Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan
Selasa, 28 Oktober 2025
Parsadaan Marga Parapat Gelar Seminar Budaya di Medan

Saat Ini Raja Parhata yang Fasih Soal Adat Batak Toba Sulit Didapat

- Senin, 28 Maret 2016 18:48 WIB
4.493 view
Saat Ini Raja Parhata yang Fasih Soal Adat Batak Toba Sulit Didapat
SIB/ Arjuna Bakkara
Ketua Umum Pengurus Parsadaan si Raja Parapat Dohot Boru, se - Indonesia Nelson Parapat bersama pembicara Prof Dr Bungaran Antonius Simanjuntak pada seminar adat dan budaya Batak Toba yang dilaksanakan dalam rangka Pesta Bona Taon ke-2 Pomparan Si Raja
Medan (SIB)- Orang Batak pada umumnya tidak lepas dari pelaksanaan adat istiadat dalam siklus kehidupan mulai lahir, perkawinan sampai kematian. Problem yang dihadapi sekarang dan di masa depan adalah semakin  sedikit  orang Batak yang tahu ritual adat meski di lingkungan warganya sendiri. Selain itu, orang Batak sudah  kurang mengetahui ucapan-ucapan umpasa (pantun) yang selalu diucapkan dalam acara adat.

Hal tersebut dikatakan Prof Bungaran Antonius Simanjuntak dalam makalah seminarnya berjudul ”Tantangan Adat dan Budaya Batak Toba Masa Kini dan Masa Depan” dalam rangkaian Pesta Bona Taon Parsadaan Si Raja Parapat dohot Boru, Bere, Ibebere Indonesia yang digelar, Sabtu (26/3) di  Wisma Gorga Mangampu Tua Jalan Saudara Medan.

Umpasa kata Prof BAS panggilan akrab Prof Bungaran, berfungsi sebagai pengarah pembicaraan, bahkan materai mensahkan keputusan yang telah disepakati kedua belah pihak yang melakukan upacara adat. Salah satu contoh umpasa adalah: “Ansimun sada holbung, tu pege sakarimbang, manimbung rap tu toru, mangangkat rap tu ginjang”. Ungkapan ini menggambarkan kerjasama, gotong-royong dan bertanggung-jawab secara bersama.

Untuk upacara adat dibutuhkan orang-orang yang tahu tata letak adat, prosedur pelaksanaannya, penyerahan simbol-simbol adat sesuai status adat seseorang di dalam upacara adat. Misalnya mana bagian simbol adat tersebut kepada bona tulang, kepada tulang, hula-hula, tulang rorobot, bona ni ari.

“Mana yang menjadi bagian boru suhut, boru sihabolonan, boru parsadaan, bagian ale-ale dan bagian parhobas. Mana upa suhut atau jambar ni suhut. Ini dinamakan simbol adat yang oleh orang Batak Toba dinamakan jambar. Tokoh adat harus tahu tentang jambar dan parjambaran dengan benar dan tepat,” ucap Prof BAS.

Tapi kata dia, sekarang ini mulai langka  orang Batak yang benar-benar fasih dalam pelaksanaan adat praktis. Bahkan lanjutnya pernah terjadi satu marga meminjam raja parhata dari marga lain”. Ini sangat menyedihkan dan menyakitkan sekaligus  memalukan. Karena itu  marga-marga segera melakukan kursus adat praktis, artinya kadervorming (pengkaderan) dengan segera. Binsan adong dope natua-tua ni marga na umboto paradaton (mumpung masih ada orang tua yang masih memahami adat)” ungkapnya.

Simbol adat lan adalah kain ulos.Sekarang ini banyak jenis ulos yang sudah tidak ditenun tangan tapi hanya menggunakan mesin pintal. Dia mengawatirkan suatu saat nanti keahlian bertenun ulos  yang sangat indah itu akan diambil-alih orang bukan perempuan Batak lagi. “Perempuan suku bangsa lain bahkan perempuan bangsa asing akan mengambil-alih keahlian suku Batak tersebut, bukan tidak mungkin nanti orang Batak mengimpor ulos dari negara lain, terutama ulos yang tinggi nilai adatnya,” tuturnya.

Untuk mengatasi problem tersebut baik internal maupun eksternal, Prof BAS memberi beberapa  solusi yakni keluarga harus memulai gerakan pemakaian Bahasa Batak di rumah yang dipelopori ibu dan bapak, baik di desa maupun kota-kota besar. Lembaga pendidikan di bona pasogit diwajibkan mengajarkan bahasa dan budaya Batak kepada anak didik sejak dini hingga perguruan tinggi. Pemkab di Tanah Batak seperti Taput, Tobasa, Humbahas, Samosir, Angkola, Mandailing, Pakpak Dairi, Karo dan Simalungun sebaiknya mengajarkan bahasa dan budaya Batak secara teratur sesuai  jenjang pendidikan anak.
Para orangtua masa kini yang masih ahli bertenun ulos dan mengukir, menciptakan benda-benda budaya Batak supaya mengajarkan keahliannya kepada generasi muda. Setiap perkumpulan marga melakukan pengaderan dengan teratur sehingga pelaksanaan adat praktis tetap dalam ritual yang benar dari leluhur Batak terdahulu.

“Untuk tidak kehilangan identitas dan hubungan sejarah sesama Batak, diharapkan orangtua memberitahukan secara tertulis silsilah marga setiap generasi muda. Pemerintah diminta melindungi rakyat kecil di desa-desa dengan peraturan bisnis yang memihak kepada rakyat. Marga-marga Batak supaya melakukan kongres budaya nasional Batak Indonesia. Diharapkan marga Parapat menjadi pelopor Kongres Budaya Batak Indonesia tersebut,” harapnya.

Turut hadir Ketua Umum Pengurus Parsadaan SI Raja Parapat Dohot Boru, Bere, Ibebere se Indonesia Nelson Parapat, SH, Ketua Harian Alarik Maruli Parapat, Ketua Panitia Kennedy Parapat SE, Sekretaris Luter Parapat SH, Renwart Parapat (Kadishub Medan) dan Freddy Sinambela.(A10/c)



SHARE:
Tags
komentar
beritaTerbaru
431 P3K Pemkab Labura Dilantik

431 P3K Pemkab Labura Dilantik

Aekkanopan(harianSIB.com)Sebanyak 431 Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K) di Lingkungan Pemkab Labuhan Baru Utara (Labura) dila