Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Senin, 06 Oktober 2025

Di Balik Semangkuk Bakso dan Dendeng Balado: Manuver Politik Tingkat Tinggi Makan Siang Gibran-Dasco

Redaksi - Senin, 11 Agustus 2025 09:15 WIB
17 view
Di Balik Semangkuk Bakso dan Dendeng Balado: Manuver Politik Tingkat Tinggi Makan Siang Gibran-Dasco
(Foto IG Gibran)
Gibran dan Dasco makan siang.
Jakarta(harianSIB.com)

Sebuah unggahan foto di akun Instagram Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka (@gibran_rakabuming) pada Sabtu (9/8/2025), menjadi pusat perhatian politik nasional. Foto tersebut menampilkan Gibran bersama Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, tengah menikmati makan siang sederhana dengan menu mie bakso, nasi dendeng balado, dan tumis daun pepaya.

Namun, di balik suasana santai dan senyum hangat keduanya, para pengamat politik membaca adanya lapisan pesan kekuasaan yang kompleks dan strategis.

Pertemuan ini dinilai bukan sekadar jamuan biasa. Pengamat politik dari Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno, menyebutnya sebagai "makan siang plus-plus". Menurutnya, ini adalah sinyal tegas untuk memupus isu pemakzulan yang sempat membayangi Gibran.

"Ini pesan bahwa hubungan DPR dan Wapres solid. Isu pemakzulan wassalam!" tegas Adi.

Lebih jauh, pertemuan Gibran-Dasco ditafsirkan sebagai panggung rekonsiliasi antara kekuatan politik mantan Presiden Joko Widodo dan Presiden Prabowo Subianto. Gibran, sebagai putra Jokowi, dianggap mewakili kepentingan sang ayah, sementara Dasco dikenal sebagai orang kepercayaan Prabowo di Partai Gerindra dan parlemen.

Foto ini seolah membantah spekulasi keretakan hubungan keduanya, terutama setelah muncul isu-isu sensitif seperti pemberian amnesti kepada rival politik Hasto Kristiyanto. Kehangatan "08-Solo" (merujuk pada Prabowo sebagai mantan Capres nomor urut 08 dan Gibran dari Solo) kembali ditunjukkan ke publik.

Tiga Agenda Krusial di Meja Makan

Lalu, apa saja yang diduga menjadi pembahasan inti di balik menu makan siang tersebut? Para pengamat menyoroti tiga agenda krusial:

1. Program Populis: Akselerasi program unggulan pemerintah seperti makan bergizi gratis, percepatan implementasi koperasi desa, dan sekolah rakyat yang memerlukan dukungan penuh dari DPR.
2. Membungkam Isu Pemakzulan: Menunjukkan soliditas eksekutif-legislatif untuk menepis secara tuntas wacana pemakzulan yang digulirkan oleh kelompok purnawirawan TNI.
3. Masa Depan Politik Gibran: Sebagai Wakil Presiden yang kini tanpa partai, posisi Gibran menjadi sorotan. Pengamat dari Indonesia Political Review, Iwan Setiawan, berspekulasi, "Masuk Gerindra? Bisa saja! Tapi keputusan baru akan matang di 2027."


Misi "Kancil Politik" Sufmi Dasco

Dari sisi lain, Dasco yang dijuluki "kancil politik" oleh beberapa kalangan, diyakini membawa misi tersendiri. Pengamat intelijen, Amir Hamzah, menganalisis bahwa Dasco sedang menjalankan permainan tingkat tinggi.

"Dasco bermain di ranah penuh jebakan. Setiap langkahnya dirancang untuk menenangkan papan sebelum serangan balik... dan Prabowo pasti tahu segalanya," ujar Amir.

Misi tersebut diduga untuk mengamankan pengaruh Gerindra di lingkaran Gibran sekaligus memetakan loyalitas sang Wapres untuk strategi politik jangka panjang.

Penegasan Koalisi di Bandung

Seolah menjawab semua tafsir, kekompakan Prabowo dan Gibran kembali dipertontonkan keesokan harinya, Minggu, 10 Agustus 2025. Keduanya hadir dalam sebuah upacara militer di Bandung dengan mengenakan kemeja safari berwarna coklat muda yang senada.

Gibran tiba di lokasi pukul 08.53 WIB, disusul oleh Prabowo pada pukul 08.55 WIB. Kedatangan yang beriringan ini menjadi pesan visual bahwa koalisi pemerintah tetap solid dan utuh, meski sempat diuji oleh riak kecil seperti isu abolisi untuk Tom Lembong yang sempat membuat marah pendukung PSI.

Unggahan Gibran di Instagram yang menuai lebih dari 26 ribu suka dan seribu komentar menunjukkan bagaimana publik merespons positif narasi politik yang lebih membumi.

Pada akhirnya, pertemuan Gibran-Dasco mengirimkan dua pesan yang sangat jelas: riwayat isu pemakzulan telah tamat, dan fokus pemerintah kini adalah percepatan program kerakyatan dengan dukungan penuh parlemen.

Seperti sebuah kutipan yang menggambarkan situasi ini: "Di balik senyum dan sendok, ada desain kekuasaan yang mengalir sunyi, merangkul, mengamankan, atau menyiapkan langkah berikutnya." Babak baru peta kekuasaan Indonesia kini dimulai.(**)

Editor
: Bantors Sihombing
SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru