Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 28 Oktober 2025

Putra Pemimpin Hamas Serukan Ayahnya Dieksekusi Mati

* Gencatan Senjata Berakhir, Israel Tuduh Hamas Langgar Kesepakatan
Redaksi - Sabtu, 02 Desember 2023 09:06 WIB
368 view
Putra Pemimpin Hamas Serukan Ayahnya Dieksekusi Mati
(Foto: Elekes Andor CC.BY-SA 4.0)
Mossab Hassan Yousef. 
Gaza City (SIB)
Mosab Hassan Yousef, putra seorang pemimpin Hamas menyerukan agar seluruh petempur Hamas yang ditahan Israel saat ini dieksekusi mati. Dalam wawancara melalui Zoom yang disiarkan pemerintah Israel, Mosab Hassan Yousef mengatakan bahwa hukuman mati harus dijatuhkan kepada semua militan Hamas dalam tahanan Israel, termasuk ayahnya sendiri, Sheikh Hassan Yousef.
“Untuk segala kejahatan yang menimpa para sandera, Israel harus mengeksekusi para pemimpin tertinggi Hamas tanpa kecuali. Ada ratusan di antara mereka yang ada di tangan Israel, ini adalah satu-satunya bahasa yang dipahami oleh Hamas," kata Yousef sebagaimana dilansir, Jumat (1/12).
“Ketika saya katakan pemimpin tertinggi Hamas, itu termasuk Sheikh Hassan Yousef, tidak terkecuali. Ia tidak bisa begitu saja menghasut tindak kekerasan, mengirim orang menemui ajalnya, mempertaruhkan darah anak-anak demi ideologi dan aspirasi politiknya,” tambahnya.
Yousef secara diam-diam berpindah keyakinan menjadi seorang Kristen dan membantu dinas keamanan Shin Bet pada akhir tahun 1990-an dan awal 2000-an, ketika Hamas melancarkan serangan bom bunuh diri terhadap Israel. Ia memiliki nama sandi “Pangeran Hijau,” sesuai warna Islam dan fakta bahwa ayahnya, Hassan Yousef, memimpin Hamas di Tepi Barat.



Tuduh Hamas Langgar Kesepakatan
Sementara itu, gencatan senjata antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza telah berakhir pada Jumat (1/12) pagi waktu setempat. Israel menyatakan pasukannya melanjutkan pertempuran, setelah menuduh Hamas melanggar kesepakatan dengan menembakkan roket ke wilayahnya.
Seperti dilansir, Jumat (1/12), Israel dan Hamas sama-sama menyatakan terbuka untuk melanjutkan gencatan senjata namun hingga Jumat (1/12) pagi waktu Gaza, tidak ada kesepakatan baru yang diumumkan ke publik.
Militer Israel justru menuduh Hamas telah melanggar ketentuan dalam kesepakatan gencatan senjata tersebut, dan menyatakan pasukannya telah melanjutkan pertempuran melawan kelompok militan itu di wilayah Jalur Gaza. "Hamas telah melanggar jeda operasional, dan sebagai tambahan, melancarkan serangan terhadap wilayah Israel," sebut militer Israel dalam pernyataannya seperti dilansir AFP.
Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan Hamas tidak setuju untuk melepaskan sandera lebih lanjut, yang melanggar ketentuan gencatan senjata. Kantor Netanyahu menambahkan Hamas tidak membebaskan semua sandera perempuan sesuai kesepakatan dan menyerang Israel dengan roket pada Jumat pagi (1/12) waktu setempat.
Dalam pernyataan di media sosial, kantornya mengatakan Israel tetap berkomitmen untuk mencapai tujuannya yakni untuk membebaskan sandera, melenyapkan Hamas dan memastikan bahwa Gaza tidak akan menjadi ancaman bagi penduduk Israel.
Diumumkan juga oleh militer Israel bahwa pasukannya telah melanjutkan pertempuran melawan organisasi teroris Hamas di Jalur Gaza. Jeda pertempuran selama tujuh hari, yang dimulai pada 24 November lalu dan telah diperpanjang dua kali, telah memungkinkan terjadinya pertukaran puluhan sandera yang ditahan Hamas di Jalur Gaza dengan ratusan tahanan Palestina yang dibebaskan dari penjara-penjara Israel.
Gencatan senjata itu juga memungkinkan masuknya lebih banyak bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Dalam pernyataan terbaru sebelum gencatan senjata berakhir, militer Israel mengatakan pasukannya mencegat satu roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza pada Jumat (1/12) pagi waktu setempat.



Imbau Warga Gaza Ngungsi
Warga Palestina menyebut militer Israel menyebarkan selebaran di wilayah Jalur Gaza bagian selatan, saat serangan kembali berlanjut usai gencatan senjata berakhir. Selebaran itu berisi imbauan agar warga Palestina mengungsi dan meninggalkan rumah-rumah mereka di area timur kota Khan Younis.
Seperti dilansir, Jumat (1/12), selebaran yang disebarkan oleh militer Israel itu juga memperingatkan bahwa Khan Younis, yang terletak di Jalur Gaza bagian selatan, sekarang merupakan zona pertempuran yang berbahaya.
Selebaran itu mengisyaratkan bahwa militer Israel sedang bersiap untuk memperluas serangannya, yang selama beberapa pekan terakhir -- sebelum gencatan senjata berlangsung -- sebagian besar berfokus di bagian utara Jalur Gaza.
Ratusan ribu orang telah meninggalkan wilayah Jalur Gaza bagian utara pada awal-awal perang, dengan banyak dari mereka berlindung di Khan Younis dan kota-kota lainnya di bagian selatan daerah kantong Palestina tersebut.
Militer Israel, pada Jumat (1/12) waktu setempat, mengatakan bahwa dengan dimulainya kembali pertempuran, pihaknya menerbitkan peta untuk membantu warga Gaza mengetahui dan memahami soal zona-zona aman untuk pengungsian mereka.
Laporan Al Jazeera, yang mengutip seorang jurnalis bernama Hind Khoudary yang melaporkan dari Khan Younis, menyebut bahwa warga sipil diimbau oleh militer Israel untuk mengungsi ke arah selatan menuju Rafah -- yang berbatasan dengan Mesir.
Namun imbauan itu membuat bingung warga karena Rafah juga menjadi target serangan terbaru Israel pada Jumat (1/12) waktu setempat. Laporan terbaru juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, menuturkan bahwa sedikitnya sembilan orang tewas akibat serangan Israel di Rafah.
Angka itu termasuk ke dalam total sedikitnya 29 orang yang tewas akibat rentetan serangan terbaru Israel terhadap Jalur Gaza, setelah gencatan senjata berakhir pada Jumat (1/12) pagi waktu setempat.
"Pasukan Israel menyebarkan selebaran kepada warga di Khan Younis yang meminta mereka untuk mengungsi ke Rafah, namun mereka juga menargetkan Rafah," ucap Khoudary dalam laporannya, seperti dikutip Al Jazeera. "Orang-orang bertanya 'Ke mana kami harus pergi?' Gaza tidak siap menghadapi semua ini," tuturnya.
"Tidak ada tempat berlindung, tidak ada ruang aman untuk orang-orang di Gaza. Banyak di antara mereka yang kehilangan tempat tinggal. Rumah sakit, fasilitas PBB dipenuhi orang-orang yang mengungsi dari daerah lainnya," sebut Khoudary. (**)



SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru
431 P3K Pemkab Labura Dilantik

431 P3K Pemkab Labura Dilantik

Aekkanopan(harianSIB.com)Sebanyak 431 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di Lingkungan Pemkab Labuhan Baru Utara (Labura) dila