas internasional bisa membantu untuk biaya permukiman kembali, membantu warga Gaza membangun kehidupan baru di negara tuan rumah baru mereka," cetus Gamliel. UNRWA merupakan badan bantuan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pengungsi Palestina.

"Gaza telah sejak lama dianggap sebagai masalah tanpa jawaban. Kita harus mencoba sesuatu yang baru, dan kami menyerukan kepada komunitas internasional untuk membantu mewujudkannya," sebut Gamliel dalam tulisannya. "Ini bisa menjadi solusi yang saling menguntungkan: kemenangan untuk warga sipil Gaza yang mencari kehidupan yang lebih baik dan kemenangan bagi Israel setelah tragedi yang menghancurkan ini," ujarnya.

Perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas telah memasuki pekan ketujuh usai serangan mematikan pada 7 Oktober lalu, yang memicu pengeboman balasan dari Tel Aviv dan operasi darat di Jalur Gaza yang dikuasai Hamas. Laporan otoritas Israel menyebut sekira 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat serangan Hamas sebulan lalu, dan lebih dari 240 orang lainnya disandera lalu dibawa ke Jalur Gaza untuk ditahan. Secara terpisah, laporan otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 13.000 orang, sebagian besar warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel.

Wilayah Jalur Gaza sebagian besar ditinggali oleh para pengungsi Palestina dan keturunan mereka. UNRWA melaporkan lebih dari 1,6 juta orang terpaksa mengungsi akibat perang yang terjadi antara Israel dan Hamas. Pengungsian massal ini membangkitkan kenangan akan Nakba, dengan sejumlah politikus Israel mengusulkan untuk mendorong warga Gaza ke Mesir, negara tetangganya. Usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Kairo.

Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, secara terpisah, mengatakan bahwa orang-orang seharusnya bisa tinggal di Gaza, rumah mereka. Presiden Palestina Mahmoud Abbas memperingatkan Blinken bahwa mengusir penduduk Gaza bisa memicu Nakba kedua. (AFP/Al Arabiya/detiknews/CNNI/d)


SHARE:
komentar
beritaTerbaru