
Polisi Amankan Pelaku Pungli Pengunjung Air Mancur Komplek MMTC
Medan(harianSIB.com)Polsek Medan Tembung mengamankan AHS (32) warga Jalan Sering Gang Abadi, Kecamatan Medan Tembung, yang melakukan punguta
Menurutnya, BPA hanya akan bermigrasi jika kemasan tersebut meleleh, kondisi yang sangat jarang terjadi.
"BPA pada produk jadi berada dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga tidak mungkin kemasan polikarbonat melepaskan BPA dalam jumlah besar," jelas Oka, dalam keterangannya baru-baru ini.
Baca Juga:
Ia menambahkan, BPA yang terikat dalam bentuk polimer pada galon polikarbonat tidak akan bermigrasi meskipun terjadi benturan, gesekan, atau paparan sinar matahari.
"BPA dalam polimer tidak akan bermigrasi kecuali kemasan meleleh. Namun, hal ini tidak pernah terjadi karena kemasan polikarbonat tahan panas hingga lebih dari 200 derajat Celsius," ujarnya.
Baca Juga:
Oka juga menjelaskan, gesekan yang mungkin terjadi selama proses distribusi tidak akan mempengaruhi bagian dalam galon.
"Gesekan hanya terjadi pada bagian luar galon, sehingga tidak mungkin terjadi migrasi BPA ke dalam air. Kekhawatiran tentang mikroplastik yang muncul akibat gesekan pun hingga saat ini belum terbukti secara ilmiah," tambahnya.
Menanggapi opini yang berkembang di masyarakat, Oka menegaskan pandangan tersebut tidak terbukti secara ilmiah.
Sebelumnya, seorang profesor ahli farmakologi dari Universitas Airlangga, Junaidi Khotib, menyatakan, ambang batas aman BPA mungkin perlu diperbarui, mengingat migrasi BPA dari polikarbonat dapat dipengaruhi oleh tingkat keasaman cairan, suhu penyimpanan dan paparan sinar matahari.
Namun, Oka menekankan kembali BPA tidak akan bermigrasi meskipun terjadi gesekan selama distribusi atau paparan sinar matahari.
"Setiap orang boleh beropini, tetapi faktanya, gesekan terjadi di luar galon, bukan di dalamnya. Jadi, tidak ada kemungkinan migrasi BPA kecuali kemasannya meleleh," tegasnya.
Lebih lanjut, Oka menjelaskan, sebelum digunakan sebagai kemasan minuman, galon polikarbonat melalui proses anil, di mana kemasan tersebut dipanaskan ulang agar lebih kuat. "Polikarbonat dipilih karena tahan banting," jelasnya.
Secara prinsip, Oka menegaskan penggunaan polikarbonat masih diizinkan oleh Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat serta badan pengawas di negara-negara lain, termasuk Indonesia.
"Jika dianggap berbahaya bagi kesehatan, kemasan ini seharusnya sudah ditarik dari peredaran sejak lama. Namun, kenyataannya tidak demikian," ungkapnya.
Ia juga menyebutkan, polikarbonat bahkan dikembangkan lebih lanjut untuk pembuatan Tupperware di Irlandia, Amerika, dan Belgia.
"Ini menunjukkan polikarbonat masih dianggap aman untuk digunakan," katanya.
Oka mengakui, BPA dapat mempengaruhi kromosom, tetapi menegaskan penggunaan polikarbonat sebagai kemasan sudah diteliti secara mendalam di Eropa, Amerika, dan negara lainnya, dan tidak ditemukan bukti bahaya.
"Jika memang berbahaya, polikarbonat pasti sudah dilarang sejak lama," tandasnya.
Oleh karena itu, ia berpendapat isu tentang BPA sering kali dihembuskan karena persaingan bisnis.
"Di seluruh negara, belum ada kasus migrasi BPA dari kemasan polikarbonat yang melebihi ambang batas aman. Semua masih di bawah limit yang ditetapkan," tutupnya. (*)
Medan(harianSIB.com)Polsek Medan Tembung mengamankan AHS (32) warga Jalan Sering Gang Abadi, Kecamatan Medan Tembung, yang melakukan punguta
Makassar(harianSIB.com)Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyatakan pihaknya menemukan lima jenis pupuk palsu yang beredar di p
Pekanbaru(harianSIB.com)Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menerima Anugerah Adat Ingatan Budi dari Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau. Prose
(harianSIB.com)Bupati Humbang Hasundutan (Humbahas) Dr Oloan P Nababan hadiri pelepasan (wisuda) siswa angkatan XI dan pengukuhan siswa angk
Jakarta(harianSIB.com)PT XLSmart Telekom Sejahtera (XLSmart) mengadopsi Artificial Intelligent (AI) untuk membantu masyarakat dalam berinter